Chapter 14: Bertemu Pangeran Nicholas

...-<{ SELAMAT MEMBACA }>-...

Di malam hari sebelum puncak pesta pernikahan Isabelle dan Gavriel, Arianna amat penasaran dengan suasana istana. Karena waktu menikmati suasana istana tidak banyak, maka dari itu dia mengajak Lunar untuk berjalan-jalan berkeliling istana mawar.

Kerajaan Naveer terbagi menjadi beberapa bagian. Sesuai denah yang ditempel di setiap istana, Arianna paham daerah mana yang boleh dikunjungi oleh para tamu dan mana yang tidak boleh dikunjungi kecuali ada undangan khusus.

Karena istana ini cukup luas, Arianna pun sudah cukup bila berkeliling istana mawar saja. Istana mawar merupakan tempat singgah bagi para tamu Kerajaan yang terdapat banyak kamar mewah untuk para tamu bangsawan.

"Nona! Apa Nona tahu sejarah taman bunga istana mawar ini terbentuk?" tanya Lunar dengan mata berbinar.

Arianna menggeleng, "Tidak tahu karena dulu aku lebih terpikirkan soal berlian dan barang mewah lainnya."

Raut wajah Lunar berubah kesal, "Nona ini ya!"

"Hehe~ Jangan menatapku kesal begitu, bukannya kau juga menyukai berlian pemberianku?" Arianna menaikkan kedua alisnya menggoda Lunar.

"Duh, Nona! Saya kan mau bercerita!" dengus Lunar. Tidak lama raut wajahnya kembali ceria karena ingin bercerita.

"Ceritakanlah, aku akan mendengarkanmu." ucap Arianna seraya mengajak Lunar duduk di salah satu kursi panjang yang ada di taman bunga.

"Dulu semasa pemerintahan Raja Ketiga, Ratu yang tengah hamil muda mengidam ingin makan di tengah hamparan bunga yang mirip seperti di wilayah bangsa elf. Tetapi karena hubungan bangsa elf dan manusia kurang baik, Raja ketiga pun memutuskan untuk membuat taman bunga yang mana bunganya dari berbagai benua." cerita Lunar.

Sebenarnya cerita seperti ini cukup klise untuk didengar oleh Arianna yang merupakan seorang penggila novel dan komik romantis. Tetapi jika dia dihadiahkan taman bunga seperti ini pun Arianna mau-mau saja.

"Apa Nona lihat bunga mawar hitam itu? Bunga mawar hitam itu hanya bisa tumbuh di benua Vanderbilt, tempat para bangsa vampir berada." tunjuk Lunar pada bunga mawar hitam yang letaknya tidak jauh dari Arianna.

Arianna menganga lebar dan refleks berlari mendekati bunga mawar hitam itu. Dengan tangan bergetar Arianna memegang bunga mawar hitam yang mekar.

"Gila! Mawar hitam sungguh nyata! Dunia ini memang diluar nalar!" Arianna geleng-geleng kepala tak habis pikir, "Kalau sudah seperti ini, aku jadi penasaran tentang sosok vampir dan manusia serigala yang ada di dunia ini."

Arianna sontak tertawa cukup kencang saat kembali teringat sinetron tentang vampir dan manusia serigala yang pernah dia tonton.

Dari tempatnya, Lunar bertanya-tanya alasan Nonanya tertawa kencang padahal tidak ada yang lucu. Akan tetapi, jika melihat Nonanya yang seperti ini, Lunar menghela napas lega. Dia pikir melayani Lady Arianna adalah hari kiamat untuknya, nyatanya tidak, Nonanya justru menganggapnya sebagai teman.

"Lunar! Bunganya boleh dipetik atau tidak?" tanya Arianna pada Lunar.

Di tempatnya Lunar menggelengkan kepalanya yang membuat Arianna sedikit lesu.

"Padahal bunganya bagus, aku suka." gumam Arianna.

"Lady menyukainya?"

Arianna mengangguk dengan tatapan matanya yang menatap sedih bunga mawar hitam.

'Eh? Suara Lunar kok berubah jadi berat?' Arianna refleks menoleh ke samping.

Ternyata ada sosok pria tampan yang dia tidak ketahui siapa. Karena masih terpaku pada wajah pria tampan itu, Arianna tidak sadar saat punggung tangannya dikecup oleh pria itu.

"Saya Pangeran Nicholas Houltcage Vin Linchia kebetulan bertemu Anda disini, maaf karena saya tidak datang untuk menjenguk Anda ketika sakit." ucap Pangeran kedua Kekaisaran yang memperkenalkan dirinya di depan Arianna dengan sopan.

"Oh, Y-yang Mulia Pangeran," Arianna bingung harus menjawab apa. Wajar saja karena dia bukan bangsawan yang terbiasa berhadapan dengan Pangeran ataupun Kaisar sekalipun. Jadi, dia hanya meniru gerakan film barbie yang pernah dia tonton.

Saat melihat Lunar tidak bereaksi apa-apa soal gerakannya memberi salam untuk Nicholas, Arianna merasa lega kalau ternyata gerakannya benar begitu.

"Apa Lady sudah lebih baik sekarang? Saya dengar Lady kemarin terserang demam."

"Saya sudah baik-baik saja." jawab Arianna seadanya.

"Lady menyukai bunga mawar hitam ini?" tanya Nicholas lagi.

Arianna mengangguk, "Saya baru pertama kali melihat bunga mawar hitam ini. Jadi, saat melihatnya saya langsung menyukainya."

Pria di depannya justru tertawa renyah, "Selera Anda sungguh berbeda ya, biasanya para wanita justru tidak menyukai mawar hitam setelah melihatnya dan mengetahui artinya."

"Kalau boleh saya tahu, apa arti bunga mawar hitam ini?"

Tawa renyah Nicholas hilang berganti raut wajah yang sulit diartikan. Tangan pria itu justru memetik bunga itu lalu dia berikan pada Arianna.

"Loh? Bukannya tidak boleh dipetik?" Arianna bertanya-tanya sambil menerima bunganya.

"Mawar hitam berarti keputusasaan, gelap dan juga kebusukan." ucap Nicholas dengan pandangan yang terus tertuju pada bunga mawar hitam, "Tidak ada arti kebaikan dari bunga mawar hitam ini seperti sang penyihir hitam."

Arianna merasa suasana di sekelilingnya menjadi lebih dingin dan suram daripada sebelumnya. Mungkin karena memang malam sudah larut atau hanya perasaan Arianna saja setelah kehadiran Pangeran Kekaisaran, suasananya menjadi berbeda.

"Em, t-ternyata artinya tidak enak didengar ya," Arianna tersenyum canggung menanggapi Nicholas.

Nicholas ikut tersenyum, "Sebaiknya Lady tidak menyukai bunga mawar hitam ini. Dan sebagai permintaan maaf saya, bisakah Anda datang ke pesta dansa besok bersama saya? Saya akan menjemput Anda."

"Ah ... I-itu ..." Arianna menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Sebelumnya saya minta maaf. Saya tidak bisa datang bersama Anda karena sudah membuat janji terlebih dahulu dengan orang lain."

Orang lain itu adalah Catalina. Arianna ingin membuat sedikit perubahan di pandangan para bangsawan. Arianna ingin mereka melihat hubungannya dengan Catalina sangatlah erat sebagai saudara kembar.

"Saya telat satu langkah dari orang itu rupanya. Mungkin di lain kesempatan saya bisa menjadi pasangan Anda, Lady ..." Nicholas mengecup punggung tangan Arianna dengan anggun.

"Malam sudah larut, sebaiknya Lady kembali ke kamar agar tidak terserang demam lagi. Saya permisi dulu, Lady Arianna. Selamat malam."

"Ah, i-iya selamat malam juga." Arianna membungkukkan sedikit tubuhnya dengan tangan memegang kanan kiri gaunnya.

Kepergian Nicholas membuat Arianna bernapas lega. Dia merasa tercekik berada di dekat pria tampan itu. Lunar yang memang tidak bisa mendekat karena adanya Nicholas kini bergegas mendekati Arianna.

"Nona! Apa Nona baik-baik saja? Kenapa Nona merasa tertekan seperti itu?" cerca Lunar yang khawatir melihat raut wajah Arianna.

"Aku baik-baik saja, hanya saja aku merasa kurang nyaman berada di dekat Pangeran Nicholas." bisik Arianna yang takut terdengar oleh orang.

Arianna merasa heran, setelah bertemu beberapa pria tampan di dunia ini, dia merasa kurang nyaman karena mereka membawa aura yang cukup membahayakan. Itu yang dirasakan Arianna saat berhadapan dengan penyihir hitam dan Pangeran Kekaisaran.

"Nona memang aneh. Padahal banyak sekali seumuran Nona yang ingin berdekatan dengan Pangeran Nicholas, tapi Nona justru kurang nyaman saat Pangeran Nicholas yang lebih dulu mendekat." ucap Lunar dengan polosnya.

Arianna menggeplak lengan Lunar cukup keras, "Ku beritahu ya, Lunar! Jangan tertipu dengan wajah tampan seorang pria. Hanya itu saja yang bisa ku beritahu padamu."

Lunar mengelus lengannya sambil manggut-manggut saja, "Saya jadi curiga kalau ternyata selera Nona ada yang aneh. Atau Nona ..."

"Atau apa?!" Arianna berkacak pinggang.

"Nona ingin menjadi perawan tua ya? Atau Nona justru punya selera ingin menikah dengan barang mewah?" tuding Lunar.

"Sembarangan!" Arianna kembali memukul lengan Lunar karena gemas, "Aku ini wanita normal tahu! Hanya saja belum bertemu yang pas di hati. Kalau sudah bertemu aku akan menikah kok!"

Lunar bernapas lega, "Syukurlah ... Tuan dan Nyonya pasti senang bila mendengar ini." ucapnya tanpa sadar.

"Oh jadi begitu ya? Ayah dan ibu yang menyuruhmu bertanya-tanya seperti itu?" Arianna manggut-manggut paham.

Lunar yang tidak pandai menyembunyikan ekspresi bohong nampak panik dan itu terlihat lucu di mata Arianna.

BUMM

"ASTAGA!"

Saking terkejutnya dengan suara ledakan itu, Arianna dan Lunar berpelukan. Tapi anehnya tidak terjadi apa-apa, hanya terdengar suaranya saja.

"Suara apa tadi, Lunar? Padahal terdengar keras tapi kok tidak ada keributan?" bingung Arianna.

"Saya juga tidak tahu, Nona! Jantung saya masih berdegup kencang karena terkejut." Lunar mengusap dadanya berkali-kali untuk meredakan keterkejutannya.

"Sebaiknya kita kembali saja ke kamar sekarang. Aku merasa ada yang mengawasi kita sedari tadi." ajak Arianna.

"Iya-iya! Ayo, Nona!" Lunar dan Arianna pun bergegas meninggalkan taman bunga istana mawar dengan perasaan takut.

Sepeninggal Arianna, seseorang yang telah lama bersembunyi di balik pohon pun muncul. Seseorang itu menatap kepergian Arianna seraya menyeringai lebar.

"Apa yang baru saja kulihat? Sungguh hal yang tak terduga."

Bersambung ...

Kalian pernah ngerasain perasaan nggak nyaman saat bersama seseorang nggak? Kalau pernah berarti itulah yang lagi dirasain Arianna pas ketemu Nicholas.

Oh iya, untuk yang sudah mampir dan pembaca baru, aku ucapin TERIMA KASIH BANYAK😊🤍 KAMSAHAMNIDAAA✨ Terima kasih juga yang sudah like🥰

Sampai bertemu di chapter selanjutnya😊

Episodes
1 Chapter 1: Menjadi Arianna Serafine Wezen
2 Chapter 2: Dibalik Cerita Mimpi
3 Chapter 3: Target Selanjutnya
4 Chapter 4: Kabar Menyakitkan
5 Chapter 5: Serangan Penyihir Hitam
6 Chapter 6: Mengganjal Pikiran
7 Chapter 7: Keinginan Arianna
8 Chapter 8: Terungkap
9 Chapter 9: Kesalahan Yang Manis
10 Chapter 10: Tidak Memiliki Teman
11 Chapter 11: Ajakan Menikah
12 Chapter 12: Yang Sudah Ditunggu-Tunggu
13 Chapter 13: Keanehan yang Membuat Penasaran
14 Chapter 14: Bertemu Pangeran Nicholas
15 Chapter 15: Bertemu Isabelle
16 Chapter 16: Pertunjukan Musik
17 Chapter 17: Arianna Diculik
18 Chapter 18: Dalam Bahaya
19 Chapter 19: Berharga
20 Chapter 20: Kabar Mengejutkan
21 Chapter 21: Terungkap 2
22 Chapter 22: Pembuktian
23 Chapter 23: Syarat dari Duke
24 Chapter 24: Lebih Baik
25 Chapter 25: Pantas Bahagia
26 Chapter 26: Perasaan Arianna
27 Chapter 27: Pulang
28 Chapter 28: Untuk Arianna
29 Chapter 29: Janji Pernikahan Eze - Arianna
30 Chapter 30: Kelemahan Ezekiel
31 Chapter 31: Kembalinya Pangeran Kekaisaran
32 Chapter 32: Melihat Masa Lalu?
33 Chapter 33: Benang Kusut
34 Chapter 34: Sedikit Tentang Ezekiel
35 Chapter 35: Adelaide, Wanita Misterius
36 Chapter 36: Dalam Bahaya 2
37 Chapter 37: Pesta Minum Teh
38 Chapter 38: Firasat Buruk
39 Chapter 39: Kemenangan Perang
40 Chapter 40: Bukan Ezekiel
41 Chapter 41 : Tetap Tenang
42 Chapter 42: Melelahkan
43 Chapter 43: Terus Bersandiwara
44 Chapter 44: Perlahan Terungkap
45 Chapter 45: Terungkap 3
46 Chapter 46: Jiwa Ezekiel Berada
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Chapter 1: Menjadi Arianna Serafine Wezen
2
Chapter 2: Dibalik Cerita Mimpi
3
Chapter 3: Target Selanjutnya
4
Chapter 4: Kabar Menyakitkan
5
Chapter 5: Serangan Penyihir Hitam
6
Chapter 6: Mengganjal Pikiran
7
Chapter 7: Keinginan Arianna
8
Chapter 8: Terungkap
9
Chapter 9: Kesalahan Yang Manis
10
Chapter 10: Tidak Memiliki Teman
11
Chapter 11: Ajakan Menikah
12
Chapter 12: Yang Sudah Ditunggu-Tunggu
13
Chapter 13: Keanehan yang Membuat Penasaran
14
Chapter 14: Bertemu Pangeran Nicholas
15
Chapter 15: Bertemu Isabelle
16
Chapter 16: Pertunjukan Musik
17
Chapter 17: Arianna Diculik
18
Chapter 18: Dalam Bahaya
19
Chapter 19: Berharga
20
Chapter 20: Kabar Mengejutkan
21
Chapter 21: Terungkap 2
22
Chapter 22: Pembuktian
23
Chapter 23: Syarat dari Duke
24
Chapter 24: Lebih Baik
25
Chapter 25: Pantas Bahagia
26
Chapter 26: Perasaan Arianna
27
Chapter 27: Pulang
28
Chapter 28: Untuk Arianna
29
Chapter 29: Janji Pernikahan Eze - Arianna
30
Chapter 30: Kelemahan Ezekiel
31
Chapter 31: Kembalinya Pangeran Kekaisaran
32
Chapter 32: Melihat Masa Lalu?
33
Chapter 33: Benang Kusut
34
Chapter 34: Sedikit Tentang Ezekiel
35
Chapter 35: Adelaide, Wanita Misterius
36
Chapter 36: Dalam Bahaya 2
37
Chapter 37: Pesta Minum Teh
38
Chapter 38: Firasat Buruk
39
Chapter 39: Kemenangan Perang
40
Chapter 40: Bukan Ezekiel
41
Chapter 41 : Tetap Tenang
42
Chapter 42: Melelahkan
43
Chapter 43: Terus Bersandiwara
44
Chapter 44: Perlahan Terungkap
45
Chapter 45: Terungkap 3
46
Chapter 46: Jiwa Ezekiel Berada

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!