Chapter 8: Terungkap

Duke dan Duchess mendengar kabar dari butler bahwa kedua putri mereka akhir-akhir ini tengah belajar bahasa kuno Arktik di perpustakaan. Tentu saja kabar itu membuat pasangan suami istri itu bertanya-tanya.

Tidak hanya itu, mereka berdua juga terkejut saat tahu bahwa Arianna dan Catalina tengah memainkan piano di ruang musik.

"Apakah kedua putri kita mendapatkan karunia Dewa Shiraz? Aku tidak menyangka mereka memiliki suara merdu seperti itu." ucap Duchess yang tengah mengintip bersama Duke Wezen.

"Aku pun masih tidak menyangka bahwa putri kita bisa menyanyi menggunakan bahasa kuno Arktik yang sulit dipelajari itu." balas Duke Wezen.

Kedua orang yang diperbincangkan masih tidak menyadari adanya orang lain yang tengah melihat mereka.

Arianna mengakhiri permainan pianonya dengan senyuman puas. Tidak disangka Catalina cukup jenius karena mampu mempelajari bahasa inggris yang mana di dunia ini dikenal sebagai bahasa kuno Arktik.

"Menurutmu bagaimana dengan lagu yang ku sarankan ini?" tanya Arianna pada Catalina.

"Aku cukup puas karena lagu ini mewakili perasaanku."

Arianna tersenyum, "Kau sudah berusaha keras, Catalina."

Catalina mengangguk dan membalas senyuman Arianna, "Omong-omong kau tahu darimana lagu ini?"

"Tentu saja dari kenalanku." Arianna sudah ancang-ancang memberikan jawaban ini bila Catalina bertanya.

"Arianna, Catalina, pertunjukan yang bagus." puji Duke Wezen yang memperlihatkan dirinya disusul oleh Duchess.

Arianna dan Catalina saling pandang sejenak kemudian tertawa bersama. Mereka terlalu fokus berlatih hingga tidak menyadari adanya penonton.

"Darimana kalian belajar bahasa kuno Arktik?" Pertanyaan Duchess membuat Arianna membeku di tempat.

Karena di dunia ini masih menganut sistem patriarki, yang mana hanya seorang lelaki yang diperbolehkan belajar bahasa-bahasa asing dan bersekolah di akademi. Berbeda dengan wanita yang hanya diajari untuk membaca dan menulis saja.

"Sebelumnya aku tidak mengerti bahasa kuno Arktik, ayah. Berkat Arianna aku jadi mengerti meskipun masih belum sempurna."

Catalina melirik Arianna.

Pandangan Duchess beralih ke Arianna, "Siapa yang mengajarimu, Arianna?"

"Aku belajar otodidak, ibu." jawab Arianna spontan. Semoga saja dengan jawaban ini Duchess merasa puas dan tidak bertanya lagi.

"Dua hari lagi pesta pernikahannya diadakan. Apakah kalian sudah menyiapkan gaun untuk kalian pakai di pesta itu?"

Pertanyaan Duke Wezen tidak mendapat balasan dari kedua putrinya. Duke paham, mereka pasti terlalu fokus belajar bahasa kuno Arktik, jadi belum mempersiapkan apapun. Duke Wezen sendiri tidak masalah bila kedua putrinya ingin belajar.

"Oh iya Arianna, perihal kalung permata blue emerald yang kau minta ternyata sudah lebih dulu dipesan oleh Pangeran Gavriel. Jadi, ayah akan belikan kalung permata lain sebagai gantinya." ucap Duke memberitahu.

"Hah? Kapan aku pesan kalung permata itu, ayah?" Arianna agak panik sedikit, karena kalung permata itulah yang membuat nyawa Arianna Serafine akan melayang di masa depan.

"Kau lupa ya? Sebelum kau mengalami kecelakaan itu, kau merengek pada ayah agar dibelikan kalung permata blue emerald."

'Anjir! Ternyata Arianna Serafine pelakunya.'

Alasan Arianna Serafine asli tergiur kalung permata blue emerald itu karena permata itu di dapat di wilayah laut barat yang mana merupakan tempat tinggal para putri duyung. Bisa dibilang, kalung permata itu adalah benda langka.

"Tidak perlu membelikanku kalung permata lagi, ayah."

Arianna tidak munafik kok, dia juga suka benda berkilauan semacam permata, tetapi setelah melihat kotak perhiasan Arianna Serafine, dia sudah cukup puas hanya dengan melihatnya. Kalung permata yang dimiliki Arianna Serafine sangatlah banyak.

"Tumben kau menolak." Catalina menatap Arianna curiga, "Apa kau sengaja menolak untuk meminta sesuatu yang lebih mahal lagi ya?"

Arianna memukul lengan Catalina agar berhenti menatapnya curiga, "Aku ingin tobat dari sifat borosku, bodoh!"

"Hahaha~" Catalina justru tertawa, "Kau Ingin bertobat akan sifat borosmu? Sungguh mustahil!!"

"Ayah, ibu, lihatlah kelakuan buruk Catalina!" adu Arianna pada Duchess dan Duke Wezen. Arianna kesal karena ditertawakan oleh Catalina.

Menurut Duke Wezen, begini lebih baik. Justru karena pertengkaran kecil kedua putrinya lah yang membuat mansion ini hidup. Seperti kata pepatah, bahwa harta yang berharga adalah keluarga.

...🤍🖤🤍...

Di tengah malam Arianna terbangun. Dia yang merasa haus pun meminum segelas air lalu setelahnya mencoba untuk tidur lagi.

Akan tetapi, Arianna justru tidak mengantuk lagi.

"Kalau dari cerita transmigrasi yang aku baca, biasanya seseorang yang masuk ke tubuh orang lain akan mendapatkan ingatan orang itu atau bisa saja bertemu langsung dengan jiwa orang yang dimasuki tubuhnya." gumam Arianna.

Berbeda dengan kasusnya, Arianna sama sekali tidak pernah bertemu Arianna Serafine dalam mimpi atau apalah itu. Lantas kemanakah jiwa Arianna Serafine sekarang? Apa iya sudah mati?

"Masa bodoh lah! Aku cari udara segar saja di taman belakang."

Arianna memutuskan untuk keluar dari kamarnya tanpa ditemani oleh Lunar. Dan setelah keluar kamar, Arianna ditanya oleh beberapa ksatria yang tengah berjaga.

"Nona ingin kemana tengah malam begini?" tanya salah satu ksatria dengan bekas luka di mata kirinya.

"Aku ingin ke teman belakang untuk menghirup udara segar. Karena aku ingin sendirian, jadi bersikaplah seolah kalian tidak melihatku. Kalau terjadi sesuatu aku akan berteriak kencang." ucap Arianna yang bisa diartikan bahwa dia tidak ingin diganggu.

Ksatria itu dan temannya menundukkan kepalanya dan memberikan jalan untuk Arianna.

Karena hal itu Arianna tersenyum puas. Dia juga sudah mengenakan mantel bulu untuk pencegahan agar dia tidak demam lagi seperti kejadian yang sudah lalu.

Sesampainya di taman belakang, Arianna duduk di ayunan yang ada dibawah pohon oak. Ayunan yang didudukinya sekarang ada atas permintaan Arianna pada Duke Wezen.

Mata Arianna terpejam untuk menikmati momen yang sudah lama dia harapkan. Bermain ayunan di bawah pohon adalah keinginan Arianna di waktu kecil.

"Disini, aku mendapatkan hal yang belum pernah kudapatkan sebelumnya." ucap Arianna yang masih setia terpejam dengan senyuman lebar.

Angin malam yang sepoi-sepoi menambah kenikmatan yang sedang dirasakan Arianna. Rasanya Arianna ingin serakah agar terus menikmati momen seperti ini.

'Terus gimana kalau misal jiwa Arianna Serafine ternyata masih hidup? Dan dia datang meminta tubuh ini?' Karena pikirannya barusan, mata Arianna pun terbuka.

"AAAKK" Teriak Arianna kaget.

Bagaimana tidak kaget kalau saat membuka mata, dia mendapati seseorang bersurai hitam panjang tengah melayang-layang di depannya.

"Apa aku mengejutkanmu?" tanya seseorang itu dengan wajah tampannya.

'Sialan! Dia emang ganteng tahu!' Aku Arianna dalam hati.

"Hei, berengsek! Berani-beraninya kau datang kemari setelah membuat keributan di rumahku." Arianna menatap tajam penyihir hitam di depannya.

Pria itu menjejakkan kakinya di tanah berumput taman ini tepat di hadapan Arianna. Sengaja karena dia merasa ada yang aneh dengan Arianna.

Refleks Arianna mundur, "Jangan dekat-dekat!"

"Kenapa sihir hitam milikku tidak mempan padamu ya?" Eze melihat Arianna dari atas hingga bawah.

"A-apa maksudmu?" Arianna sedikit gelagapan. Apakah dia tidak mempan dengan sihir hitam karena dia bukanlah Arianna Serafine? Bisa gawat kalau pria di depannya tahu.

"Aku merasa ada sesuatu yang aneh tentangmu." Mata Eze menelisik tajam, "Siapa kau sebenarnya?"

Deg.

"T-tentu saja aku Arianna Serafine!" jawab Arianna sedikit berteriak. Arianna merasa aneh setelah melihat reaksi pria di depannya yang justru menyeringai.

"Ternyata benar dugaanku." Eze mencekal pergelangan tangan Arianna dan menariknya mendekat, "Darimana kau mempelajari perpindahan jiwa?"

Mata Arianna membola, apakah dia sekarang ketahuan? Apa benar-benar ketahuan?

"A-aku sungguh t-tidak mengerti apa maksudmu! Jadi, lepaskan aku!" Arianna menarik tangannya yang masih digenggam oleh penyihir hitam.

"Masih tidak mau mengaku ternyata." Seringaian Eze semakin lebar, "Mau ku buktikan kalau kau bukan Arianna Serafine Wezen?"

"Aku adalah Arianna Serafine Wezen! Memangnya siapa lagi kalau bukan aku?"

Bohong kalau Arianna tidak takut sekarang. Arianna yang sudah mulai terbiasa menikmati kehidupan disini yang memberikan kenyamanan membuatnya terlena. Arianna tahu kalau pria di depannya tidak mungkin bicara omong kosong.

"Arianna Serafine Wezen yang dikabarkan koma selama dua bulan dan dikatakan tidak ada harapan untuk hidup lalu pulih dalam sekejap sungguhlah hal yang unik."

Arianna tidak tahu harus membalas apa karena perkataan penyihir hitam memang benar. Dia yang pulih dengan cepat merupakan hal yang jarang terjadi.

"Katakan! Dimana kau belajar tentang perpindahan jiwa? Jawablah dengan cepat sebelum kesabaranku habis."

Arianna membeku di tempat karena ulah penyihir hitam. Dia yang ingin melangkah mundur tiba-tiba saja kakinya tidak bisa digerakkan.

"Aku juga mendengar ucapanmu setelah kau datang kemari tadi." bisik Eze di telinga Arianna, "Perlu aku ulangi perkataanmu yang tadi?"

"A-aku tidak tahu! Sungguh!" Pada akhirnya Arianna mengaku karena sudah terpojok.

Karena kecerobohannya sendiri lah yang membuat penyihir hitam itu jadi tahu bahwa dia bukanlah Arianna yang asli.

"Aku tidak belajar dari siapapun soal perpindahan jiwa! Tiba-tiba saja aku terjebak di tubuh ini!"

Eze menaikkan dagu Arianna agar tatapan Arianna hanya tertuju padanya, "Haruskah aku percaya omong kosongmu?"

"Harus! Karena aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa aku ada di dalam tubuh ini!"

Arianna bernafas lega setelah pria itu menjauh darinya. Dilihatnya wajah pria itu yang memperlihatkan ketidakpuasan atas jawaban Arianna.

"Meskipun aku tidak puas atas jawabanmu, tetapi aku memegang rahasiamu. Menurutlah padaku jika kau ingin rahasia ini tidak diketahui oleh orang di mansion ini."

Orang yang dimaksud Eze tentu saja Duke Wezen, Duchess lalu Catalina.

"Apa maumu?"

Pria itu menyeringai, "Bekerja samalah denganku. Bukankah kita saling menguntungkan?"

'ARGHH SIALAN!! INI NAMANYA SAMA AJA MENUJU JALAN KEMATIAN JALUR VVIP!!'

Bersambung ....

Kalau aku jadi Arianna, aku pun frustasi anjir wkwkw, gimana perasaanmu saat udah menghindari jalur bencana justru ada jalur badai yang nggak bisa dihindari?

Untuk yang sudah mampir dan memberikan dukungan, aku ucapkan terima kasih banyak yaaa😊🤍

Terpopuler

Comments

Yunita Widiastuti

Yunita Widiastuti

goblok..

2024-02-13

0

☠zephir atrophos☠

☠zephir atrophos☠

ketemu lagi ni pasti

2024-02-11

0

Ayu Dani

Ayu Dani

Dasar bodoh bin ceroboh MC nya

2024-02-03

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Menjadi Arianna Serafine Wezen
2 Chapter 2: Dibalik Cerita Mimpi
3 Chapter 3: Target Selanjutnya
4 Chapter 4: Kabar Menyakitkan
5 Chapter 5: Serangan Penyihir Hitam
6 Chapter 6: Mengganjal Pikiran
7 Chapter 7: Keinginan Arianna
8 Chapter 8: Terungkap
9 Chapter 9: Kesalahan Yang Manis
10 Chapter 10: Tidak Memiliki Teman
11 Chapter 11: Ajakan Menikah
12 Chapter 12: Yang Sudah Ditunggu-Tunggu
13 Chapter 13: Keanehan yang Membuat Penasaran
14 Chapter 14: Bertemu Pangeran Nicholas
15 Chapter 15: Bertemu Isabelle
16 Chapter 16: Pertunjukan Musik
17 Chapter 17: Arianna Diculik
18 Chapter 18: Dalam Bahaya
19 Chapter 19: Berharga
20 Chapter 20: Kabar Mengejutkan
21 Chapter 21: Terungkap 2
22 Chapter 22: Pembuktian
23 Chapter 23: Syarat dari Duke
24 Chapter 24: Lebih Baik
25 Chapter 25: Pantas Bahagia
26 Chapter 26: Perasaan Arianna
27 Chapter 27: Pulang
28 Chapter 28: Untuk Arianna
29 Chapter 29: Janji Pernikahan Eze - Arianna
30 Chapter 30: Kelemahan Ezekiel
31 Chapter 31: Kembalinya Pangeran Kekaisaran
32 Chapter 32: Melihat Masa Lalu?
33 Chapter 33: Benang Kusut
34 Chapter 34: Sedikit Tentang Ezekiel
35 Chapter 35: Adelaide, Wanita Misterius
36 Chapter 36: Dalam Bahaya 2
37 Chapter 37: Pesta Minum Teh
38 Chapter 38: Firasat Buruk
39 Chapter 39: Kemenangan Perang
40 Chapter 40: Bukan Ezekiel
41 Chapter 41 : Tetap Tenang
42 Chapter 42: Melelahkan
43 Chapter 43: Terus Bersandiwara
44 Chapter 44: Perlahan Terungkap
45 Chapter 45: Terungkap 3
46 Chapter 46: Jiwa Ezekiel Berada
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Chapter 1: Menjadi Arianna Serafine Wezen
2
Chapter 2: Dibalik Cerita Mimpi
3
Chapter 3: Target Selanjutnya
4
Chapter 4: Kabar Menyakitkan
5
Chapter 5: Serangan Penyihir Hitam
6
Chapter 6: Mengganjal Pikiran
7
Chapter 7: Keinginan Arianna
8
Chapter 8: Terungkap
9
Chapter 9: Kesalahan Yang Manis
10
Chapter 10: Tidak Memiliki Teman
11
Chapter 11: Ajakan Menikah
12
Chapter 12: Yang Sudah Ditunggu-Tunggu
13
Chapter 13: Keanehan yang Membuat Penasaran
14
Chapter 14: Bertemu Pangeran Nicholas
15
Chapter 15: Bertemu Isabelle
16
Chapter 16: Pertunjukan Musik
17
Chapter 17: Arianna Diculik
18
Chapter 18: Dalam Bahaya
19
Chapter 19: Berharga
20
Chapter 20: Kabar Mengejutkan
21
Chapter 21: Terungkap 2
22
Chapter 22: Pembuktian
23
Chapter 23: Syarat dari Duke
24
Chapter 24: Lebih Baik
25
Chapter 25: Pantas Bahagia
26
Chapter 26: Perasaan Arianna
27
Chapter 27: Pulang
28
Chapter 28: Untuk Arianna
29
Chapter 29: Janji Pernikahan Eze - Arianna
30
Chapter 30: Kelemahan Ezekiel
31
Chapter 31: Kembalinya Pangeran Kekaisaran
32
Chapter 32: Melihat Masa Lalu?
33
Chapter 33: Benang Kusut
34
Chapter 34: Sedikit Tentang Ezekiel
35
Chapter 35: Adelaide, Wanita Misterius
36
Chapter 36: Dalam Bahaya 2
37
Chapter 37: Pesta Minum Teh
38
Chapter 38: Firasat Buruk
39
Chapter 39: Kemenangan Perang
40
Chapter 40: Bukan Ezekiel
41
Chapter 41 : Tetap Tenang
42
Chapter 42: Melelahkan
43
Chapter 43: Terus Bersandiwara
44
Chapter 44: Perlahan Terungkap
45
Chapter 45: Terungkap 3
46
Chapter 46: Jiwa Ezekiel Berada

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!