Dinda duduk di atas hamparan pasir putih sambil menangis di temani oleh Resha sambil mengelus punggung Dinda.
"Dinda" panggil feri.
Mereka berdua sedikit terkejut dan kompak menoleh kebelakang.
"Jadi yang tadi itu suami kamu? Bukankah kamu ngomong sama aku tadi itu suami teman kamu" sembari duduk di samping Dinda.
Dinda tidak sanggup untuk berkata dia hanya menangis.
Resha pun membantu menjawab "itu memang suami nya Dinda Dinda sengaja berbohong agar kamu mau membantu nya memergoki suami dia sudah 6 tahun mereka menikah dan sudah dikaruniai dua orang anak, Dinda sudah rela mengabdi seutuhnya untuk menjadi ibu rumah tangga meninggalkan pekerjaan nya tulus menjaga semua nya namun akhirnya di hancurkan begitu saja karena hawa nafsu".
Melihat Dinda menangis feri merasa sangat sedih, selama ia bersahabat dengan nya baru kali ini ia melihat Dinda menangis seperti ini spontan feri merangkul Dinda.
"Dinda kamu jangan nangis lagi ya aku tau bagaimana rasa sakit hatinya kamu aku juga pernah ngerasain sakit yang sama saat orang yang kita cintai dan sayangi dekat dengan orang lain tapi yang namanya takdir tidak bisa kita yang atur itu semua ketentuan yang sudah digariskan Tuhan kepada seluruh umatnya kamu harus kuat ya Din" Feri merangkul dengan erat.
Dinda Hanya diam sambil sesenggukan.
"Daripada kamu sedih begini yuk aku ajak kamu jalan-jalan keliling Bali dan aku yang traktir semuanya,, kamu mau makan apa saja mau jalan-jalan kemana saja terserah kamu bebas deh" feri menghapus air mata Dinda.
"Maaf ya fer kalau aku menolak tawaran kamu" Dinda mengusap air matanya.
Feri melepaskan rangkulannya " ayolah Din anggap saja penawaran ku ini hadiah pertemuan kita kembali sekaligus ngilangin semua beban hati kamu please Din, kali ini aja ya" .
Dinda terdiam sambil berpikir sejenak dia menoleh ke arah Resha, Resha pun diam juga.
"Kamu juga bisa kok ajak teman kamu kalian bebas mau apa aja" feri duduk kemudian meluruskan kedua kakinya.
"Yasudah tapi aku benaran tidak bisa lama-lama besok sore sudah harus balik ke Jakarta kasian anak-anak kalau ditinggal lama fer" seru Dinda.
"Iya aku faham kok" feri tersenyum ia memberi sebuah kunci kepada Dinda.
"Kunci apaan ini?" Tanya Dinda bingung.
"Itu kunci apartemen ku nanti kalian bermalam saja di sana karena aku nanti sore ada pertemuan dengan partner bisnis dari Korea dan pulang nya kemungkinan agak lama" jawab Feri.
"Ntar kamu masuk nya gimana dong kalau kunci ini kamu kasih ke kami" tanya Dinda kembali.
"Tenang aja aku punya card lock Din" jawab feri.
"sekarang aku ajak kalian makan siang yuk" feri melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 13:00 WITA, feri berdiri dan menjulurkan tangannya berusaha membantu Dinda untuk berdiri Dinda pun menggapai tangan feri kemudian mereka bertiga meninggalkan pantai dan mencari restoran untuk makan siang.
Feri merekomendasikan beberapa restoran terkenal yang sering ia kunjungi akhirnya mereka sepakat untuk makan di restoran dengan masakan khas Bali.
Akhirnya feri,Dinda dan Resha sampai di restoran kemudian mereka masuk dan memesan makanan. Dinda dan Resha memesan ayam betutu dan sate lilit, sementara feri memesan nasi campur Bali.
Setelah selesai makan feri kemudian mengajak mereka ke pusat oleh-oleh khas Bali, terlihat disana cukup ramai.
"Kalian pilih saja oleh-oleh yang mau kalian bawa pulang untuk keluarga dirumah seberapa pun banyaknya terserah kalian" kata feri sembari melihat baju- baju di toko itu.
Satu setengah jam mereka berburu oleh-oleh.
"Cukup segitu?" Feri menunjuk ke arah belanjaan Dinda dan Resha "yakin kalian".
"Cukup Fer ya sudah kalau begitu 1 toko ini semua kami ambil ya kamu sanggup?" Kata Dinda Sambil tersenyum.
Feri tertawa "jelas sanggup dong Din".
"Dasar kamu" Dinda mencubit lengan feri.
Feri pun membayar belanjaan Dinda dan Resha lalu mereka pulang ke apartemen Feri.
Mereka bertiga masuk ke dalam apartemen milik feri.
Dinda dan Resha sangat takjub melihat isi dari apartemen milik Feri.
Apartemen nya sangat mewah, bersih dan sangat wangi.
"Biasanya ya kalau cowo tempat tinggal nya itu 1 2 doang yang wangi." Dinda memukul pelan pundak Feri.
"Dan aku nomor satunya kan" kata feri "aku suka wewangian, dan aku juga suka mengkoleksi parfum mau aku kasih tunjuk koleksi parfum ku?" Feri tersenyum.
Dinda dan Resha mengangguk mereka berjalan mengikuti feri dari belakang Feri berhenti di depan pintu sebuah ruangan ia menekan jari telunjuk nya disebuah mesin finger print dan membuka pintu itu.
Seketika Dinda dan Resha terperangah melihat seisi ruangan itu. Disana terdapat banyak sekali parfum, yang di susun di dalam lemari kaca dengan begitu sangat rapi.
"Ini parfum kamu pakai semua?" Tanya Resha.
Feri tersenyum "ya nggak semua juga lah sayang banget kalau dipakai".
"Lah lebih sayang lagi kalau tidak di pakai mubazir loh" kata Resha sambil berjalan melihat-lihat koleksi parfum Feri.
"Kamu ini nggak ngerti tentang investasi ya" Feri tertawa kecil "parfum-parfum ini bisa aku jual kembali dengan harga puluhan juta bahkan ratusan juta loh karena semua parfum ini cuma ada satu di dunia, bahkan aku sendiri yang meracik nya karena aku yang punya pabrik parfum di Singapura".
Dinda mencubit perut feri "mulai sombong banget Kamu sekarang ya".
"AW... lagian kalian ini ya seperti nggak pernah lihat yang beginian biasa aja dong anggap aja ini toko parfum seperti yang ada dipinggir jalan itu" feri tertawa.
"Maklum lah kami kan orang ndeso" tawa Resha.
Mereka tertawa bersama.
Feri melihat jam tangannya "aku mau pergi sekarang kalian aku tinggal di sini dulu ya kalau mau pesan apa-apa nanti kalian ngomong terlebih dahulu sama kurir nya terus permisi dulu ke resepsionis kasih tau mau anter pesanan ke apartemen Feri W nanti yang anter kesini resepsionis nya.".
"Oke-oke " Dinda berkata.
Mereka bertiga keluar dari ruang tersebut.
"Yasudah kalau ada apa-apa kalian telpon aku ya" Feri bergegas pergi.
Dinda menutup pintu.
"Res, sumpah aku masih nggak nyangka ya kalau Feri itu 180 derajat kehidupannya berubah banget mulai dari penampilan,gaya hidup dan sekarang dia seorang CEO" Dinda menempelkan telapak tangan di dahinya.
"Ya namanya juga roda hidup Din pasti berputar dong Din" Resha duduk di sofa sambil melihat-lihat majalah bisnis yang ada di meja.
Dinda duduk di samping Resha "Sebenarnya setelah tau semuanya sekarang aku jadi ngerasa segan dekat dengan Feri".
Resha menutup majalah "segan..kenapa din?"
"Ya segan aja gitu Res karena kan sekarang aku gak selevel sama dia aku mah kaleng-kaleng" Dinda memeluk bantal sofa.
"Ah...kamu ini ada-ada saja sih din kalian kan memang dari awal sudah sahabatan dari Sekolah ya nggak apa-apa dong kalau mau melanjutkan tali silaturahmi kembali kenapa kamu takut dibilang orang matre karena sudah tau Feri itu seorang CEO" Resha meletakkan kembali majalah yang dilihatnya.
"Ya bisa dibilang begitu sih" kata Dinda di.
"Ya elah Din.. bersikap seperti biasa aja waktu kalian masih sahabatan ya menurut kamu sikap Feri ke kamu itu kamu rasa seperti apa?" Tanya Resha.
"Ya seperti dulu sih dan lagian Resha ini kan pertama kali aku dan Feri bertemu kembali loh," jawab Dinda.
"Iya sih,tapi yaudah lah Din woles aja udah nggak usah kamu pikirin hal-hal yg seperti itu kamu pikirin kedepannya kamu Sama anak-anak gimana" Resha mengambil handphone nya yang ada di dalam tas.
"Iya lah tuh" Dinda melihat ke sekelilingnya.
"Eh Din ini aku baru dapat notifikasi dari kantor kalau bagian periklanan butuh karyawan baru" Resha memberikan handphone nya kepada Dinda.
"Kayak nya aku belum mood untuk mikirin kerjaan, aku mau fokus dulu ngurusin perceraian ku dengan lelaki b@ng*@t itu Res" gumam Dinda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Lilis Ilham
semangat thor menyatukan resya dan dinda
2023-12-30
0
mei puspitasari
kamu wanita kuat din
2023-12-29
1