Chapter 4: Kabar Menyakitkan

...-<{ SELAMAT MEMBACA }>-...

Mansion Duke Wezen kembali digegerkan oleh Ramona yang mengabarkan bahwa Arianna Serafine kembali tidak sadarkan diri.

Duchess serta Catalina dan adik bungsunya nampak terburu-buru menuju kamar Arianna.

Sesampainya di kamar Arianna, Duchess terpaku menatap putrinya yang terbaring tak sadarkan diri di tempat tidur.

"Tadi pagi saya berniat membangunkan Nona, tetapi Nona tidak bangun-bangun, Nyonya! Lalu Nona juga mengalami demam tinggi." cerita Ramona dengan wajah memerah sehabis menangis.

"Padahal kemarin dia sudah membaik, kenapa bisa seperti ini?" Duchess menyentuh kening Arianna yang memang sangat panas.

"Tolong tenanglah, ibu, sebentar lagi dokter akan datang." Catalina mencoba menenangkan Duchess.

Duchess benar-benar khawatir dengan kondisi putri sulungnya ini, 'Apa karena itu penyebabnya?'

Tok tok tok

Dokter yang dipanggil pun sudah datang dan mulai melakukan pemeriksaan untuk Arianna.

"Nyonya Duchess tidak perlu terlalu khawatir. Kondisi yang dialami Lady Arianna bisa dikatakan hal yang wajar setelah mengalami koma selama dua bulan."

Dokter menjelaskan bahwa Arianna masih dalam tahap pemulihan dan tubuhnya yang mencoba menyesuaikan dengan masa pergantian cuaca sekarang.

Duchess dan Catalina bernapas lega mendengar penjelasan itu.

"Saya akan memberikan resep obat herbal dari wilayah barat yang akan membantu pemulihan tubuh Lady Arianna. Jadi, kedepannya Lady Arianna harus mengonsumsi obat herbal itu selama satu minggu."

Duchess mengangguk, "Baik, terima kasih sudah datang, dokter Eren. Aku sungguh panik karena takut putriku kembali tidak sadarkan diri dalam waktu lama."

"Saya mengerti atas kekhawatiran Anda, Satu minggu lagi saya akan datang untuk memeriksa kondisi Lady Arianna."

Setelah mengatakan itu, dokter pun pamit pulang karena dia masih harus ke istana Kekaisaran.

Tepat setelah kepergian dokter, Arianna membuka matanya. Dia bingung dengan adanya Duchess dan Catalina yang ada di kamarnya.

"Kalian kenapa?" tanya Arianna dengan suara serak. Arianna merasakan tubuhnya begitu lemas untuk digerakkan.

"Kau yang kenapa! Sebenarnya kau habis melakukan apa sampai demam tinggi dan membuat seisi rumah panik, huh?" marah Catalina.

'Oh, jadi gue demam? Pantes aja wajah Duchess keliatan khawatir banget.' batin Arianna dalam hati.

"Ya santai dong! Aku mana tahu kalau akan demam?" sungut Arianna.

Duchess memegang keningnya yang terasa pusing. Kedua putrinya ini memang tidak seharusnya berada di tempat yang sama, alasannya ya tentu saja seperti sekarang. Mereka akan seperti kucing dan tikus yang tidak akan pernah akur.

"Kalau kau datang kemari untuk mengomel, lebih baik keluar sana! Kepalaku semakin pusing mendengar suaramu tahu!"

"Justru karena aku peduli padamu makanya aku mengomel! Aku mengomel untuk kebaikanmu, bodoh!" Catalina tidak mau kalah adu mulut.

"Sudah-sudah!" potong Duchess yang sudah tidak tahan, "Kalian ini ya, benar-benar! Apa kalian tidak malu bertengkar begitu di depan Niel?"

Berkat ucapan Duchess, Arianna jadi sadar akan sosok Niel Mackenzie, putra termuda Duchess yang akan menjadi penerus keluarga ini.

"Oh, Niel? Apa kau tidak merindukan kakakmu yang cantik jelita ini?" Arianna mencoba mengajak bicara Niel yang memang sedari tadi hanya diam saja.

Niel diem tidak menyahut. Arianna menduga bahwa Niel merupakan anak yang pendiam, maka dari itu dia merasa aneh karena tidak mendapat balasan dari Niel.

Tidak disangka, Niel mendekati Arianna. Anak kecil itu meletakkan telapak tangannya yang kecil di kening Arianna.

"Jangan sakit, Kakak." ucap Niel singkat.

"Ya ampun!" Mata Catalina tidak percaya dengan pemandangan yang ada di depannya.

Ini pertama kalinya adik laki-lakinya yang pendiam bicara. Bahkan Catalina sendiri tidak pernah diajak bicara oleh Niel. Adiknya itu selalu menghindar bila berpapasan dengan Arianna maupun dengannya.

Arianna yang tidak tahu fakta tentang itu justru senang karena Niel peduli padanya, "Mungkin aku akan cepat sembuh kalau kau yang merawatku, Niel."

Niel sedikit menelengkan kepalanya, "Begitukah?"

Arianna mengangguk antusias, "Betul! Sering-seringlah datang kemari, karena kakakmu ini masih belum diperbolehkan keluar kamar."

Pada dasarnya Arianna yang memang menyukai anak kecil pun merasa senang saat melihat Niel. Menurut Arianna, Niel terlihat menggemaskan di matanya.

Niel berbalik dan menatap Duchess, "Apakah Niel boleh berkunjung ke kamar kakak?" tanya Niel polos.

Duchess dan Catalina sama-sama terkejut dengan mulut yang menganga. Ini adalah keajaiban!

"Te-tentu. Kakakmu pasti akan cepat sembuh karena Niel." ucap Duchess.

"Sungguh sulit dipercaya! Apakah adikku yang dingin itu terhipnotis?" gumam Catalina yang masih bisa di dengar oleh Duchess.

Arianna hanya bisa menahan tawanya melihat ekspresi Catalina. Pasalnya di dalam komik dijelaskan bahwa dia dan adiknya, Niel Mackenzie tidak akrab.

Tapi setelah Arianna sadar, sepertinya alur cerita dalam komik mengalami perubahan. Meskipun sosok Arianna Serafine hanya tokoh sampingan, tetapi tidak pernah ada kabar bahwa Arianna Serafine mengalami kecelakaan tertabrak kereta kuda.

'Kalau begitu justru bagus! Tapi ...'

Arianna sedikit takut bila alur cerita komik ini melenceng cukup parah karena dia yang merupakan seorang perasuk, akan ada efek yang lebih besar ke depannya entah itu baik atau buruk.

"Ramona, tolong bawakan makanan untuk Arianna." perintah Duchess.

Ramona dengan sigap melaksanakan perintah Duchess. Setelah kepergian Ramona, Duchess mengajak Catalina keluar dari kamar Arianna agar putrinya itu bisa istirahat.

"Niel, apa kau bisa membantuku minum?"

Niel mengangguk. Setelahnya pun Arianna disuapi makan oleh Niel. Arianna yang pada dasarnya lemah terhadap anak kecil tidak bisa untuk tidak memainkan pipi gembul Niel sebagai ganti ucapan bahwa dia senang dengan adanya Niel.

...🤍🖤🤍...

Sementara itu di ruang kerja Duchess, dia mendapatkan kabar bahwa istana Kekaisaran diserang oleh penyihir hitam semalam.

Kabarnya, penyihir hitam datang menyamar sebagai prajurit lalu tiba-tiba saja menebas kepala beberapa dayang dan prajurit yang dia lihat. Tidak hanya itu, penyihir hitam juga membawa monster 'Luke' yang membuat suasana istana menjadi semakin kacau.

Monster 'Luke' dijelaskan bentuknya mirip singa lalu memiliki tiga ekor dan sayap kelelawar, monster itu juga bisa menyemburkan racun dari mulutnya yang mana racun itu cukup berbahaya meskipun tidak mematikan.

"Akhir-akhir ini penyihir hitam seringkali membuat keributan. Aku sangat khawatir dengan keadaan mansion ini tanpa adanya suamiku." ucap Duchess pada Reon yang merupakan butler mansion ini.

"Nyonya tidak perlu khawatir. Bukankah Tuan Duke sudah memberikan perlindungan sihir untuk mansion ini?"

Itu benar. Tetapi Duchess tetap merasa khawatir. Meskipun suaminya sudah memberikan sihir perlindungan, tetap saja akan jauh lebih aman bila suaminya ada di sini.

"Omong-omong, apa suamiku mengirimkan surat balasan?"

"Iya Nyonya, hampir saja saya lupa tentang kabar penting ini. Tolong maafkan kelalaian saya ini." Reon merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya lupa tentang surat balasan dari Duke.

"Tidak apa-apa, Reon. Aku mengerti ada begitu banyak hal yang kau urus untuk membantuku hingga membuatmu lupa."

Reon pun mengambilkan surat itu dan menyerahkannya pada Duchess, "Ini suratnya, Nyonya."

Duchess menerima surat itu lalu segera membukanya. Matanya nampak fokus membaca surat balasan dari suaminya.

Permasalahan yang ada disini sudah hampir selesai ku tangani. Dan juga aku sudah menemukan orangnya, ternyata dia memang tinggal di sini.

Aku juga mendengar kabar bahwa Arianna sudah sadar, secepatnya aku akan pulang, sayang. Jaga kesehatanmu selalu.

Tertanda, suamimu.

Beban yang dirasakan Duchess semenjak suaminya pergi pun perlahan hilang setelah membaca surat dari suaminya.

"Oh iya, Nyonya, saya hampir lupa lagi." Reon kembali menyerahkan surat undangan yang terlihat elegan dan terdapat lambang serigala hitam di bagian suratnya.

"Pernikahan Yang Mulia Pangeran dan Putri terlaksana dua minggu lagi?"

Kabar ini cukup mengejutkan untuk Duchess. Tidak disangka pernikahannya akan secepat ini. Dan juga karena surat ini, Duchess jadi teringat akan putri keduanya, yaitu Catalina.

"Reon," panggil Duchess.

"Ya, Nyonya?"

"Soal surat undangan ini biar aku yang memberitahukannya pada putri-putriku. Dan soal obat herbal yang disarankan dokter, apakah dia sudah mengirimnya?"

"Saya mendengar kabar mengenai obatnya yang akan tiba nanti malam." jawab Reon.

Duchess mengangguk, "Kau boleh kembali, Reon."

Reon pun beranjak dari ruang kerja Duchess, akan tetapi dia dikejutkan dengan kehadiran Catalina yang berdiri di depan pintu dengan wajah yang tidak bisa dijelaskan.

Catalina segera masuk untuk menemui ibunya. Saat Catalina berada di dalam, Duchess pikir itu adalah Reon, tetapi ternyata putrinya.

"Pasti kau sudah mendengarnya kan?" tebak Duchess.

Catalina mengangguk, "Aku sudah mendengarnya, ibu."

Duchess tersenyum tipis, "Relakan dia, Cat. Kau berhak dapat yang lebih baik."

Ucapan Duchess hampir mirip dengan ucapan Arianna sebelumnya. Haruskah dia menyerah? Tetapi entah kenapa dia masih belum rela melepaskan Gavriel untuk wanita itu.

"Apa ibu tahu apa yang sedang aku pikirkan sekarang?" ujar Catalina lirih, tidak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya.

"Kau ingin meracuni Putri Isabelle?" tebak Duchess yang sudah mengerti perangai putrinya ini.

Catalina tertawa sumbar, "Ternyata ibu sudah tahu. Lalu apa boleh aku meracuninya?"

Duchess tidak menjawab, dia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju Catalina. Duchess memberikan pelukan hangat untuk putri cantiknya ini.

"Jika sudah meracuninya, apa kau akan puas?" Catalina menggeleng.

Duchess mengurai pelukannya, dia menangkup wajah kecil Catalina, "Mungkin kau bisa membunuhnya sekarang. Tapi jawaban yang kau inginkan tidak akan pernah kau dapatkan."

Dalam hati Catalina membenarkan. Meskipun dia membunuh Isabelle; orang yang dicintai Gavriel, tetap saja hati Gavriel tidak akan pernah jadi miliknya.

Tetapi kabar pernikahan Gavriel dan wanita yang dicintainya menjadi kabar yang paling menyakitkan untuk Catalina saat ini.

Pagi itu, Catalina menangis sejadi-jadinya di pelukan sang ibu.

Bersambung ....

Buat yang udah mampir, aku ucapin terima kasih banyak yaaa ....😊

Aku bakal usaha untuk terus update meskipun agak telat. Tahu sendiri aku ini budak korporat xixixi ...

Terpopuler

Comments

deria

deria

relakan orang yang tidak mencintaiku cat😊 percayalah akan ada orang yang mau nrima kamu apa adanya🤗.. jangan gegabah dan bertindak bodoh.. karna itu akan menghancurkan keluarga mu..

2023-12-30

3

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Menjadi Arianna Serafine Wezen
2 Chapter 2: Dibalik Cerita Mimpi
3 Chapter 3: Target Selanjutnya
4 Chapter 4: Kabar Menyakitkan
5 Chapter 5: Serangan Penyihir Hitam
6 Chapter 6: Mengganjal Pikiran
7 Chapter 7: Keinginan Arianna
8 Chapter 8: Terungkap
9 Chapter 9: Kesalahan Yang Manis
10 Chapter 10: Tidak Memiliki Teman
11 Chapter 11: Ajakan Menikah
12 Chapter 12: Yang Sudah Ditunggu-Tunggu
13 Chapter 13: Keanehan yang Membuat Penasaran
14 Chapter 14: Bertemu Pangeran Nicholas
15 Chapter 15: Bertemu Isabelle
16 Chapter 16: Pertunjukan Musik
17 Chapter 17: Arianna Diculik
18 Chapter 18: Dalam Bahaya
19 Chapter 19: Berharga
20 Chapter 20: Kabar Mengejutkan
21 Chapter 21: Terungkap 2
22 Chapter 22: Pembuktian
23 Chapter 23: Syarat dari Duke
24 Chapter 24: Lebih Baik
25 Chapter 25: Pantas Bahagia
26 Chapter 26: Perasaan Arianna
27 Chapter 27: Pulang
28 Chapter 28: Untuk Arianna
29 Chapter 29: Janji Pernikahan Eze - Arianna
30 Chapter 30: Kelemahan Ezekiel
31 Chapter 31: Kembalinya Pangeran Kekaisaran
32 Chapter 32: Melihat Masa Lalu?
33 Chapter 33: Benang Kusut
34 Chapter 34: Sedikit Tentang Ezekiel
35 Chapter 35: Adelaide, Wanita Misterius
36 Chapter 36: Dalam Bahaya 2
37 Chapter 37: Pesta Minum Teh
38 Chapter 38: Firasat Buruk
39 Chapter 39: Kemenangan Perang
40 Chapter 40: Bukan Ezekiel
41 Chapter 41 : Tetap Tenang
42 Chapter 42: Melelahkan
43 Chapter 43: Terus Bersandiwara
44 Chapter 44: Perlahan Terungkap
45 Chapter 45: Terungkap 3
46 Chapter 46: Jiwa Ezekiel Berada
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Chapter 1: Menjadi Arianna Serafine Wezen
2
Chapter 2: Dibalik Cerita Mimpi
3
Chapter 3: Target Selanjutnya
4
Chapter 4: Kabar Menyakitkan
5
Chapter 5: Serangan Penyihir Hitam
6
Chapter 6: Mengganjal Pikiran
7
Chapter 7: Keinginan Arianna
8
Chapter 8: Terungkap
9
Chapter 9: Kesalahan Yang Manis
10
Chapter 10: Tidak Memiliki Teman
11
Chapter 11: Ajakan Menikah
12
Chapter 12: Yang Sudah Ditunggu-Tunggu
13
Chapter 13: Keanehan yang Membuat Penasaran
14
Chapter 14: Bertemu Pangeran Nicholas
15
Chapter 15: Bertemu Isabelle
16
Chapter 16: Pertunjukan Musik
17
Chapter 17: Arianna Diculik
18
Chapter 18: Dalam Bahaya
19
Chapter 19: Berharga
20
Chapter 20: Kabar Mengejutkan
21
Chapter 21: Terungkap 2
22
Chapter 22: Pembuktian
23
Chapter 23: Syarat dari Duke
24
Chapter 24: Lebih Baik
25
Chapter 25: Pantas Bahagia
26
Chapter 26: Perasaan Arianna
27
Chapter 27: Pulang
28
Chapter 28: Untuk Arianna
29
Chapter 29: Janji Pernikahan Eze - Arianna
30
Chapter 30: Kelemahan Ezekiel
31
Chapter 31: Kembalinya Pangeran Kekaisaran
32
Chapter 32: Melihat Masa Lalu?
33
Chapter 33: Benang Kusut
34
Chapter 34: Sedikit Tentang Ezekiel
35
Chapter 35: Adelaide, Wanita Misterius
36
Chapter 36: Dalam Bahaya 2
37
Chapter 37: Pesta Minum Teh
38
Chapter 38: Firasat Buruk
39
Chapter 39: Kemenangan Perang
40
Chapter 40: Bukan Ezekiel
41
Chapter 41 : Tetap Tenang
42
Chapter 42: Melelahkan
43
Chapter 43: Terus Bersandiwara
44
Chapter 44: Perlahan Terungkap
45
Chapter 45: Terungkap 3
46
Chapter 46: Jiwa Ezekiel Berada

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!