Tanpa Dinda dan Resha ketahui di dalam apartemen feri terdapat beberapa cctv yang bisa merekam gambar dan suara.
Percakapan mereka berdua barusan tadi terdengar oleh feri yang sedang memantau mereka dari cctv yang terhubung ke handphone milik feri tersebut.
Feri tertawa sendiri melihat perkataan dan reaksi raut wajah Dinda "Dinda kamu tuh dari jaman kita masih sekolah sampai sekarang ini benar-benar buat aku gemas".
feri masih terus fokus melihat layar gawai nya itu "ngapain coba kamu pakai segan begitu sama ku jadinya nggak asik nanti sumpah aku tuh kangen banget sama ke barbaran kamu yang sering jahil aku dahulu" kata feri dalam hati.
"Tuan muda sepertinya lagi bahagia ya dari tadi saya perhatikan tuan senyum-senyum sendiri dan kadang juga tertawa" kata supir pribadi Feri.
"Iya nih pak aku baru ketemu dengan sahabat SMK aku dan sekarang dia aku suruh tinggal di apartemen sama sahabat nya jadi itu membuat aku kepo sama percakapan mereka yaudah deh aku lihat aja cctv apartemen" Feri tersenyum kepada sang supir yang sedang menyetir mobilnya.
"Cewe apa cowo sahabat nya tuan" tanya pak supir.
"Ah.. tuh kan bapak juga kepo?" Feri tertawa.
"sahabat aku ini wanita pak tapi jiwanya itu jiwa seorang pria dia kuat dan mandiri tidak seperti wanita lainnya dia beda banget dia berteman tidak pilih-pilih dan juga selalu membantu kalau saya lagi pura pura susah, sewaktu masa saya SMK saya dari awal masuk sekolah pura-pura jadi siswa culun pak"
Feri memasukkan gawai nya ke dalam tas
"sampai mami dan papi marah sama saya saya kasih tau alasannya baru deh mereka mengizinkannya saya juga sampai ngekost ditempat yang sederhana agar teman-teman saya itu percaya kalau saya ini orang kalangan menengah kebawah bahkan banyak sekali yang bully saya tapi sih Dinda ini yang selalu menolong saya dia baik banget apalagi orang tua nya mereka sama-sama baik" Feri menjelaskan secara detail.
"Sahabat tuan ini namanya Dinda ya?" Tanya sang supir.
"Iya pak" jawab Feri.
"Wah... pasti cantik banget sahabatnya tuan itu". Kata pak sopir.
"Nanti juga pasti bapak akan lihat langsung gimana parasnya" Feri sembari tersenyum.
Pak Harun adalah supir pribadi Feri dia sudah belasan tahun mengabdi pada keluarga Feri wajar saja pak Harun sangat dekat dengan Feri Feri pun sudah menganggap pak Harun sebagai bapak angkatnya.
------------------------------------------------------------
Pukul 20:00 WITA.
Feri kembali ke apartemen nya dan dia melihat Dinda tengah asik menonton televisi.
"Din..kamu belum tidur?" Tanya feri sembari duduk disebelah Dinda.
"Aku lagi mikirin anak-anak dirumah sehari nggak jumpa rasanya rindu sekali" Tutur Dinda.
Feri meletakkan tasnya di atas meja "rencananya kapan nih kamu mau balik ke Jakarta?".
"Besok sih tapi aku belum pesan tiket pesawatnya" kata Dinda.
"Kamu mau aku anter naik helikopter pribadi ku" Feri menatap Dinda.
Dinda berpikir sejenak "nggak usah repot-repot segala Fer aku nggak mau jadinya nanti ngerepotin kamu Fer".
Feri terlihat cemberut "anggap aja ini balas Budi aku sama kamu karena kamu dulu udah baik banget sama aku dan lagian emang aku juga mau pergi kesana ibu ku mau ngadain pesta ulang tahunnya di jakarta".
"Yang benar kamu udah ah jangan buat aku tambah segan sama kamu Fer" Dinda terlihat manyun.
"Kamu ngapain sih segan sama aku Din woles aja kali Din bersikap aja seperti Dinda yang dulu nanti aku marah loh sama kamu nih" Feri mencubit pipi Dinda.
"Apaan sih ih dilarang mencubit loh karena kita bukan muhrim" Dinda tertawa sembari mengusap pipinya.
Feri menghela nafas "yaudah kalau gitu aku akan menikah dengan kamu deh biar jadi muhrim".
"Nggak usah Ngaco kamu ah.. kata Dinda.
Feri tertawa.
"Yaudah deh aku mau tidur ngeri aku lama-lama dekat sama kamu bye" Dinda tersenyum dan pergi meninggalkan Feri.
Ekor mata feri terus mengikuti Dinda melangkah dan tersenyum "hati-hati loh aku bisa makan kamu nanti".
------------------------------------------------------
Pukul 07:00 WITA
Dinda Resha dan feri sudah berapa di heli pad yang ada di atas gedung apartemen.
"Seumur hidup ku ini pertama kali aku naik helikopter Din" Resha memeluk lengan Dinda karena Resha agak takut dengan ketinggian.
"Sama aku juga Res" bisik Dinda.
"Keren juga ya sih Feri udah ganteng, CEO, Tajir melintir tapi sayang masih jomblo" Resha menahan tawanya.
"Yaudah kalau begitu kamu aja sana yang mengakhiri masa jomblo nya" Dinda tertawa kecil.
Resha merapikan hijab nya yang terkena angin "Ah..ogah lah ntar yang ada aku cuma dijadiin keset kaki karena nggak selevel dengan keluarga nya".
Mereka tertawa cekikikan sementara Feri terus memperhatikan jam tangan nya.
Tak lama datang lah helikopter yang mereka tunggu dan mendarat lah heli tersebut dengan sangat mulus,,
Pilot heli itu berjalan sedikit berlari mendatangi Feri.
"Maaf tuan muda saya sudah telat 5 menit" pilot itu menunduk memberi salam.
Feri menepuk pundak pilot tersebut "yasudah tidak masalah".
Feri mengajak Dinda dan Resha untuk masuk ke dalam heli "ayo.. waktunya kita berangkat".
Helikopter mereka pun berangkat.
"Ternyata rasanya sama saja ya seperti naik pesawat" kata Resha.
Dinda hanya tersenyum.
Beberapa jam kemudian mereka tiba di Jakarta.
Mereka bertiga kembali ketempat masing-masing tadinya feri berniat untuk menghantarkan Dinda kerumahnya namun kali ini Dinda memohon untuk menolak tawaran feri tersebut.
Kepulangan Dinda disambut oleh Raden dan Tasya.
"Yeay akhirnya bunda pulang deh" Raden berlari memeluk Dinda.
Dinda memeluk kedua buah hatinya itu " bunda kangen banget loh sama kalian" Dinda mencium keduanya.
Dinda mengalihkan pandanganya ke teras rumahnya dia melihat Aldi sedang berdiri disana.
"Kenapa mas aldi sudah berada disini" seru nya dalam hati.
Aldi menghampiri mereka "sayang" mencoba memeluk Dinda sang istri.
Namun Dinda menepis nya "cukup mas jangan sentuh aku" ia merasa jijik melihat Aldi "kamu tuh seharusnya malu mas dengan sikap mu ke aku aku saja jijik melihat kamu disini".
"Bunda sama ayah kenapa?" Tanya Raden dengan sangat polos.
"Kalian masuk kedalam rumah ya sayang,bunda mau bicara berdua sama ayah di dalam kan ada Oma" Dinda berjongkok di hadapan Raden.
"Tapi Bun Oma tadi malam disuruh pulang sama ayah" Tasya memegang pipi Dinda.
Mendengar itu Dinda langsung berdiri " kenapa kamu suruh ibu ku pulang mas,!".
"Ya karena udah ada aku yang jagain Raden sama Tasya" Aldi menjawab dengan mudah.
"Kalian masuk dulu ya, nanti bunda kasih hadiah" Dinda menyuruh raden dan Tasya masuk.
Mereka pun menuruti perkataan bundanya.
Melihat keduanya sudah masuk Dinda pun menarik tangan Aldi "kenapa kamu balik kerumah ini kamu dilarang untuk kembali ke rumah ini mulai dari sekarang!".
Aldi berkata "Aku balik kerumah ini karena ini rumah ku jadi kenapa aku harus pergi".
"Rumah ini sudah atas nama ku ya dan kalau kamu mau rumah ini silahkan nanti kamu datang ke pengadilan" Dinda berkata dengan nada tinggi.
"Kamu serius mau pisah" Aldi menggenggam tangan Dinda.
"YA" Dinda melepas paksa.
Aldi berlutut "Tapi aku masih sayang sama kamu kasih aku kesempatan untuk berubah Din".
"Tidak ada toleransi untuk perselingkuhan mas apalagi kamu sudah tidur satu ranjang dengan wanita lain aku gak bisa bertahan untuk itu jadi sekarang kamu pergi dari sini" Dinda berjalan meninggalkan Aldi.
"Ok kalau itu mau mu tapi jangan harap kamu bisa dengan mudah pisah dari ku" Aldi mengancam Dinda.
Dinda berhenti sejenak,lalu ia menghela nafas panjang "Bereskan barang-barang mu sekarang dan pergi lah".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Lilis Ilham
ada rekaman sama resya perselingkuhan
2023-12-30
0