Dinda duduk di depan cermin menatap bayangan "sekali ikut jadi asisten kak Intan saja aku bisa dapat uang yang lumayan" ia melihat M-banking yang ada pada layar handphone nya tertera nominal uang senilai Rp.4.000.000.
Lalu ia membuka media sosialnya, Dinda melihat seorang content creator menampilkan video tentang tutorial makeup, sepertinya ia seorang content creator beauty.
Dinda melihat pengikut content creator tersebut sudah sangat banyak.
"Apa aku coba saja ya untuk menjadi seorang content creator, sekalian juga bisa untuk mengasah skill makeup ku" pikir Dinda.
"Aku juga harus beli nih perlengkapan untuk pencahayaan, background dan lain-lainnya" kata Dinda kepada bayangannya sendiri yang ada di cermin.
Handphone Dinda berdering, dan ternyata telpon dari Intan.
Dinda menjawab telpon tersebut "assalamualaikum kak" .
"Waalaikumsalam, Din lusa nanti kamu bantuin bang Rian ya ambil job ngedekor ruangan untuk pesta ulang tahun seorang sosialita, aku nggak sanggup karena bawaan hamil ini, nanti kalau udah selesai aku transfer lagi deh Din" Intan menjelaskan maksud ia menelpon Dinda yaitu untuk ikut Rian bekerja.
"Iya kak Insyaallah aku ikut" kata Dinda.
"Terimakasih ya Din, jangan lupa kamu juga harus belajar make-up pengantin dirumah, atau kamu bisa datang aja ke kantor aku kalau mau belajar-belajar, oh iya kamu nggak minat jadi seorang content creator Din?" Tanya Intan.
"Sebenarnya aku minat kak, tapi aku belum percaya diri di depan kamera" Jawab Dinda sambil tertawa.
Intan pun ikut tertawa "Ya ampun biasa aja kali, PD aja kali Din, atau kalau nggak kamu datang aja ke kantor minta ajarin sama karyawan aku, kamu tenang aja mereka baik-baik kok, Lagian aku juga udah kasih tau ke mereka kalau kamu itu adik aku".
"Iya kak terimakasih banyak ya kak" kata Dinda.
"Iya Din, aku udah anggap kamu seperti adik kandung ku loh, karena aku anak satu-satunya yang dari dulu pingin punya adik nggak kesampaian" Intan tertawa kecil "sampai ketemu lusa, assalamualaikum ".
"Waalaikumsalam" kata Dinda tersenyum.
Keesokan paginya Dinda dijemput oleh Rian.
Seperti biasa Dinda menitipkan anak-anaknya kepada Ibunya.
Rian dan Dinda menuju kesebuah kompleks elit.
"Disini ya alamat rumah yang akan pakai jasa dekorasi Abang?" Tanya Dinda kepada abangnya itu .
"Iya Din,, tepatnya itu yang ada di depan sana, kamu lihat ada truk yang bawa barang-barang dekorasi nah disitu dia" jawab Rian.
"Ooouuwww...." Dinda menganggukkan kepalanya.
Rian memarkirkan mobilnya dan mereka berdua pun turun dari mobil.
Dinda mengamati rumah yang akan di dekorasi "mewah juga ini rumahnya" kata Dinda dalam hati.
Ia berjalan beriringan dengan Rian.
Rian menemui tuan rumah.
"Selamat pagi pak Rian" sapa sang tuan rumah.
Rian dan tuan rumah saling berjabat tangan "selamat pagi kembali buk Desi".
"Loh buk Intan kok nggak ikut pak dan ini siapa ya pak kalau saya boleh tau?" Tanya tuan rumah yang bernama Desi itu.
"Intan sedang dalam masa ngidam Bu , Ibu tau lah gimana rasanya kan, oh ini adik saya yang akan bantuin saya disini, nama nya Dinda" Rian memperkenalkan Dinda kepada buk Desi.
"Oh adik kamu, cantik ya orang nya" kata Bu Desi
Dinda tersenyum "Selamat pagi Bu Desi, terimakasih atas pujiannya Bu".
Bu Desi tersenyum juga "Tolong segera di pasang saja ya pak, agar besok tidak repot".
"Ok Bu, ibu tenang saja saya tidak akan mengecewakan Tuan Rumah" Rian tersenyum.
"Kalau begitu saya mau pergi sebentar karena ada urusan" kata Bu Desi, Bu Desi meninggalkan mereka dan masuk kedalam mobil, mobil yang dikendarai Bu Desi pun pergi dari halaman rumahnya.
Rian memanggil karyawan dan menyuruh karyawan tersebut untuk memasang tenda yang akan dipakai untuk acara besok.
"Din....kamu nanti bantuin aku masang balon dan bunga ya" kata Rian.
"Siap bos" Dinda tersenyum.
Mereka berdua masuk ke dalam rumah Bu Desi.
"Memang benar-benar rumah sultan" kata Dinda dalam hati, ia takjub Melihat desain interior rumah Bu Desi yang wow "memang betul-betul sosialita deh".
Dinda dan Rian mulai bekerja, mereka mulai memompa balon satu persatu sampai selesai.
Setelah selesai Rian menjelaskan cara merangkai balon-balon tersebut kepada Dinda.
Dinda mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh Rian, ia mulai merangkai balon-balon itu.
"Din nanti yang ini kamu pasang disana ya, hati-hati kamu naik tangganya awas jatuh" Rian menunjuk ke dinding yang cukup tinggi.
Dinda melihat kearah yang ditunjuk oleh Rian dan mengangguk.
"Abang mau ke toilet sebentar ya, tiba-tiba kebelet nih" Rian memegang perutnya yang sakit.
"Iya bang" kata Dinda,ia mulai menaiki tangga dengan tangan yang satunya memegang rangkaian balon yang akan dipasang di dinding dengan perlahan dan Dinda pun berhasil memasang rangkaian balon tersebut di dinding.
Namun saat akan menuruni tangga kaki Dinda yang berpijak di tangga terpeleset sehingga membuatnya terjatuh spontan saja Dinda pun menjerit sambil memejamkan matanya "ahhhh.............."
Dinda diam dan berkata dalam hatinya "loh kok nggak sakit ya" Dinda masih terpejam, lalu ia membuka matanya dan ia sangat terkejut melihat seseorang yang menangkap tubuhnya sehingga tidak jatuh ke lantai "Feri?".
Ternyata orang tersebut adalah Feri sahabatnya, Feri dan Dinda saling bertatapan kemudian Feri tersenyum kepada Dinda "kalau manjat itu hati-hati ya" kata Feri.
Dinda tersadar dan meminta Feri menurunkannya "ehemm..Kamu kenapa bisa disini?". Tanya Dinda.
Feri tertawa "ya karena ini Rumah mami ku, aneh deh kamu".
"Oh... berarti Tante Desi itu mami kamu yang akan melaksanakan ulang tahun besok?." Tanya Dinda sekali lagi.
Feri tersenyum "iya Din, aku barusan ingin telpon kamu, mau ngundang kamu besok, ehh ternyata kamu sudah ada disini dan kamu yang mendekorasi untuk acara ulang tahun mami ku".
Dinda hanya tersenyum.
"Kamu ngapain sih Din manjat-manjat seperti tadi memangnya nggak ada orang lain yang masang itu?" Feri bertanya.
Dinda menjawab "Tadi ada Abang ku tapi Abang ku sedang pergi ke toilet, sementara karyawannya yang lain masih sibuk tuh masang tenda diluar, ya mau gimana lagi, lagian aku juga karyawan nya Abang aku, ya sudah jadi kewajiban dong."
"Ouw ........ berarti ini usahanya punya Abang kamu, tapi tetap dong kamu harus hati-hati kalau sampai jatuh kan bisa sakit" kata Feri.
"Kadang-kadang kamu itu ya sok perhatian banget sih" Dinda tersenyum.
"Memang aku perhatian, aku kan salah satu cowo terpeka di dunia, pria idaman para wanita, kamu itu ya bukannya berterima kasih malah ngatain aku Seperti itu, dasar" Feri menyentil dahi Dinda.
"Aaawww..." Dinda memegang dahinya "kok disentil sih? " tanya Dinda.
"Pengen aja gitu balas dendam ke kamu, karena dahulu kamu yang paling sering jahilin aku" Feri tertawa lebar.
Dinda melebarkan matanya lalu berkacak pinggang "ohh...sudah berani ya sekarang sama aku mau pilih rumah sakit atau kuburan?".
Feri langsung menjawab "pilih ke penghulu aja deh" feri kembali tertawa.
"Apaan sih" Dinda tertawa kecil.
"gini nih kalau wanita berjiwa pria, kagak hilang-hilang dari dahulu" Feri melipat kedua tangannya.
Rian yang sudah selesai ke toilet menghampiri Dinda dan Feri.
"Loh Din, kamu sudah kenal dengan tuan muda Feri".
Dinda menoleh "ya kenal dong bang, dia ini sahabat sewaktu aku SMK bang, sahabat aku yang paling baik".
"Memuji pasti ada maunya nih" kata Feri .
Dinda mencubit lengan Feri "apa yang kamu katakan tadi".
Feri tertawa kecil "nggak ada, aku nggak ada ngomong apa-apa, kamu aja tuh yang salah dengar".
Dinda memanyunkan bibirnya "dasar".
"Ouw ternyata kalian sahabatan, tapi Abang nggak pernah tau loh" kata Rian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments