Pagi ini Dinda bersiap untuk pergi ke pengadilan menghadiri sidang perceraian pertamanya Dinda tidak sendirian ia ditemani oleh Resha, Rian Abang kandungnya dan seorang pengacara yang disewa oleh Dinda.
Sesampainya di pengadilan mereka masuk ke dalam ruangan.
"Jangan lupa datang dan selesaikan semuanya aku tunggu kehadiran mu" Dinda mengirimkan chat tersebut kepada Aldi namun chattingan tersebut hanya dibaca saja oleh Aldi tanpa adanya balasan.
Sudah hampir 2 jam mereka menunggu namun dari pihak Aldi tak seorangpun yang hadir.
"Ting" sebuah chat masuk di handphone Dinda.
"Aku sudah katakan sama kamu kan bahwa aku akan mempersulit kamu untuk pisah dengan ku" Aldi membalas chatting Dinda sebelumnya.
"Yasudah kalau itu mau kamu aku akan sebar luaskan video kamu dengan Lena biar kamu dapat sanksi sosial dan mungkin kamu juga akan kehilangan pekerjaan kamu" Dinda membalas.
Aldi tak lagi membalas chat dari Dinda.
Karena pihak Aldi tak kunjung hadir maka sidang pertama gagal dan akan diadakan sidang kedua 3 bulan kemudian.
Mobil yang dikendarai Abang Dinda memasuki pekarangan rumah Dinda setelah menghantarkan Resha dan pengacara mereka pulang.
"Itu sih Aldi maunya apa sih kenapa pihak dari dia tidak hadir di persidangan tadi" Rian tampak kesal.
"Dia itu tidak ingin berpisah dengan ku bang dia mau mempersulit jalannya persidangan" kata Dinda.
"Masalah mau atau tidaknya kan nanti ada sesi mediasi nya yang terpenting kehadiran dia tadi tuh anak memang minta dihajar" ketus Rian.
"Sudah lah bang kenapa jadi Abang yang emosi gitu sih tenang aja aku punya cara sendiri untuk membuat dia hadir nanti di persidangan ke dua" Dinda merapikan hijabnya dengan berkaca di kaca spion depan mobil.
Lalu mereka berdua turun dari mobil
"Seharusnya dia tuh bersyukur bisa mempunyai istri seperti kamu tapi memang dasarnya b@jing@n ya nggak akan tau rasanya bersyukur" Rian duduk di kursi teras rumah Dinda.
"Siapa yang Abang maksud b@jing@n" kata seseorang yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah Dinda.
Rian dan Dinda yang sedang duduk di kursi teras sangat terkejut mereka berdua serentak menoleh ke arah pintu.
"Mas Aldi!" Kata Dinda.
Aldi tersenyum tanpa rasa bersalah.
"Masih bisa ya kamu tersenyum begitu dasar bedebah" tanpa basa-basi Rian langsung berdiri dan mendaratkan tinjunya tepat di perut Aldi "dimana akal dan pikiran mu tega kamu ya selingkuh di belakang adik ku".
Tampak Aldi tak berdaya menerima pukulan demi pukulan yang di berikan Rian.
Melihat Rian memukuli Aldi Dinda pun melerai Rian ia menarik badan Rian "Sudah bang sudah..stop bang" Dinda menarik tubuh Rian.
"Bisa nggak sih abang jangan main pukul sembarangan seperti itu, boleh abang emosi tapi jangan sampai memukul bisa susah urusannya nanti bang" Dinda mencoba menenangkan Rian.
Rian hanya diam napasnya masih memburu.
"Lagian kamu utu mau apa lagi datang kesini mas" tanya Dinda.
"Aku kesini cuma mau ketemu sama anak-anak aja Din aku kangen sama mereka" jawab Aldi sembari memegang perutnya yang sakit akibat pukulan Rian.
Dinda tidak bisa melarang karena mau bagaimana pun Raden dan Tasya adalah darah dagingnya Aldi anak-anak pun sangat ingin bertemu dengan ayahnya.
"Yasudah..aku kasih kamu waktu sejam lagi untuk bermain bersama mereka setelah itu kamu pulang dan jangan pernah temui mereka sampai sidang putusan nanti mas" Dinda langsung masuk kedalam rumah.
"Tega kamu ya tidak memperbolehkan aku ketemu dengan anak aku sendiri" Aldi mengikuti Dinda.
Dinda berbalik badan "Kamu yang tega mas, kamu sendiri yang sudah menghancurkan semuanya".
Aldi bersujud di kaki Dinda "Maaf Dinda aku mohon sekali sama kamu kasih aku kesempatan sekali ini lagi untuk berubah aku tau aku salah aku berdosa besar sudah berbuat seperti itu aku sayang sama kamu,Raden dan Tasya" Aldi meneteskan air matanya.
Dinda tidak bisa berkata-kata melihat Aldi bersujud sambil menangis.
"Kamu tidak usah menangis lebih baik kamu sekarang pulang dan datang lagi nanti di sidang kedua, masalah rujuk atau tidaknya nanti ada sesi mediasi" Rian mendekati Dinda dan Aldi.
Aldi menarik nafas dan mencoba menenangkan dirinya " baiklah aku akan pulang tapi izinkan aku bermain dengan kedua anak ku".
"Ya sudah" Rian berdiri di samping dinda
Dinda melangkah cepat masuk ke kamar ia duduk di pinggiran tempat tidurnya "ya Allah kenapa tiba-tiba aku menjadi luluh seperti ini setelah melihat mas Aldi menangis tadi" katanya dalam hati.
Dia menatap photo pernikahan dia dan Aldi yang terpajang di dinding kamar "mungkin ini saatnya aku minta petunjuk kepada mu ya Allah dengan cara melakukan sholat istikharah".
Dinda segera mengambil air wudhu kemudian melaksanakan sholat istikharah.
Selesai sholat dia mendatangi kamar Raden Dinda mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka, disana dia melihat kedua buah hatinya sedang tidur ditemani oleh sang ayah.
Setelah itu dinda berniat untuk ke dapur namun langkah nya terhenti setelah melihat handphone milik Aldi berdering sepertinya ada yang menelepon namun handphone tersebut dalam keadaan silent.
"Lena" tertulis nama si penelpon di layar handphone milik Aldi.
Dinda mengambil handphone itu namun entah mengapa hati kecilnya seakan menyuruhnya untuk membuka isi aplikasi chat milik Aldi itu.
Terlihat banyak sekali isi pesan masuk dari Lena jari Dinda seakan bergerak sendiri mengklik isi chat tersebut.
"Gimana mas apakah hati perempuan bodoh itu sudah luluh dengan akting kamu berpura-pura minta maaf dan apakah kamu sudah mendapatkan surat rumah nya itu karena aku sudah nggak sabar mau usir perempuan bodoh itu karena dia sudah bersikap seperti itu terhadap ku saat di hotel Bali kemarin" itulah isi dari pesan yang dikirim oleh Lena.
"Ya Allah sekarang engkau sudah memberikan jawaban untuk ku ternyata mas Aldi hanya berpura-pura saja" Dinda sangat marah kepada Aldi.
"Aku akan kasih kalian berdua pelajaran agar kalian tidak bisa main-main dengan aku enak saja ngatain aku bodoh akan aku tunjukkan kecerdikan ku nanti" kata Dinda dalam hati.
Dinda mencoba membajak aplikasi WhatsApp milik Aldi itu cara yang mudah karena Dinda dahulu mengenyam pendidikan SMK jurusan komputer berbasis software.
"Perempuan bodoh itu sudah luluh oleh rayuan mas sayang dan mas juga sudah mendapatkan surat rumah itu sekarang kamu bersiap-siap ya dandan yang cantik karena mas mau ajak kamu shopping hari ini" diam-diam Dinda membalas chattingan dari Lena karena sudah berhasil membajak aplikasi chatting dari handphone Aldi.
Kemudian Dinda sengaja menghapus balasannya tadi agar Aldi tidak menaruh curiga Dinda pun berhasil membajak WhatsApp milik Aldi sekarang dia bisa lebih bebas mengetahui semuanya.
"Dasar b*d*h kalian pikir aku segampang itu di bodoh in" gumamnya dalam hati.
"Kini aku menjadi lebih mudah ngerjain kalian berdua" Dinda tertawa pelan.
Dinda masuk ke kamar Raden "sudah lebih dari satu jam kata kamu mau pulang setelah bermain dengan anak-anak" Dinda melipat tangannya.
Aldi bangkit dari tempat tidur "iya ini aku mau pulang tapi aku mohon sama kamu mau ya untuk membatalkan perpisahan kita".
"Memohon sama Allah bukan sama ku!" Ketus Dinda.
"Kamu kok gitu sih sayang" Aldi sedikit heran.
Dinda memalingkan wajah "Udah sana kamu pulang nanti dicariin loh".
"Dicariin sama siapa?" Tanya Aldi.
"Sama malaikat pencabut nyawa tuh" Dinda menyunggingkan senyum sinis.
Aldi menggelengkan kepalanya ia mencoba memeluk Dinda namun Dinda mengelak.
"Ehh.. mau Ngapain mau peluk aku gak usah lebay kamu mas" seru Dinda.
"Kamu tolong pikir-pikir lagi deh untuk berpisah Din kasian anak-anak kalau mereka sampai broken home aku janji akan bertaubat Din" Aldi kembali mengiba.
Dinda berpura-pura mengiyakan perkataan Aldi tapi yang sebenarnya ia sudah muak melihat Aldi "iya mas nanti aku pikir lagi ya".
"Nah gitu dong Din yaudah mas mau pulang ya oh iya surat rumah nya kamu simpan dimana?" Aldi bertanya tanpa ada rasa malu.
"Kenapa dengan surat rumah mas" Dinda mengangkat alisnya
"Hmm..mas cuma mau tau aja" kata Aldi.
"Dasar nggak tau malu" umpat Dinda dalam hati.
Dinda berkata "Suratnya aku simpan untuk berkas harta Gono gini"
"Ntar kalau kamu cabut gugatan surat rumah nya kasih ke aku saja ya biar aku nyuruh ibu untuk simpan " Aldi tersenyum.
"Gak perlu repot-repot mas biar aku saja yang simpan sendiri" Dinda sudah mulai kesal melihat Aldi.
"Tapi..tapi.." belum sempat Aldi selesai berkata Dinda langsung membantah.
"Tidak ada tapi-tapi sudah sana sekarang kamu pergi cepatan.." Dinda menarik Aldi keluar dari rumahnya.
Setelah Aldi keluar Dinda mengucapkan "assalamualaikum" dan langsung menutup pintu rumahnya
"Waalaikumsalam" Aldi terlihat kesal karena rencananya tidak berhasil.
"Kenapa sih sekarang Dinda keras banget kalau dulu dia selalu luluh dengan melihat aku sedih" gumam Aldi.
Emosinya semakin bertambah saat ia melihat handphone ada puluhan chat yang masuk dari Lena Aldi membaca chatting dari Lena dan langsung saja menelpon Lena.
"kamu ini tau nggak aku sedang emosi sekarang kamu buat aku tambah emosi siapa coba yang mau pergi shopping sudah tidak usah yang aneh-aneh deh kamu!" Bentak Aldi dan langsung menutup panggilan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Rini Musrini
hahaha..... keren dinda kerjain aja tuh selingkuhan suamimu
2024-01-12
0
Uthie
Hahahaaa....bagus Dinda.. kasih pelajaran tuhhh buat mereka berdua 👍😁
2024-01-01
0
Lilis Ilham
wkkwk wkwkwk ngakak shoping
2023-12-30
0