...-<{ SELAMAT MEMBACA }>-...
"Malang sekali nasibku," gumam Arianna seraya menatap langit-langit kamar istana yang dia tempati sekarang.
Arianna kembali demam tinggi setelah dia melakukan perlawanan terhadap para pemberontak. Tidak hanya itu, muncul banyak lebam-lebam di lengan serta pahanya. Beruntung dokter istana ini sudah memberikan salep untuk menghilangkan lebam-lebamnya.
"Orang yang terbiasa hidup enak memang beda ya? Lelah sedikit saja sudah demam tinggi dan muncul lebam." Arianna berdecak kesal karena tubuh Arianna asli.
Arianna tebak bahwa Arianna yang asli tidak pernah melakukan aktivitas berat sepertinya sehingga tubuh ini menjadi lemah.
"Huhu~ padahal aku ingin melihat upacara pernikahan Isabelle dan Gavriel, tapi aku malah sakit. Menyebalkan!" gerutunya tanpa henti.
Mungkin diantara semua tamu, hanya Arianna saja yang tidak bisa melihat upacara pernikahan mereka berdua. Catalina sendiri memilih hadir setelah menjenguknya tadi pagi.
Beruntung pesta pernikahan mereka akan diadakan selama satu minggu, jadi Arianna cukup lega karena puncak pestanya masih lama.
"Ya sudahlah, lebih baik aku tidur saja."
Itu hanyalah niat awalnya, dan yang terjadi Arianna tidak bisa tidur karena masih siang hari. Arianna memutuskan untuk bangun lalu melihat-lihat pemandangan dari balkon kamarnya.
Saat membuka balkon, Arianna dikejutkan dengan kehadiran kucing hitam yang ada dipinggiran balkon. Kucing hitam itu bermata biru laut yang nampak cantik ketika dipandang.
"Halo kucing!" Arianna mengangkat kucing itu dan membawanya ke dalam pelukannya.
"Apa kau tersesat? Siapa pemilikmu?" tanya Arianna.
Sesaat Arianna merasa heran karena kucing hitam ini tidak bereaksi sama sekali. Yang dilakukan kucing ini hanya berkedip dan bernapas saja, tidak mengeluarkan suara ataupun mendusel-dusel selayaknya kucing normal.
"Kenapa hanya diam saja? Apa kau sakit?" Arianna mengangkat tinggi-tinggi kucing itu di hadapannya.
Masih sama seperti tadi, kucing ini tetap diam tak bereaksi, Arianna jadi takut dibuatnya. Mengingat tentang dunia ini yang terlalu diluar nalar, bisa saja kucing hitam ini adalah seseorang yang tengah menyamar?
Arianna sontak melempar kucing itu tanpa sadar. Bertepatan dengan itu kepulan asap muncul dan kucing hitam itu berubah menjadi seseorang yang selalu membayangi pikiran Arianna.
"Kau cukup cepat tanggap juga ternyata."
Arianna melangkah mundur dengan wajah yang masih terkejut. Dia tidak menyangka pikirannya tentang kucing ini yang jelmaan seseorang ternyata adalah kenyataan. Dan kenapa harus dia?
"B-berengsek ..." ucap Arianna pelan seraya menatap sang penyihir hitam.
Eze justru tertawa karena Arianna, "Kenapa setiap kali kita bertemu kau selalu memanggilku berengsek? Apakah itu panggilan sayang untukku, Nona gila?"
"Ti-tidak benar! Itu bukan panggilan sayang!" sanggah Arianna cepat.
Pria itu mendekati Arianna yang terus menjauhinya hingga akhirnya wanita itu terpojokkan olehnya.
"Ke-kenapa kau datang kemari? Menggangu orang yang sedang sakit saja." Arianna mencoba mendorong dada bidang si penyihir hitam yang menghimpitnya.
"Aku datang untuk mendengar jawabanmu soal ajakanku." bisik Eze tepat di telinga Arianna yang membuat tubuhnya merinding karena geli.
'Gila! Gila! Lama-lama gue bisa gila beneran kalau kayak gini ceritanya?!!!' batin Arianna menjerit.
Kalau sudah seperti ini Arianna harus merelakan bendera perdamaian yang terhempas jauh oleh angin. Semenjak menjadi Arianna, dia memang tidak pernah punya banyak waktu damai.
"Kenapa kau terobsesi sekali ingin menikah denganku? Apa kau tahu? Kehidupan pernikahan itu sulit, Tuan penyihir!" ucap Arianna serius.
Eze terdiam sebentar karena ucapan Arianna. Setelah dia pikir-pikir, sikapnya yang sekarang ini bukanlah selayaknya dirinya yang selalu menolak ketika disodorkan wanita cantik oleh Pangeran menyedihkan itu.
Tetapi ada alasan kenapa dia sekarang ingin menikah dengan putri Duke yang satu ini.
"Karena kau adalah wanita yang sudah ku tunggu-tunggu." ucap Eze dengan sedikit malu, tapi begitulah faktanya.
"Apa kau sehat sekarang? Perasaan aku yang sakit, bukannya kau." Tanpa sadar Arianna menyentuh kening Eze untuk mengukur suhu tubuhnya.
"Aku bukan Arianna asli, lantas bagaimana bisa ceritanya kau sudah menungguku? Kalau aku memang wanita yang kau tunggu-tunggu, kenapa kau tidak menikah dengannya sejak lama?" Arianna pikir alasan penyihir hitam sangatlah tidak masuk akal.
"Justru karena kau bukanlah Arianna yang asli." Tatapan Eze terpaku pada mata ungu di depannya. Dengan jarak sedekat ini, Eze merasakan energi yang menenangkan dari wanita ini. Energi yang selama ini dia butuhkan untuk bertahan hidup.
"Nona gila, apa kau tahu? Tubuh yang kau tempati sekarang tidak ubahnya masih seperti cangkang kosong. Jiwamu belum sepenuhnya menyatu dengan tubuh ini, dan ... itu cukup membahayakan."
Karena ucapan Eze, Arianna jadi terpikirkan tentang nasibnya ke depannya akan bagaimana.
"Jika kau ingin tahu lebih banyak lagi, menikahlah denganku."
"Argh! Kau membuatku ingin menyumpal mulutmu itu." geram Arianna yang terus-menerus diajak menikah oleh pria ini.
"Kau akan menyumpal mulutku dengan mulutmu?" Eze justru menyeringai seraya mendekatkan wajahnya.
Mata Arianna berkedip cepat saat merasakan adanya kesalahan kata yang baru saja dia ucapkan.
"Apaan sih?!" Arianna memundurkan kepalanya dan sialnya pria itu menahan tengkuknya hingga jarak wajah diantara keduanya hanya sejengkal saja.
"Aku akan membuat kekacauan sampai kau akan datang sendiri padaku untuk mengatakan kau akan menikah denganku." ucap Eze.
Bagaikan sebuah atraksi sulap, Eze menghilang dalam sekejap seperti tidak pernah hadir di depan Arianna.
Brugh
Arianna terduduk seraya memegang dadanya yang berdegup kencang. Dia tidak menyangka bahwa kehadirannya justru menarik perhatian si penyihir hitam.
"Apa dia serius dengan ucapannya?"
...🤍🖤🤍...
Eze sampai di kastil miliknya yang nampak suram seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Yang membuat kastil ini sedikit hidup adalah melihat Ash-pengikut setianya yang terlihat kotor sehabis berkebun.
Ash dulunya merupakan anak yang dia selamatkan karena iseng saja. Itu karena dia ingin mencoba ramuan herbal yang dia buat berhasil atau tidak untuk mengobati penyakit jantung. Eze yang sedang jalan-jalan di wilayah kumuh yang letaknya di ujung selatan Kekaisaran bertemu dengan Ash yang tengah sekarat.
"Tuan Eze, Anda darimana saja?"
"Aku habis bertemu dengan Alucard yang memintaku untuk datang." Melihat wajah kotor Ash, membuat Eze sedikit penasaran, "Omong-omong, apa bunga mawar birunya masih belum tumbuh?"
Wajah Ash nampak sedih seketika, "Benar, Tuan. Padahal aku sudah mencoba berbagai macam cara dan memberikan pupuk yang berbeda dari sebelumnya, tetapi masih belum juga tumbuh hingga sekarang."
Eze hanya bisa menghela nafas panjang, "Sepertinya malam bulan silver nanti akan sulit untukku."
"Tolong jangan berkata seperti itu, Tuan!" Ash memandang Tuannya penuh kekhawatiran, "Saya akan mencarikan beberapa peri untuk Anda rebus."
Eze menggeleng, "Tidak perlu, Ash. Karena hal itu membuatku semakin terikat dan akan sulit terlepas nantinya."
Tatapan nanar dari Ash hanya dibalas oleh Eze dengan tepukan di bahunya. Ash sudah berusaha keras menjadi pengikut setianya dan tanpa diketahui oleh Ash, Eze menganggap kehadiran Ash sebagai seorang teman sekaligus saudaranya.
"Aku akan kembali ke kamar dulu, Ash." Eze berniat untuk segera kembali ke kamarnya dan tidur.
"Tuan Eze! Bagaimana dengan cara lain yang pernah Tuan dengar dari wanita itu? Apakah Tuan sudah memikirkannya?" Ash bertanya dengan hati-hati.
Langkah Eze terhenti, dia berbalik untuk melihat Ash lagi, "Menikah maksudmu, Ash?"
Ash mengangguk semangat, "Menurut Tuan bagaimana? Anda tidak ingin mencobanya?"
Eze menyeringai lebar, "Sebentar lagi akan kucoba. Kau tunggu saja, Ash."
Melihat ekspresi senang dari wajah Tuannya, Ash pikir Tuannya sudah menemukan orang yang akan dia nikahi.
"Siapa orangnya? Saya harus menilainya, apakah dia wanita yang bisa menerima Anda atau tidak." Ash nampak menggebu-gebu.
"Tidak perlu seserius itu, Ash. Kau pikir aku menikah karena apa? Cinta? Mau aku diterima atau tidak, wanita itu akan datang untuk menikah denganku." ucap Eze yakin.
"Baiklah kalau begitu, Tuan. Saya hanya tinggal melihat saja siapa wanita yang akan mendatangi Anda untuk menikah." balas Ash seraya tersenyum.
Bagi Ash, Tuannya adalah yang utama melebihi dirinya sendiri. Kebahagiaan Tuannya adalah kebahagiaannya juga.
"Oh iya, Ash, keluarkan para anjing-anjingku untuk menyerbu ibukota Kekaisaran setelah puncak pesta pernikahan Pangeran Naveer. Sebarkan juga di beberapa wilayah Duke Wezen, dan Kerajaan Naveer."
"Baik, Tuan!"
Eze tersenyum senang karena Ash adalah pengikut yang begitu penurut, "Tidak ada lagi yang ingin kau sampaikan? Aku ingin tidur sekarang."
Ash menepuk jidatnya karena dia hampir melupakan hal penting, "Tadi, Pangeran timur datang untuk bertemu Anda."
Kerutan di kening Eze tercipta, "Untuk apa? Menawarkan hal yang sama?"
"Benar. Dia datang untuk mengajak Anda bergabung bersama para pemberontak. Dia juga memberitahu bahwa bangsa Elf ada di pihak mereka."
Mendengar berita bagus, seringai Eze kembali muncul, kali ini lebih lebar, "Ahaha~ sepertinya perang antara Elf dan manusia akan kembali terjadi lagi. Apa kau tahu kenapa bangsa Elf bergabung?"
"Pangeran timur tidak memberitahunya karena saya bukan Anda. Katanya besok dia akan datang lagi kemari." beritahu Ash.
Bagi Eze, yang disampaikan oleh Ash adalah hal mengerikan bila ada orang yang tahu. Pasalnya bangsa Elf adalah bangsa yang tertutup dan juga kejam pada manusia. Itu karena delapan puluh tahun lalu telah terjadi perang antara bangsa manusia dan bangsa Elf.
Perang itu terjadi karena pengkhianatan bangsa manusia yang ingin memiliki benua Atlanta yang diberkahi kekuatan suci kuno Dewa Shiraz sendirian. Padahal dulunya benua Atlanta dihuni oleh berbagai bangsa, yaitu bangsa Canisk, bangsa Vampir, bangsa Elf dan bangsa manusia.
Bangsa Canisk dan bangsa Vampir memilih untuk tak terlibat perang dengan pindah ke benua lain. Berbeda dengan bangsa Elf yang tetap ingin tinggal, maka dari itu perang pun pecah untuk memperebutkan benua Atlanta.
Perang itu dimenangkan oleh bangsa manusia yang dibantu penyihir. Bangsa Elf yang kalah pun terpaksa angkat kaki dari benua Atlanta dan pindah ke benua Lercy.
"Mau itu dulu atau sekarang, manusia memang selalu dipenuhi akan keserakahan. Jadi wajar jika mereka akan menuai hasil perbuatannya sendiri." gumam Eze yang dapat didengar oleh Ash.
Ash pun setuju akan ucapan Eze, karena yang diucapkan Tuannya memang benar adanya. Manusia adalah makhluk yang selalu kehausan, tidak akan pernah puas, Karena begitulah Ash menilai dirinya sendiri yang juga seorang manusia.
"Ash, tampaknya besok kita akan bertemu dengan tamu baru. Jadi, biarkan saja kastil ini terlihat kumuh di matanya. Kita tidak ada kewajiban untuk menyambut mereka dengan mewah." Setelah mengatakan itu, Eze berlalu meninggalkan Ash.
Sesampainya di kamar, Eze merebahkan tubuhnya di atas kasur king size miliknya. Saat memejamkan mata, bayangan wajah Arianna terlintas begitu saja.
Mata yang terpejam itu lantas terbuka lagi. Senyuman miring tercetak jelas di bibirnya mengingat bagaimana wanita itu selalu memanggilnya dengan panggilan unik saat bertemu.
"Apa ibu lihat? Aku sudah menemukan orangnya. Aku tidak akan menjadi seseorang sesuai kemauanmu." Tatapan Eze tertuju pada sebuah lukisan besar seorang wanita di kamarnya.
Bersambung ...
Halo kalian😊
Gimana kabar kalian? Semoga kalian selalu diberikan kesehatan. Aku sangat berterima kasih untuk yang sudah like dan mampir ke cerita ini.
Salam kenal ya ... Bagi yang punya Wattpad, kalian juga bisa mampir ke ceritaku untuk menunggu update cerita ini.
Nama akun wattpad aku sama ya @Pipit_vie
See u next chapter 🤍🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
☠zephir atrophos☠
pastinya ini si penyihir HITAM!!!
2024-02-11
0
ndaaa
next
2024-01-06
0