Chapter 19: Berharga

...-<{ SELAMAT MEMBACA }>-...

"Arianna, anakku ..."

Catalina hanya bisa memandangi sang ibu yang terus menangis di dalam kamar Arianna seraya memanggil nama saudara kembarnya itu.

Tiga hari berlalu setelah Arianna dibawa pergi oleh penyihir hitam. Duke Wezen sudah berusaha untuk mencari tempat tinggal penyihir hitam yang misterius.

Andai saja Catalina tahu tempat penyihir hitam, sudah pasti dia akan memberitahu sang ayah untuk segera menjemput Arianna.

Tetapi ada yang mengganjal pikiran Catalina, sebelumnya Arianna pernah bercerita padanya bahwa penyihir hitam lah yang sudah menyelamatkannya sewaktu di hutan. Sejak kapan penyihir hitam berbaik hati menyelamatkan Arianna?

'Mungkinkah penyihir hitam menyukai Arianna?'

"Nona Catalina!"

Catalina kembali menutup pintu kamar Arianna lalu menoleh pada orang yang memanggil namanya.

"Kenapa wajahmu pucat pasi begitu, Lunar?"

"P-para ksatria saling menyerang satu sama lain seperti sedang kerasukan, Nona!" adu Lunar dengan gagap.

"Kerasukan?" beo Catalina dengan mata membelalak.

Catalina lantas membuka kembali pintu kamar Arianna untuk memanggil sang ibu.

"Ibu! Ibu!" panggil Catalina panik.

Duchess Miranda menoleh dengan berderai air mata pada Catalina, "Ke-napa?" tanya Duchess dengan suara serak.

"Tolong panggil ayah untuk kembali ke mansion! Para ksatria yang berjaga tiba-tiba saling menyerang satu sama lain seperti orang kerasukan!"

Duchess mengusap air matanya, kemudian menatap Catalina serius, "Ayo ke ruang kerja ibu!"

"Baik, Bu!" sebelum benar-benar pergi, Catalina melepas sepatu haknya untuk dia gunakan sebagai senjata. Takut-takut kalau ada yang menyerangnya secara tiba-tiba.

Duchess dan Catalina pun bergegas menuju ruang kerja yang mana jaraknya lumayan jauh dari kamar Arianna.

"Nyonya! Nona! Merunduk!"

Prang

Catalina dan Duchess merunduk sambil berpelukan. Tepat diatas kepala mereka terdapat dua pedang yang saling beradu.

Beruntung keduanya bergerak cepat hingga mampu menghindari dari pertemuan dua pedang yang tentunya dapat membuat kepala melayang begitu saja.

"Ibu! Kakak!" Niel berlari mendekati keduanya seraya menenteng pedang.

"Niel! Jangan mendekat kemari!" teriak Catalina.

"Delton, bunuh dia!" titah Niel pada ksatria pribadinya.

Catalina melirik pada ksatria pribadi adiknya yang nampak kesusahan melawan kebrutalan ksatria yang hampir memenggal kepalanya dan sang ibu.

Niel yang memang sudah diajarkan untuk berjaga pada situasi berbahaya seperti sekarang pun menarik tangan Catalina dan Duchess untuk berlindung di tempat yang cukup aman selagi Delton membereskan beberapa ksatria yang tengah kerasukan mulai berdatangan.

Catalina dan Duchess dibawa oleh Niel ke kamarnya yang terdapat sihir perlindungan kuat dari penyihir agung. Ternyata di dalam kamar Niel sudah banyak orang yang diselamatkan oleh Niel, termasuk Lunar dan Hestia.

"Ibu, kakak, tunggu saja disini. Ayah dan penyihir agung akan segera tiba."

Duchess tidak menyangka, anak laki-lakinya yang masih berusia tujuh tahun bisa bersikap dewasa dan mampu menyelamatkan orang-orang penghuni mansion.

"Niel, ikut ibu disini saja, ya? Ibu khawatir Niel kenapa-kenapa." ucap Duchess sambil mengusap pipi Niel yang berisi.

Niel menggeleng dengan wajah datarnya, "Tidak, ibu. Niel harus melindungi semua orang. Jangan khawatir ... Niel kuat kok." ucap Niel.

"Heh adikku yang paling tampan! Di luar berbahaya! Orang-orang yang kerasukan itu bukan boneka mainan yang sering kau gunakan untuk latihan pedang, kau tahu itu kan?" Catalina juga khawatir pada adiknya yang bersikap sok dewasa.

Niel memberikan tatapan malas pada Catalina, "Niel tidak bodoh. Kakak diam saja disini bersama ibu dan yang lain. Sudah ya, Niel harus membantu Reon dan Delton."

Catalina menganga karena jawaban Niel yang seperti itu, "Cih! Dasar adik menyebalkan! Dingin sekali sikapnya padaku." cibir Catalina.

Tanpa menanggapi cibiran Catalina, Niel bergegas keluar untuk menyusul Reon dan Delton. Benar saja tebakan Niel, dua orang itu sudah kuwalahan melawan para ksatria yang terkena sihir kegelapan.

Dengan tubuh kecilnya Niel berlari mendekati para ksatria yang sudah mengepung Delton dan Reon.

"Tuan Muda! Tolong menjauhlah! Ini berbahaya!" pekik Reon yang melihat Niel berlari seraya mengacungkan pedangnya.

Tidak disangka-sangka pedang yang digunakan Niel bercahaya lalu dia arahkan pada para ksatria yang diselubungi sihir kegelapan.

Pedang yang dimiliki oleh Niel memiliki sedikit kekuatan sihir suci penyihir agung. Jadi dalam keadaan mendesak seperti ini, setidaknya dia sudah membantu meskipun tak terlalu berpengaruh banyak.

"Niel!"

Niel menoleh untuk melihat siapa yang baru saja memanggilnya, ternyata sang ayah orangnya. Duke Wezen sudah datang bersama penyihir agung yang mulai menyebarnya kekuatan sihir sucinya untuk mengatasi para ksatria yang menggila.

Duke Wezen berlari mendekati putra bungsunya karena begitu khawatir atas keselamatan putra termudanya itu.

"Apa yang kau lakukan, Niel! Kau tahu kan kalau mereka sedang menggila? Bagaimana jika kau terluka?" marah Duke Wezen.

"Tuan Duke, sihir kegelapan yang ada di mansion ini terlalu kuat. Aku butuh bantuanmu!" seru penyihir agung.

"Baiklah!" jawab Duke Wezen. Duke lantas kembali menatap putranya, "Niel, jangan membantah ayah, sekarang bersembunyilah bersama ibumu."

Niel menggeleng tegas, "Aku tidak mau! Aku ingin membantu ayah!"

"Tuan Duke! Waktu kita tidak banyak!"

Niel pun berlari menghampiri penyihir agung untuk membantu. Duke Wezen hanya bisa pasrah karena Niel yang bersikeras untuk membantu.

Duke Wezen pun ikut membantu menyebarkan sihir suci miliknya agar sihir kegelapan yang menyebar di mansionnya hilang.

"Apakah ini semua ulah penyihir hitam?" tanya Niel pada penyihir agung.

Penyihir agung mengangguk, "Sudah pasti dia."

Seseorang yang menyaksikan keributan itu pun mendecih sinis. Seseorang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Eze yang penampilannya terlihat tak kasat mata karena mantra sihir buatannya.

"Padahal aku belum menyerang sama sekali, beraninya mereka mengkambinghitamkan diriku." gumam Eze kesal.

Memang sebelumnya Eze ingin menyerang kediaman Duke Wezen, tetapi bukan sekarang. Ternyata ada orang yang lebih dulu menyerang kediaman ini dan memanfaatkan dirinya.

"Sebaiknya aku kembali saja dulu."

...🤍🖤🤍...

Sekembalinya Eze dari mansion Duke Wezen, pria itu berjalan tenang menghampiri seorang wanita yang tengah sibuk memainkan piano miliknya.

Suara indah wanita itu terdengar menggema di kastilnya yang temaram. Terhitung tiga hari wanita yang dibawanya kemari membuat suasana kastilnya lebih hidup.

Setiap kali Arianna memainkan piano, Eze tidak bisa mengalihkan pandangannya. Jari lentik wanita itu begitu lihai memainkan tuts-tuts piano. Bisa dikatakan bahwa Arianna adalah wanita yang langka karena bisa memainkan sebuah alat musik.

I don't think about you save me

So amazing ...

Please be by my side you, your my lullaby...

So epiphany ...

Kedatangan Eze tidak disadari oleh Arianna karena memang posisinya membelakangi Eze. Tetapi justru itu yang membuat Eze bisa leluasa menikmati suara indah Arianna.

Lagu yang dinyanyikan oleh Arianna sudah berakhir, wanita itu menoleh dan terkejut melihat Eze.

"Pertunjukan yang bagus, calon istriku."

Arianna yang sudah tiga hari mendengar panggilan 'calon istriku' pun hanya bisa pasrah dan mulai mencoba memaklumi penyihir hitam satu ini.

"Kapan aku boleh pulang?" tanya Arianna seraya mendekati Eze.

"Memangnya aku mengizinkanmu pulang? Tetaplah disini. Meskipun kau tidak suka, hanya tempat ini yang aman untukmu." ucap Eze serius.

Arianna menghela nafas lelah, "Sampai kapan? Disini terlalu sepi. Aku rindu Niel yang imut dan rindu adu mulut dengan Catalina."

"Terjadi penyerangan di rumahmu. Disana aku kembali merasakan adanya sihir kegelapan yang sangat pekat." Eze menarik pinggang Arianna hingga mendekat padanya, "Percayalah padamu, aku hanya ingin kau aman."

Arianna menatap mata Eze yang begitu yakin dan tak terlihat berbohong sama sekali. Pria ini sepertinya serius sekali ingin menjadikannya seorang istri.

"Jika aku setuju menjadi istrimu, bagaimana caranya kau mendapatkan restu dari ayahku?"

Eze tersenyum miring, "Kau tunggu saja. Sebentar lagi aku akan mendapat restu dari ayahmu."

"Jangan melakukan hal yang membuat nyawa orang melayang, Ezekiel!" peringat Arianna dengan mata melotot marah.

"Apa Ash yang sudah membocorkan rencanaku padamu? Kau sepertinya sudah tahu apa yang ingin kulakukan."

Arianna menggeleng, "Ash tidak memberitahu apa-apa padaku. Aku hanya teringat saat kau menyerang rumahku dan pelayan pribadiku menjadi korbannya."

Eze tertawa, "Jadi begitu. Ternyata calon istriku cukup baik hati, ya?"

Tawa renyah itu hilang dalam sekejap. Arianna sampai tidak bisa berkata-kata karena pria di depannya ini pandai bermain banyak wajah.

"Apa kau pernah mendengar sebuah kalimat darah dibalas dengan darah, derita dibalas derita? Aku hanya membalikkan keadaan saja." ucap Eze dingin.

Begitu mendengar ucapan itu, Arianna tidak membalas Eze. Bagi Arianna, ucapan Eze nampaklah seperti sebuah ungkapan yang selama ini pria itu sembunyikan.

"Sekali lagi aku minta padamu. Menikahlah denganku."

'Dia tetep gigih kayak biasanya. Tapi gue penasaran kenapa dia begitu kebelet ngajak gue nikah.'

"Baiklah, aku mau. Apa sekarang kau senang?" tanya Arianna pada Eze yang nampak sedikit melebarkan matanya.

Tidak lama senyum lebar Eze terbit, "Tentu saja aku senang."

Cup

Kecupan singkat dari Eze mampu membuat jantung Arianna hampir keluar. Tingkah pria di depannya ini memang benar-benar diluar nalar menurutnya.

"Secepatnya aku akan mendapatkan restu ayahmu, bahkan Kaisar sekalipun tidak akan menolak pernikahanku denganmu."

Arianna menatap Eze, "Tapi aku mohon padamu, jangan membuat ayahku kesusahan lebih dari sebelumnya."

Eze mengacak-acak rambut Arianna karena gemas, "Calon istriku anak yang begitu berbakti pada ayahnya, padahal bukan anak kandungnya."

"Heh! Akan aku batalkan jika kau berani berkata begitu lagi." ancam Arianna.

Eze tertawa terbahak-bahak, baginya ancaman Arianna tak terlihat seperti ancaman. Setelah tawanya reda, Eze kembali melayangkan kecupan singkat di bibir pink Arianna.

"Kau tidak akan bisa membatalkannya bila sudah berkata mau. Bagiku kau adalah keberuntungan yang datang secara tak terduga. Kau berharga bagiku."

Deg

Arianna merasakan ada begitu banyak kupu-kupu yang beterbangan di dalam perutnya. Apakah yang dikatakan Eze adalah fakta? Arianna takut salah paham andaikata yang dikatakan Eze adalah sebuah kebohongan.

"Dasar anak pembawa sial! Mati saja sana!"

Bagi ayah kandungnya, Arianna hanyalah anak pembawa sial. Karena itulah Arianna takut percaya dengan ucapan Eze yang mengatakan bahwa dirinya berharga.

"A-apa kau s-serius? A-aku berharga?" Mata Arianna berkaca-kaca.

"Aku serius." ucap Eze yakin, "Apa ucapanku terlihat seperti seorang pria bejat yang suka membual? Asal kau tahu, Anna, aku tidak suka menjajakan diri. Kau mendapatkan diriku yang masih perjaka."

Seketika Arianna tertawa terbahak-bahak karena ucapan Eze. Tidak disangka sosok penyihir hitam yang dikatakan si pembuat onar Kekaisaran menurut cerita Ash ternyata bisa berkata lucu seperti itu.

"Kenapa kau tertawa?"

Arianna bersusah payah untuk menghentikan tawanya. Setelah tawanya reda, Arianna memberikan pertanyaan yang membuatnya justru tercengan atas jawaban Eze.

"Bagaimana jika tubuh ini sudah tidak perawan? Memangnya pria mana yang mau?"

"Aku mau asal itu kau orangnya, bukan pemilik asli tubuh ini. Aku tahu kau bukan orang seperti itu."

Seketika Arianna ingin pingsan saja mendengar jawaban yang berhasil membuat jantungnya berdegup kencang.

Bersambung...

HALOOO

Maaf yaa aku udah buat kalian nunggu lama. Tolong tetep ramaikan lapak ini ya😊, seperti yang udah aku ceritakan sebelumnya. Sekarang kerjaanku sistemnya lagi long shift, jadi waktu istirahat aja kurang apalagi buat nulis. Tapi aku bakal usahain buat update cepet.

Minta dukungannya ya teman-teman onlineku😊🤍 Salam hangat dari aku. Semoga kalian sehat-sehat selalu.

Notife dari kalian berharga buat aku, seperti judul chapter ini😊.

Terpopuler

Comments

Dede Mila

Dede Mila

/Proud//Proud//Proud//Proud//Chuckle/

2024-04-26

0

Dhevandra Alfariano_03

Dhevandra Alfariano_03

meleyot hati adek bang🤣🤣🤣

2024-02-07

0

ムチあら

ムチあら

di tunggu up lagi kak,aku udah baca semua ceritanya bagus:) mampir di aku juga kak😃

2024-01-28

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Menjadi Arianna Serafine Wezen
2 Chapter 2: Dibalik Cerita Mimpi
3 Chapter 3: Target Selanjutnya
4 Chapter 4: Kabar Menyakitkan
5 Chapter 5: Serangan Penyihir Hitam
6 Chapter 6: Mengganjal Pikiran
7 Chapter 7: Keinginan Arianna
8 Chapter 8: Terungkap
9 Chapter 9: Kesalahan Yang Manis
10 Chapter 10: Tidak Memiliki Teman
11 Chapter 11: Ajakan Menikah
12 Chapter 12: Yang Sudah Ditunggu-Tunggu
13 Chapter 13: Keanehan yang Membuat Penasaran
14 Chapter 14: Bertemu Pangeran Nicholas
15 Chapter 15: Bertemu Isabelle
16 Chapter 16: Pertunjukan Musik
17 Chapter 17: Arianna Diculik
18 Chapter 18: Dalam Bahaya
19 Chapter 19: Berharga
20 Chapter 20: Kabar Mengejutkan
21 Chapter 21: Terungkap 2
22 Chapter 22: Pembuktian
23 Chapter 23: Syarat dari Duke
24 Chapter 24: Lebih Baik
25 Chapter 25: Pantas Bahagia
26 Chapter 26: Perasaan Arianna
27 Chapter 27: Pulang
28 Chapter 28: Untuk Arianna
29 Chapter 29: Janji Pernikahan Eze - Arianna
30 Chapter 30: Kelemahan Ezekiel
31 Chapter 31: Kembalinya Pangeran Kekaisaran
32 Chapter 32: Melihat Masa Lalu?
33 Chapter 33: Benang Kusut
34 Chapter 34: Sedikit Tentang Ezekiel
35 Chapter 35: Adelaide, Wanita Misterius
36 Chapter 36: Dalam Bahaya 2
37 Chapter 37: Pesta Minum Teh
38 Chapter 38: Firasat Buruk
39 Chapter 39: Kemenangan Perang
40 Chapter 40: Bukan Ezekiel
41 Chapter 41 : Tetap Tenang
42 Chapter 42: Melelahkan
43 Chapter 43: Terus Bersandiwara
44 Chapter 44: Perlahan Terungkap
45 Chapter 45: Terungkap 3
46 Chapter 46: Jiwa Ezekiel Berada
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Chapter 1: Menjadi Arianna Serafine Wezen
2
Chapter 2: Dibalik Cerita Mimpi
3
Chapter 3: Target Selanjutnya
4
Chapter 4: Kabar Menyakitkan
5
Chapter 5: Serangan Penyihir Hitam
6
Chapter 6: Mengganjal Pikiran
7
Chapter 7: Keinginan Arianna
8
Chapter 8: Terungkap
9
Chapter 9: Kesalahan Yang Manis
10
Chapter 10: Tidak Memiliki Teman
11
Chapter 11: Ajakan Menikah
12
Chapter 12: Yang Sudah Ditunggu-Tunggu
13
Chapter 13: Keanehan yang Membuat Penasaran
14
Chapter 14: Bertemu Pangeran Nicholas
15
Chapter 15: Bertemu Isabelle
16
Chapter 16: Pertunjukan Musik
17
Chapter 17: Arianna Diculik
18
Chapter 18: Dalam Bahaya
19
Chapter 19: Berharga
20
Chapter 20: Kabar Mengejutkan
21
Chapter 21: Terungkap 2
22
Chapter 22: Pembuktian
23
Chapter 23: Syarat dari Duke
24
Chapter 24: Lebih Baik
25
Chapter 25: Pantas Bahagia
26
Chapter 26: Perasaan Arianna
27
Chapter 27: Pulang
28
Chapter 28: Untuk Arianna
29
Chapter 29: Janji Pernikahan Eze - Arianna
30
Chapter 30: Kelemahan Ezekiel
31
Chapter 31: Kembalinya Pangeran Kekaisaran
32
Chapter 32: Melihat Masa Lalu?
33
Chapter 33: Benang Kusut
34
Chapter 34: Sedikit Tentang Ezekiel
35
Chapter 35: Adelaide, Wanita Misterius
36
Chapter 36: Dalam Bahaya 2
37
Chapter 37: Pesta Minum Teh
38
Chapter 38: Firasat Buruk
39
Chapter 39: Kemenangan Perang
40
Chapter 40: Bukan Ezekiel
41
Chapter 41 : Tetap Tenang
42
Chapter 42: Melelahkan
43
Chapter 43: Terus Bersandiwara
44
Chapter 44: Perlahan Terungkap
45
Chapter 45: Terungkap 3
46
Chapter 46: Jiwa Ezekiel Berada

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!