...-<{ SELAMAT MEMBACA}>-...
"Bekerja samalah denganku. Bukankah kita saling menguntungkan?"
Arianna memasang wajah tidak suka karena pria di depannya sudah tahu bahwa dia bukan Arianna yang asli, "Apa kau pikir aku mau bekerja sama denganmu?"
Berkat ucapannya, Arianna mendapat kejutan yang tidak terduga dari Eze. Tiba-tiba saja mereka berdua berpindah tempat di tepi jurang, lalu Arianna yang berada tepat di tepi jurang.
"AKH~ APA YANG KAU LAKUKAN?!!"
Jantung Arianna serasa keluar dari tempatnya saat Eze mendorongnya hingga hampir saja terjatuh ke jurang.
Posisi Arianna sekarang berada di ujung tanduk. Kakinya hampir tidak menapaki tanah kalau saja tangannya tidak ditahan oleh Eze.
"Apa sekarang kau mulai takut?" tanya pria itu dengan seringaian yang membuat Arianna benci hanya dengan melihatnya.
Lagi-lagi Arianna bertindak ceroboh hingga membahayakan nyawanya sendiri. Arianna menyesal karena sudah bersikap sok berani di depan pria ini yang justru membuatnya tertantang untuk melihat Arianna takut.
"Katakanlah sesuatu jika ingin ku tarik kemari."
Arianna melirik ke bawah yang mana hanya terlihat kabut tebal. Bisa dibayangkan jika dirinya terjatuh ke bawah, sudah dipastikan dia akan mati.
"AKH! JANGAN DILEPAS!!!" Arianna kembali berteriak karena pria itu mengendurkan cekalannya.
"Kalau begitu, maukah kau bekerja sama denganku?" tawar Eze dengan senyuman lebar selayaknya psikopat.
'Gimana nih? Apa gue iya-in aja dulu?' Arianna yang sudah tahu apa yang akan terjadi ke depannya merasa ragu jika dia mengiyakan tawaran penyihir hitam.
Sekuat apapun penyihir hitam di depannya sekarang, dia juga bisa kalah ketika berhadapan dengan Isabelle si pemeran utama yang mendapat kekuatan suci kuno yang melindungi benua Atlanta.
"Aku-" Baru ingin menjawab, pria itu justru melepas tangan Arianna.
"Kau terlalu lama." Eze melihat wajah pucat pasi Arianna yang mulai terjatuh ke lembah kematian.
Eze yang ingin mendengar teriakan ketakutan dari wanita itu setelah dia jatuhkan justru tidak terkabul. Wanita itu malah menutup mata seolah-olah siap menyambut kematiannya.
Entah kenapa Eze merasa tidak suka dengan itu. Jadi, Eze pun memutuskan untuk terjun ke bawah dan menolong wanita itu.
Berbeda dengan Eze yang merasa kesal, Arianna yang terjatuh ke jurang hanya bisa memejamkan matanya. Jujur dia takut, kira-kira seberapa dalam dia akan terjatuh di jurang ini? Kemudian berapa lama mayatnya akan ditemukan.
Arianna tersenyum tipis dengan air mata yang berhasil keluar, bersamaan itu dia merasakan ada sesuatu yang melingkupi tubuhnya. Arianna yang mengira dirinya sedang halusinasi ada seseorang yang menyelamatkan lebih memilih untuk tetap menutup mata.
"Padahal sebelum mati, aku ingin menikah dan merasakan suka duka bersama suamiku." gumam Arianna ngawur.
"Jadi begitu."
"Eh?" Arianna lantas membuka matanya, dia lantas terkejut karena pria ini menyelamatkannya dan membawanya kembali ke atas.
Sesampainya di atas, Arianna pun mendorong pria itu lalu dia berlari menjauh dari Eze. Tidak lama, kakinya terasa begitu lemas hingga membuatnya terduduk di tanah kotor. Mantel bulu yang tadi dikenakannya pun sudah terjatuh ke jurang dan sekarang dia hanya memakai gaun tidur yang lumayan tipis.
"Aku hampir mati." Arianna menyentuh dadanya yang mana jantungnya masih setia berdegup kencang.
Arianna melirik pada pria yang masih setia berdiri dan memandanginya dengan tatapan dingin.
"Kau!" Arianna menunjuk Eze, "Kenapa kau suka sekali mempermainkan nyawa seseorang? Apa kau tidak tahu seberapa besar usaha seseorang untuk bertahan hidup?"
"Usaha untuk bertahan hidup?" Eze meletakkan tangannya di kedua pinggang Arianna kemudian membuat Arianna berdiri dengan tangannya yang menopang tubuh Arianna.
"Dunia yang kejam ini tidak sebanding dengan manusia yang lemah. Kau pun pasti tahu bukan? Menjadi kejam adalah usaha untuk bertahan hidup."
Arianna tidak bisa mengalihkan tatapannya. Ada hal yang membuat tatapan Arianna terkunci hanya pada si penyihir hitam tampan di depannya.
"Apa kau pernah berpikir alasan seseorang menjadi begitu kejam selain karena alasan dunia yang fana ini?" tanya Eze dengan sorot mata yang nampak sedikit sayu.
"Pernah." balas Arianna.
Pertanyaan Eze membuat Arianna sadar bahwa pria di depannya pasti memiliki alasan atas hal yang dilakukannya. Sama seperti yang diceritakan di komik ketika dia membantu penyerangan yang dipimpin oleh Kakak Isabelle.
Entah keberanian darimana Arianna berani menyentuh wajah penyihir hitam yang merupakan musuh Kekaisaran ini.
"Kau bahagia dengan menjadi kejam?" Lagi-lagi Arianna melihat sedikit keterkejutan di mata Eze.
Arianna menunggu jawaban Eze yang tak kunjung keluar. Karena itu dia jadi teralihkan dengan melihat rupa pria di depannya yang sungguh rupawan. Tidak ada bekas jerawat sama sekali ataupun pori-pori besar yang terlihat. Lalu bibir merah alami itu menjadi perhatian Arianna.
Keduanya sama-sama tidak menyadari bahwa wajah mereka saling mendekat. Baik Eze maupun Arianna dalam sekejap seolah lupa dengan hubungan mereka.
Dug
Arianna jatuh pingsan di pelukan Eze. Sebenarnya bukan pingsan, itu karena Eze yang membuat Arianna jatuh pingsan karena dia tidak ingin Arianna melihat wajahnya yang memerah.
Dalam sekejap, mereka berdua kembali ke ke taman belakang tepatnya di bawah pohon oak. Eze pun merubah penampilannya semirip mungkin dengan ksatria di mansion ini, lalu menggendong Arianna menuju kamarnya. Eze juga menyampaikan jubah miliknya untuk menutupi tubuh Arianna yang hanya memakai gaun tidur tipis.
Di perjalanan menuju kamar Arianna, Eze diberhentikan oleh salah satu ksatria yang tengah berpatroli.
"Nona tertidur?"
Sejujurnya Eze sangat malas membalas pertanyaan yang tidak perlu dibalas. Tapi karena dia sedang menyamar menjadi salah satu ksatria disini, mau tidak mau dia membalas pertanyaan itu.
"Iya. Nona tertidur di bawah pohon. Lalu kenapa kalian membiarkan Nona sendirian tanpa penjagaan? Bagaimana jika penyihir hitam menyelinap masuk dan membahayakan Nona?"
Ksatria itu memperlihatkan wajah tidak enak hati, "Bu-bukannya membiarkan, hanya saja Nona yang meminta untuk membiarkannya sendiri tanpa gangguan."
"Lantas kau mengiyakan saja begitu?" Sudah Eze duga bahwa kemampuan ksatria milik Duke memang lemah.
"Ya sudahlah, aku akan mengantar Nona dulu."
"Tunggu!" cegah ksatria itu, "Sepertinya aku baru pertama kali melihatmu. Apa kau ksatria baru?" tanyanya dengan pandangan menelisik.
"Apa itu penting sekarang? Malam semakin larut dan hal itu tidak baik untuk Nona." ucap Eze yang sedang menahan diri untuk tidak merobek mulut ksatria di depannya.
"Ah~ Maafkan sikapku ini. Tolong segera antar Nona ke kamarnya."
Eze pun melenggang pergi tanpa membalas sepatah kata untuk pria itu. Beruntung kamar Arianna tidak sejauh yang dia kira.
Ceklek
Pintu kamar Arianna dibukakan oleh salah satu ksatria yang juga berpatroli di depan kamar Arianna.
Ini pertama kalinya bagi Eze memasuki kamar seorang wanita. Terlebih lagi kamar ini adalah kamar milik wanita gila Wezen yang tidak lain adalah Arianna Serafine Wezen.
Eze merebahkan tubuh Arianna di atas tempat tidur dan menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuh wanita itu.
"Yang tadi itu kesalahan." gumamnya pelan.
Benar, bagi Eze tentang ciuman tadi adalah kesalahan. Kemudian tatapannya kembali terpusat pada bibir pink milik Arianna yang sempat dia cium.
"Tetapi kenapa aku merasa bahwa itu adalah kesalahan yang manis? Apa kau juga berpikir begitu?"
Eze yang sadar akan perilaku anehnya pun berdiri tegak dan memilih untuk keluar dari kamar wanita ini. Eze merasa kewarasannya akan terganggu jika terlalu lama ada disini.
Bersambung ...
Yaelah bang! Pake bilang kesalahan lagi wkwk, bilang suka aja apa susahnya sih?
Untuk yang sudah mampir ceritaku, BIG LOVE UNTUK KALIAN😊🤍 Aku nggak akan berhenti ngetik makasih karena sudah menyempatkan mampir dicerita yang biasa ini😊🤍🖤 Thank you guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Nazwa Fika
aaaa...gemezzzz jdi nya😍😍😍
2024-06-16
0
Dede Mila
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Facepalm/
2024-04-26
1
Nur Anisah Anto
semangat
2024-03-10
0