Chapter 5: Serangan Penyihir Hitam

Semenjak menjadi Arianna Serafine, Arianna yang dulunya merupakan seorang pekerja keras mulai merasakan kenikmatan menjadi kaum rebahan.

Terhitung sudah lima hari dia ada di tubuh indah ini dan tidak pernah keluar kamar sekalipun. Yang bisa dia lakukan hanyalah rebahan dan menghirup udara segar di pagi hari di balkon.

Tetapi selama lima hari itu, Arianna harus mengonsumsi obat herbal yang amat sangat pahit.

"Benar-benar pahit seperti kehidupanku sebelumnya." gumam Arianna setelah meminum obat herbal.

"Nona bicara apa?" Ramona yang fokus meracik obat penetralisir pahit seperti mendengar Nonanya berbicara.

"Ah~ ini ... O-obatnya pahit sekali." jawab Arianna yang agak terkejut. Dia takut kalau-kalau Ramona sungguh mendengar gumamannya.

"Tinggal dua hari lagi, Nona! Semangat, ya!" Ramona mengepalkan tangannya berapi-api.

Yang bisa dilakukan Arianna hanyalah meringis akan semangat yang diberikan Ramona.

"Coba saja kau yang gantikan aku minum obat, Ramona."

Ramona refleks menjauh dari Arianna, "S-saya? Tapi saya tidak sakit, Nona."

Arianna mendengus kesal sedangkan Ramona menyengir dengan wajah tanpa dosa.

Tok tok tok

Pandangan Arianna dan Ramona teralih pada pintu yang diketuk oleh seseorang. Ramona pun membukakan pintu kamar dan mendapati Niel lah orangnya.

"Ah, Tuan Muda Niel. Apa Anda ingin menjenguk Nona?" Ramona melirik Niel yang menenteng kotak kecil.

Niel mendongak untuk menatap Ramona lalu mengangguk. Ramona pun mempersilakan Niel masuk.

"Ya ampun! Aku pikir siapa, ternyata adik imutku yang datang." sambut Arianna dengan ceria.

Niel berlari kecil ke arah Arianna yang duduk di sofa dengan tampang datar. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Niel memberikan kotak kecil itu pada Arianna.

"Uwah~ Ini untukku?" tanya Arianna girang.

Niel mengangguk, anak itu pun mengambil tempat duduk di sebelah Arianna dengan sendirinya.

Arianna yang penasaran pun membuka kotak kecil itu yang ternyata berisi kue coklat yang sebelumnya pernah dibawakan oleh Niel juga.

"Astaga-astaga! Terima kasih banyak, Niel~" Arianna memeluk Niel dari samping, "Kakakmu yang cantik ini sangat suka dengan kue coklat pemberian Niel."

Arianna pun mengurai pelukannya dan memakan kue coklat yang terlihat enak itu. Arianna juga menyuapkan kue coklat itu pada Niel dan membagikan sedikit untuk Ramona yang ngiler pada kue coklat.

Tanpa bosan Arianna menatap wajah datar Niel yang sibuk mengunyah kue coklat hingga membuatnya sadar bahwa terdapat luka di dekat bibir Niel.

"Loh! Ini kenapa, Niel? Apa ada orang yang menyakitimu?" Arianna menyentuh luka yang kelihatan masih baru itu.

"Kak Cat melempar vas bunga hingga pecah." jawab Niel seraya memandang wajah Arianna.

Arianna mencerna ucapan Niel yang bisa dibilang kurang jelas, "Jadi maksudmu, si bod- eh Kak Catalina melempar vas bunga hingga pecah, lalu pecahan itu mengenaimu?"

Anggukan Niel membuat mata Arianna melotot. Tangannya terkepal kuat karena geram atas kelakuan Catalina.

"Kapan itu terjadi, Ramona?"

Ramona yang tadinya sibuk makan coklat lantas menjawab, "Kemarin, Nona! Yang saya dengar dari Hestia, Nona Catalina keluar dari ruang kerja Duchess dengan mata sembab. Lalu saat hendak ke kamarnya tiba-tiba saja Nona Catalina berhenti dan mengambil vas bunga kemudian melemparnya."

Hestia yang dimaksud Ramona adalah pelayan pribadi Catalina.

"Dan Niel yang berada di tempat itu jadi terkena pecahannya?" tanya Arianna memastikan.

Melihat Niel yang mengangguk membuat Arianna semakin kalut.

"Ramona, apa kau juga tahu alasan Catalina seperti itu?" Kalau Ramona menjelaskan alasan Catalina berbuat kekacauan itu hanya karena masalah sepele, Arianna benar-benar akan menghajar saudara kembarnya itu.

"Kata Hestia, itu karena undangan pernikahan Yang Mulia Putra Mahkota Gavriel dan Putri Isabelle."

'Hampir aja gue slepet tuh cewek. Ternyata gara-gara ini toh,'

Wajar saja Catalina seperti itu karena dia tengah patah hati. Ternyata scene komik yang dia baca benar-benar terjadi ya.

Kalau Arianna diposisi Catalina pun dia akan patah hati, tapi tidak sampai melempar barang juga. Terlebih barang-barang yang ada di kediaman Duke Wezen ini merupakan barang bernilai.

Arianna mengusap-usap kepala Niel yang ternyata masih fokus memakan kue coklat. Gara-gara Catalina, Niel imutnya jadi terluka.

"Niel."

Niel mendongak menunggu Arianna berbicara. Arianna memberikan senyuman hangat untuk Niel.

"Kak Catalina sedang sedih sekarang, apa Niel mau membagikan kue coklat padanya? Kak Catalina pasti senang kalau Niel yang beri."

"Sedih kenapa?" Niel justru bertanya.

"Kak Catalina sedang patah hati karena disakiti seorang pria." bisik Arianna dengan harap Niel mengerti.

"Niel mau."

Arianna tersenyum senang, "Terima kasih ya, Niel yang baik hati dan tampan~" Arianna memberikan kecupan di kening Niel.

"Oh iya, apa Niel juga mau mengucapkan ini pada Kak Catalina? Katakan ini padanya, bahwa Kak Catalina pantas mendapat yang lebih baik."

Niel mengangguk, "Baik, itu saja?"

Arianna jadi terharu karena Niel yang begitu penurut padanya, "Katakan ini juga, kami semua menyayangi Kak Catalina, jadi jangan bersedih terlalu lama."

Hanya ini yang bisa dilakukan Arianna untuk mencegah Catalina berbuat kejam kedepannya pada Isabelle. Dengan begitu keluarga hangat ini akan aman. Arianna juga berharap kedepannya hubungan Niel dan Catalina membaik dan tidak akan sama seperti cerita di komik.

...🤍🖤🤍...

"Lumayan gelap juga kalau malam hari. Tapi kenapa sepi sekali?" gumam Arianna seraya berjalan menyusuri koridor mansion.

Arianna tadinya ingin ke dapur karena haus. Sepertinya Ramona lupa menyiapkan air di teko yang sering diminum olehnya.

"Padahal rumah sebesar ini harusnya memiliki prajurit yang banyak di setiap tempatnya kan?" Arianna celingukan ke arah sekelilingnya karena tidak melihat prajurit sama sekali.

Karena ingatan Arianna Serafine tidak diberikan untuknya, Arianna jadi tidak tahu apa-apa soal mansion ini. Bukannya sampai di dapur, dia malah sampai di halaman yang luas.

"Astaga!" Dan sekarang Arianna pun harus melihat hal yang seharusnya tidak dia lihat.

Tubuh Arianna membeku di tempat menyaksikan pemandangan di depannya, "Se-sebenarnya apa y-yang te-terjadi?"

Di depannya ada banyak sekali prajurit yang mati bersimbah darah. Kepanikan melanda Arianna yang pertama kalinya melihat ini.

"To-tolong ..." Arianna inginnya berteriak, tetapi suaranya justru bergetar tanpa sadar.

Arianna pun berjalan mundur perlahan-lahan dan mencoba menyadarkan dirinya bahwa sekarang adalah keadaan darurat. Arianna kemudian berbalik dan berlari sekuat tenaga hingga dia sampai di taman belakang yang sering dia lihat dari balkon kamarnya.

Tap tap tap

Srug

Tubuh Arianna ambruk karena sudah lelah untuk berlari lagi. Tubuh lemah Arianna Serafine benar-benar tidak bisa diandalkan saat dalam keadaan darurat seperti ini. Padahal dulunya, Arianna merupakan orang yang gemar melakukan maraton.

"Tubuh ini benar-benar lemah! Dan yang lebih penting, apakah mayat-mayat tadi nyata?" Arianna menatap kedua tangannya yang masih tremor.

KRAAAAK

Telinga Arianna berdengung mendengar suara kencang barusan. Kepala Arianna yang tertunduk lantas mendongak untuk melihat suara itu berasal.

Arianna terjengkang ke belakang saat melihat makhluk besar mengerikan di depannya.

"MONSTER!" Arianna mundur dengan menyeret tubuhnya.

Monster yang sedang ada di depannya sekarang adalah monster yang muncul dalam komik selain Luke. Monster ini berbentuk serigala yang memiliki bulu sangat lebat dengan mata merah yang menyala terang.

Monster itu perlahan mendekat ke arah Arianna, "JANGAN MENDEKAT PADAKU MONSTER JELEK! AKU BUKAN DAGING SEGAR! HUHU~"

Arianna ingin bangun dan berlari sekencang mungkin, tetapi tubuh Arianna tidak mau bekerja sama.

"ARIANNA!!"

Arianna menoleh dan mendapati Catalina berlari dengan sempoyongan ke arahnya seraya menyeret pedang.

"CATALINA BODOH!!! SELAMATKAN AKU, HUWAAA~"

Brug

"Eh?"

Pada akhirnya Catalina justru pingsan lebih dulu dan membuat Arianna menganga lebar. Untuk sesaat Arianna ingin menjadi orang gila saja. Apa ending cerita ini berubah cepat karena kehadirannya? Lalu apakah kematiannya kali ini akan berakhir dimakan oleh monster.

"Hahaha~" Arianna tertawa pedih saat melihat monster itu semakin mendekat ke arahnya.

"Tapi tunggu." Arianna baru ingat kalau monster besar ini ada yang mengendalikan. Dan yang mengendalikan adalah penyihir hitam.

"Tidak salah lagi, dia pasti ada disini dan sedang menyaksikanku menjadi makanan untuk monster ini." Karena mengingat itu, tubuh Arianna tidak lemas lagi.

Arianna berdiri dan menatap monster itu, "Hei monster jelek! Rupamu sama seperti pemilikmu." Arianna lantas memungut pedang yang tadinya dibawa Catalina.

"Meskipun aku tidak tahu cara berpedang, tapi sebelum kau memangsaku, kau harus melawanku!" Arianna menghunuskan pedang itu dengan kesusahan.

"DASAR BRENGSEK SIALAN!!! BERANI SEKALI KAU MENJADIKANKU MANGSA UNTUK MONSTER JELEKMU!"

Srug

Duag

Arianna tersungkur karena serangan monster itu. Pedang yang dia bawa pun terlempar jauh.

Arianna menelan ludahnya kasar karena dia sudah tidak berdaya lagi. Bagaimana tidak? Monster ini sudah menekan perut Arianna dengan kaki besarnya.

"Sudah cukup, Soomu! Kau bisa melepaskannya."

Benar saja apa yang dipikirkan Arianna. Ternyata penyihir hitam lah dalang dari penyerangan mansion Duke Wezen.

Tetapi Arianna justru terpaku pada wajah pria yang sedang berdiri di sebelah monster itu.

"Ku kira kau pria jelek dengan hidung Pinokio, tak kusangka kau cukup tampan." gumam Arianna tanpa sadar.

"Haha ... Begitukah? Ternyata kau adalah wanita unik yang pernah ku temui." ucap penyihir hitam.

Mendengar tawa mengejek pria itu membuat Arianna tersadar. Dia memberikan tatapan marah padanya, "Apa kau puas sekarang?"

Tawa ejekan itu hilang berganti dengan wajah bengis, "Belum! Aku bahkan belum puas sama sekali karena tidak bisa mengubah tempat ini menjadi lautan darah."

"Dasar psikopat gila!" Arianna sadar bahwa pria di depannya benar-benar berbahaya.

"Aku memang gila, apa kau baru tahu? Seharusnya kau berterima kasih karena aku masih berbaik hati hanya membunuh sebagian penghuni mansion ini saja." Pria itu mengeluarkan sulur hitam dari tangannya dan dia arahkan pada Arianna.

"KYAAA!!"

Karena sulur itu, tubuh Arianna melayang hingga membuatnya terjatuh tepat di depan kaki pria itu.

"Kau ... orang jahat!" ucap Arianna dengan menatap pria itu dari bawah.

Pria itu menekuk sebelah kakinya hingga wajahnya berhadapan dengan Arianna. Mata coklat pria itu menelisik wajah Arianna yang nampak pucat.

"Apa kau tahu alasanku melakukan ini?" Pria itu menyeringai.

"Karena memang itu yang ingin kau lakukan." balas Arianna. Tidak disangka dia akan melihat secara dekat wajah sang penyihir hitam yang akan mati mengenaskan di masa depan.

Di dalam komik, setelah penyerangan yang dilakukan kelompok pemberontakan. Pada akhirnya mereka semua mati karena dijatuhi hukuman. Akan tetapi berbeda dengan penyihir hitam. Pria di depannya ini akan mati dengan dibakar hidup-hidup di tepi lembah kematian lalu di dorong hingga jatuh.

"Jawaban yang tidak terduga." Tangan pria itu terulur untuk menyelipkan rambut Arianna ke belakang telinga.

"Perbuatanmu sekarang justru memperlihatkan sosok dirimu yang begitu menyedihkan." Arianna benar-benar memberanikan diri sekarang.

Berkat ucapan Arianna, pria itu menjauh darinya dengan sedikit terkejut? Setelahnya pria itu tiba-tiba saja menghilang bersama monster.

"Hft ..." Arianna menghela nafas berat. Dia pikir pria itu akan membunuhnya dengan tangannya sendiri.

Kejadian tidak terduga ini sungguh mengejutkan untuk Arianna. Dia benar-benar merasa lega sampai menangis karena tidak dibunuh oleh pria itu.

"ARIANNA!"

Tangisan Arianna terhenti saat melihat seorang pria yang bisa dibilang cukup berumur berlari ke arahnya lalu memeluknya erat.

"Tidak apa-apa, putriku. Ayah sudah datang sekarang."

Deg.

Untuk pertama kalinya Arianna mendengar kalimat sakral yang tidak pernah dia dapatkan sebagai Arianna Safi.

"A-ayah ..."

"Jangan takut, putriku."

Perlakuan yang Duke Wezen berikan pada Arianna benar-benar membuat Arianna menangis kencang setelahnya.

Bersambung....

Sama seperti ceritaku sebelumnya, karakter utama perempuanku tentu saja manusia biasa yang nggak punya power. Jika cerita ini tidak sesuai dengan harapan kalian, aku mohon maaf ya 😊🤍

Terima kasih banyak untuk yang sudah mampir🖤🤍

Terpopuler

Comments

Hermalinda Nova

Hermalinda Nova

semangaat kk

2024-02-24

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Menjadi Arianna Serafine Wezen
2 Chapter 2: Dibalik Cerita Mimpi
3 Chapter 3: Target Selanjutnya
4 Chapter 4: Kabar Menyakitkan
5 Chapter 5: Serangan Penyihir Hitam
6 Chapter 6: Mengganjal Pikiran
7 Chapter 7: Keinginan Arianna
8 Chapter 8: Terungkap
9 Chapter 9: Kesalahan Yang Manis
10 Chapter 10: Tidak Memiliki Teman
11 Chapter 11: Ajakan Menikah
12 Chapter 12: Yang Sudah Ditunggu-Tunggu
13 Chapter 13: Keanehan yang Membuat Penasaran
14 Chapter 14: Bertemu Pangeran Nicholas
15 Chapter 15: Bertemu Isabelle
16 Chapter 16: Pertunjukan Musik
17 Chapter 17: Arianna Diculik
18 Chapter 18: Dalam Bahaya
19 Chapter 19: Berharga
20 Chapter 20: Kabar Mengejutkan
21 Chapter 21: Terungkap 2
22 Chapter 22: Pembuktian
23 Chapter 23: Syarat dari Duke
24 Chapter 24: Lebih Baik
25 Chapter 25: Pantas Bahagia
26 Chapter 26: Perasaan Arianna
27 Chapter 27: Pulang
28 Chapter 28: Untuk Arianna
29 Chapter 29: Janji Pernikahan Eze - Arianna
30 Chapter 30: Kelemahan Ezekiel
31 Chapter 31: Kembalinya Pangeran Kekaisaran
32 Chapter 32: Melihat Masa Lalu?
33 Chapter 33: Benang Kusut
34 Chapter 34: Sedikit Tentang Ezekiel
35 Chapter 35: Adelaide, Wanita Misterius
36 Chapter 36: Dalam Bahaya 2
37 Chapter 37: Pesta Minum Teh
38 Chapter 38: Firasat Buruk
39 Chapter 39: Kemenangan Perang
40 Chapter 40: Bukan Ezekiel
41 Chapter 41 : Tetap Tenang
42 Chapter 42: Melelahkan
43 Chapter 43: Terus Bersandiwara
44 Chapter 44: Perlahan Terungkap
45 Chapter 45: Terungkap 3
46 Chapter 46: Jiwa Ezekiel Berada
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Chapter 1: Menjadi Arianna Serafine Wezen
2
Chapter 2: Dibalik Cerita Mimpi
3
Chapter 3: Target Selanjutnya
4
Chapter 4: Kabar Menyakitkan
5
Chapter 5: Serangan Penyihir Hitam
6
Chapter 6: Mengganjal Pikiran
7
Chapter 7: Keinginan Arianna
8
Chapter 8: Terungkap
9
Chapter 9: Kesalahan Yang Manis
10
Chapter 10: Tidak Memiliki Teman
11
Chapter 11: Ajakan Menikah
12
Chapter 12: Yang Sudah Ditunggu-Tunggu
13
Chapter 13: Keanehan yang Membuat Penasaran
14
Chapter 14: Bertemu Pangeran Nicholas
15
Chapter 15: Bertemu Isabelle
16
Chapter 16: Pertunjukan Musik
17
Chapter 17: Arianna Diculik
18
Chapter 18: Dalam Bahaya
19
Chapter 19: Berharga
20
Chapter 20: Kabar Mengejutkan
21
Chapter 21: Terungkap 2
22
Chapter 22: Pembuktian
23
Chapter 23: Syarat dari Duke
24
Chapter 24: Lebih Baik
25
Chapter 25: Pantas Bahagia
26
Chapter 26: Perasaan Arianna
27
Chapter 27: Pulang
28
Chapter 28: Untuk Arianna
29
Chapter 29: Janji Pernikahan Eze - Arianna
30
Chapter 30: Kelemahan Ezekiel
31
Chapter 31: Kembalinya Pangeran Kekaisaran
32
Chapter 32: Melihat Masa Lalu?
33
Chapter 33: Benang Kusut
34
Chapter 34: Sedikit Tentang Ezekiel
35
Chapter 35: Adelaide, Wanita Misterius
36
Chapter 36: Dalam Bahaya 2
37
Chapter 37: Pesta Minum Teh
38
Chapter 38: Firasat Buruk
39
Chapter 39: Kemenangan Perang
40
Chapter 40: Bukan Ezekiel
41
Chapter 41 : Tetap Tenang
42
Chapter 42: Melelahkan
43
Chapter 43: Terus Bersandiwara
44
Chapter 44: Perlahan Terungkap
45
Chapter 45: Terungkap 3
46
Chapter 46: Jiwa Ezekiel Berada

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!