Apa kamu, mau melawan aku yaudah sini" Ratih tersenyum tipis .
Lena hanya mendengus "awas aja kamu" .
"Sudahlah ayo sekarang kita pulang" Dinda mengajak sang adik pulang "sekarang kan Raden sudah ada sama kita" .
Ratih mengangguk "jangan coba ganggu mbak Dinda lagi kamu mas,awas aja kalau sampai kamu langgar janji kamu itu" .
Dinda menuntun Ratih keluar dari ruangan itu .
Tak lupa Ratih mengejek Lena .
"Sudah biarkan saja mereka tak perlu berlebihan seperti itu" kata Dinda.
"Awas kamu ya" Lena merasa sangat jengkel melihat ejekan Ratih "gimana sih mas,kamu tuh lelaki masa kalah sama perempuan seperti itu" .
"Kamu tuh nggak tau ya dia itu atlit silat peraih juara di PON sekaligus coach, luarnya aja kelihatan lemah tapi dalam nya singa, bisa mati babak belur aku kalau ngelawan dia" Aldi berdiri secara perlahan .
"Gagal deh rencana kita untuk mendapatkan rumah itu" Lena menampilkan raut wajah yang cemberut .
"Sudahlah kamu nggak usah mikirin rumah itu, kita beli saja rumah yang baru nanti" .
"Mas aku nggak mau rumah baru,aku mau rumah itu" Lena merengek seperti anak kecil .
Aldi mengusap wajah nya "aku akan belikan rumah yang jauh lebih mewah dari rumah itu,lebih besar".
"Tapi mas.." Lena menggenggam tangan Aldi.
"Sudahlah tidak ada tapi-tapi" Aldi menghempaskan tangan Lena dan pergi dari hadapan nya .
Lena menghentak-hentakkan kakinya "ih..sebel banget sih dasar laki-laki lemah".
"Parah banget sih tuh mas Aldi mbak ciuman di depan Raden gila banget dia" Ratih duduk di samping dinda yang sedang menyetir.
Dinda melihat ke arah putranya yang sedang dipangku oleh Ratih ia khawatir perbuatan yang dilakukan Aldi dan Lena akan mempengaruhi psikologis anaknya itu.
"Kamu jangan ngomong sama bang Rian ya tentang ini, kamu tau sendiri kan tempramen bang Rian seperti apa bisa-bisa nanti tambah panjang urusannya" Dinda menoleh ke arah Ratih dan kembali fokus menyetir.
"Kamu tidak apa-apa kan sayang?" Tanya Ratih kepada Raden.
"Aku baik-baik saja aunty" jawab Raden.
"Yang benar.." Ratih mencubit kedua pipi Raden.
"Iya loh aunty sayang" kata Raden.
"Aunty sudah kasih tau sama kamu kalau laki-laki itu harus kuat, kalau bisa kamu harus bisa kalahkan aunty" Ratih menggenggam telapak tangan Raden.
"Tenang saja suatu saat aku pasti bisa kalahkan aunty" Raden tersenyum.
Ratih memeluk Raden dan mencium kedua pipi Raden.
Mobil yang dikendarai Dinda akhirnya sampai dirumah.
Mereka bertiga disambut oleh bang Rian dan istrinya.
"Tadi Ibu nelpon aku beliau tampak khawatir sekali katanya Raden tidak ada disekolah memangnya Raden kemana?" Tanya bang Rian.
Sesuai kesepakatan Dinda dan Ratih saat berada di mobil tadi bahwa bang Rian tidak boleh mengetahui yang sebenarnya Ratih pun menjawab pertanyaan dari bang Rian "Tadi ada salah satu guru yang ngomong kalau Raden sedang main kerumah temannya".
"Oh.. Raden kalau kamu mau main kerumah teman kamu harus ngomong terlebih dahulu sama bunda ya kasian bunda cari-cari kamu dan juga Oma jadi khawatir" Rian menggendong Raden sambil mencium pipinya.
"Siap pakde Raden janji deh nggak mengulangi nya lagi" Raden tersenyum.
Rian dan Raden masuk ke dalam rumah tak lupa Raden mengedipkan sebelah matanya dan mengacungkan jempol kepada Dinda dan Ratih, begitu juga dengan mereka berdua membalas dengan senyuman.
"Memang betul ponakan itu pintar banget seperti aunty nya" Ratih tertawa kecil.
"Iya aunty nya memang cantik, pintar dan kuat tapi sayangnya jomblo" Dinda tertawa sambil menepuk pundak Ratih lalu masuk kedalam rumah.
Ratih menyusul Dinda masuk kedalam rumah "nggak apa-apa jomblo daripada nanti salah pilih pasangan ujung-ujungnya jadi jomblo juga"
"Dasar kamu ya" Dinda dan Ratih tertawa bersama.
Mereka semua berkumpul di ruang keluarga rumah Dinda.
"Kamu nggak kuliah dek?" Tanya Rian kepada Ratih.
Ratih duduk diatas sofa "dosen nya sedang sakit bang jadi hari ini libur, Abang sendiri kenapa nggak kerja tumben siang-siang gini datang kerumah mbak Dinda".
"Tadi Abang menemani kak Intan periksa ke dokter terus setelah pulang dari rumah sakit langsung kesini" Rian menurunkan Raden dari gendongannya.
"Memangnya kak Intan sakit apa bang?" Ratih melihat ke arah kakak iparnya.
Rian kemudian duduk di samping Intan istrinya "kak Intan saat ini sedang hamil" Rian lalu merangkul pundak sang istri.
Ratih dan Dinda berkata dengan serentak "hamil".
"Serius kakak hamil?" Tanya Dinda.
Intan menganggukkan kepala sambil tersenyum.
"Alhamdulillah selamat ya kak akhirnya keinginan kakak mempunyai anak dikabulkan oleh Allah" Dinda sangat bahagia mendengar berita baik ini.
"Yes.. akhirnya aku bisa punya keponakan baru" Ratih pun bahagia.
"Ibu sudah tau tentang kehamilan kak Intan bang?" Tanya Dinda yang tengah menggantikan pakaian Raden.
Rian dan Intan saling pandang "ya belum dong Din" kata Rian.
"Kalau Ibu tau pasti Ibu bahagia banget tuh bang" Dinda tersenyum.
"Pasti dong Din" Rian mengambil dan membuka membuka toples yang berisi cemilan.
Rian dan Intan sudah 10 tahun menikah namun belum mempunyai anak, semua usaha sudah dilakukan mereka tetap terus bersabar dan berikhtiar, akhirnya Allah mengabulkan permintaan mereka yang saat ini Intan sedang hamil.
"Alhamdulillah selamat ya kak atas kehamilannya semoga ibu dan bayi yang ada didalam perut kakak sehat-sehat semua" Dinda tersenyum bahagia.
"Kak Intan jangan capek-capek ya jangan terlalu banyak pikiran juga serahkan saja semua pekerjaan rumah kepada bang Rian" Ratih tertawa kecil.
"Kalau begitu kamu yang gantiin Abang cari cuan ya untuk menafkahi kamu" kata Rian.
"Enak di Abang nggak enak di aku, Abang kan bisa cari orang untuk bantu-bantu kak Intan ngerjain pekerjaan rumah" Ratih memanyunkan bibirnya
"Abang memang punya niat seperti itu mau cari pembantu rumah tangga" Rian menggenggam tangan Intan.
"Suruh saja sih Ratih tuh yang jadi pembantunya" Dinda menggendong Raden berjalan ke kamarnya Raden untuk berganti pakaian.
"Ya tidak apa-apa sih kalau bang Rian berani gaji aku 10 juta perbulannya" Ratih tertawa.
"Wuihhh sudah setara dengan gaji manager kak Intan dong, kamu saja kalau nyuci piring pasti selalu ada yang pecah bisa-bisa piring dirumah Abang semua nanti habis kamu pecahkan" Rian tertawa terbahak-bahak.
Ratih tersenyum "Ihh itu kan dulu kalau sekarang ya nggak dong".
Intan merupakan wanita berhijab yang cantik dan baik, ia juga termasuk istri yang Sholehah.
Ia juga merupakan CEO wedding organizer atau WO terkenal di kota mereka ia juga seorang make-up artist sebulan ia bisa mendapatkan omset sampai ratusan juta rupiah.
Sementara Rian adalah seorang videografer iklan produk sekaligus seorang content creator.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
wah.. wah...
kompak yaaaaa
2024-01-29
0
Uthie
suka nya dengan keharmonisan keluarga mereka 👍🤗
2024-01-01
0