Apes, satu kata yang tepat untuk si cantik bermata biru. Sejak pagi sudah sepuluh kali dia keluar masuk kamar mandi karena perutnya sakit. Kali ke sebelas, Abel sudah tak memiliki tenaga lagi, rasanya seluruh tulang lepas semua dari tubuhnya.
Keringat dingin membasahi tubuh Abel, gadis itu memekik sambil menekan perutnya yang terasa begitu sakit. "Nasi uduk sialan!" umpat Abel karena dia yakin perutnya sakit gara-gara sarapan nasi uduk.
Tak kuat melanjutkan pekerjaannya, Abel menghampiri salah satu rekannya. "Kak, perutku sangat sakit. Tolong bantu aku izin hari ini," ucap Abel sambil menahan sakit.
"Astaga Mia, wajahmu sangat pucat. Cepat pergi ke rumah sakit, aku akan membantumu izin hari ini," sahutnya cemas.
"Terima kasih kak!"
Dengan sisa tenaga yang di miliki, Abel berjalan keluar gedung. Sesekali langkahnya terhenti karena kakinya begitu lemas. Saat Abel tengah bersandar di dinding, tiba-tiba Cakra datang menghampirinya.
"Mia, apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Cakra seraya menatap Abel yang sedang menunduk. Dan bertapa terkejutnya Cakra saat Abel mendungak dan melihat wajah Abel begitu pucat. "Kau sakit? Aku akan mengantarmu ke rumah sakit!"
"Tapi kau sedang bekerja!" tolak Abel secara tak langsung.
"Aku bisa izin. Tunggu di sini, aku akan mengambil mobilku!" Tanpa menunggu jawaban Abel, Cakra berlari cepat untuk mengambil mobilnya. Dan hanya dalam hitungan menit, Cakra kembali menghampiri Abel dengan nafas terengah-engah. "Kau masih kuat berjalan? Atau mau aku gendong?" Cakra tampak begitu cemas.
"Aku masih kuat jalan!"
Cakra lalu memapah Abel karena gadis itu menolak untuk di gendong. "Bertahanlah Mia!"
Dari kejauhan Rey melihat Cakra dan Abel, asisten itu salah paham dan mengira jika keduanya sedang bermesraan. Mengingat kedekatan Abel dan Reksa akhir-akhir ini, Rey memutuskan untuk memotret Cakra dan Abel lalu mengirimkan foto tersebut kepada Reksa.
Reksa melempar ponselnya setelah membuka pesan dari Rey, pria itu tampak kesal namun dia kembali melanjutkan pekerjaannya. "Sial!" Reksa mengumpat, foto Cakra dan Abel benar-benar mengganggu kosentrasinya, apalagi di dalam foto tersebut keduanya tampak begitu mesra membuat Reksa tidak bisa fokus pada pekerjaannya. "Kemana mereka pergi saat masih jam kerja?"
Dan untuk menjawab pertanyaannya, Reksa sengaja mengadakan rapat dadakan bersama Departemen Keuangan dan Pemasaran dimana Cakra dan Abel di tempatkan. Wajah muram Reksa membuat karyawannya takut, apalagi sudah lama Reksa tidak pernah mengadakan rapat dadakan.
"Sebentar lagi musim liburan, apa rencana tim pemasaran untuk promosi hotel baru kita?" tanya Reksa membuka rapat.
"Kami berencana memberikan diskon 20 persen bagi keluarga yang menginap di hotel baru kita tuan!"
Reksa menatap salah seorang karyawan dari departemen keuangan. "Bagaimana menurutmu? Apa diskon 20 persen tidak akan membuat hotel rugi?"
Rapat berjalan dengan suasana menegangkan, apalagi beberapa kali Reksa menolak rencana karyawannya perihal promosi hotel baru milik WR Group.
"Aku dengar kalian memiliki karyawan baru? Kenapa kalian tidak mengajak mereka untuk ikut rapat?" setelah berputar-putar akhirnya Reksa mengemukakan maksud dan tujuan rapat yang sebenarnya meski hanya Rey yang menyadari hal tersebut.
"Karyawan baru kami sakit, dia izin pulang lebih cepat untuk pergi berobat!"
"Sakit?" ulang Reksa dengan wajah terkejut. Seingatnya Abel baik-baik saja pagi ini, kenapa tiba-tiba dia sakit.
"Benar tuan!"
"Rapat selesai!" Reksa segera keluar dari ruang rapat, pria itu meraih ponselnya dan menghubungi Abel untuk memastikan kondisi gadis itu.
Sementara itu Abel sedang di periksa oleh dokter sehingga dia tak menyadari panggilan dari Reksa. Karena dehidrasi, dokter menyarankan Abel agar di infus sampai kondisinya membaik. Dengan sabar Cakra menemani Abel yang tergeletak lemah di atas ranjang rumah sakit.
"Aku baik-baik saja, kau bisa kembali ke kantor sekarang!" Abel merasa kurang nyaman bersama Cakra, apalagi sejak tadi Cakra tak berhenti menatapnya.
"Aku akan di sini sampai dokter mengizinkanmu pulang!" tolak Cakra.
"Kau masih karyawan baru, jangan sampai kau di pecat karena pergi tanpa izin. Cepat kembali ke kantor!"
"Tidak ada yang berani memecatku!"
Abel melirik Cakra dengan tatapan kesal. "Dasar sombong," batin Abel. "Aku akan merasa bersalah kalau kau sampai di pecat. Lagi pula aku akan tidur. Kau boleh datang lagi setelah selesai bekerja!" Abel terus berusaha untuk mengusir Cakra.
Di saat yang sama ponsel Cakra berdering, pria itu mendapatkan panggilan dari atasannya. "Sebentar ya!" Cakra berpindah tempat untuk menjawab panggilan tersebut.
"Kau dimana?" tanya atasan Cakra dengan suara menegang.
"Saya di rumah sakit!" jawab Cakra apa adanya.
"Rumah sakit mana?"
"Global Hospital!"
"Cepat kembali ke kantor atau aku akan memecatmu!"
"Tapi pak,"
"Tidak ada tapi-tapian, segera kembali atau kau akan kehilangan pekerjaanmu!"
Cakra kembali dengan wajah murung, pria itu sungguh menyesal karena tidak bisa menemani Abel. "Maaf Mia, aku harus kembali ke kantor," ucapnya sedih.
Abel tersenyum senang karena tujuannya memang mengusir Cakra. "Tidak papa, terima kasih sudah mengantarku ya!"
"Hubungi aku jika terjadi sesuatu ya!"
"Pasti!"
Akhirnya Abel bisa tidur dengan tenang setelah Cakra pergi, sebelum tidur Abel memeriksa ponselnya, gadis itu terkejut melihat 20 panggilan tak terjawab dari Reksa. Karena tak ingin di ganggu, Abel memilih untuk mematikan ponselnya dan tidur dengan tenang.
Reksa segera pergi ke Global Hospital setelah mendapat informasi dari bawahannya, pria itu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. begitu sampai di rumah sakit, Reksa segera mencari tau keberadaan Abel.
"Pasien atas nama Mia Belinda masih berada di UGD dan sedang mendapatkan perawatan!"
Reksa berlari menuju UGD, dia menyibak satu persatu tirai yang menutupi ranjang pasien sampai akhirnya dia menemukan Abel yang terlelap sendirian. Reksa menghela nafas lega karena bisa menemukan Abel, namun perasaannya berkecamuk melihat wajah Abel yang masih pucat serta tangan Abel yang di pasangi infus.
"Pemisi," Reksa menghampiri dokter yang sedang bertugas di UGD. "Saya ingin tau kondisi pasien atas nama Mia," pinta Reksa dengan sopan.
"Pasien mengalami dehidrasi karena diare dan muntah. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, pasien mengalami keracunan makanan!" jelas dokter.
"Lalu bagaimana kondisinya dok?"
"Sekarang kondisinya sudah membaik, setelah infus habis dan kondisinya semakin baik pasien boleh pulang!"
"Terima kasih dok!"
Reksa kembali menghampiri Abel, pria itu duduk sambil menatap wajah Abel penuh sesal karena sempat mengira Abel tengah bermesraan dengan Cakra. Bukan hanya itu, Reksa juga memiliki penyesalan lain, dia mengira jika Abel seperti ini karena sarapan nasi uduk bersamanya.
Hampir satu jam Reksa menemani Abel, sesekali pria itu menyeka keringat di dahi sang gadis dan berharap Abel akan baik-baik saja setelah terbangun. Menit demi menit terlewati, dengan setia Reksa duduk di dekat tempat tidur Abel dan mengabaikan pekerjaannya di kantor.
Seutas senyum terbit di wajah Reksa saat dia melihat Abel mulai menggerakkan kelopak matanya, namun senyuman itu kembali Reksa sembunyikan begitu mata Abel mulai terbuka.
"Kau sudah bangun?" tanya Reksa dengan nada datar, padahal dia sangat senang karena akhirnya Abel membuka mata.
Abel menoleh saat mendengar suara yang tak asing di telinganya, gadis itu menatap Reksa sambil tersenyum. "Aku pasti sudah gila, mana mungkin Reksa di sini," gumamnya parau.
"Kau baik- baik saja? Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa perutmu masih sakit?" Reksa menyecar Abel dengan pertanyaannya.
Saat itu Abel akhirnya sadar jika pria yang bersamanya memanglah Reksa, dia tidak sedang bermimpi ataupun berhalusinasi. "Aku baik-baik saja. Kenapa kau bisa ada di sini?"
"Aku mencemaskanmu!"
Tanpa sadar jawaban Reksa menyentuh hati Abel, tiba-tiba perasaan Abel bergemuruh dan jantungnya berdebar-debar. "Maaf membuatmu khawatir," jawab Abel pelan.
"Aku yang minta maaf karena membuatmu seperti ini. Kata dokter kau keracunan makanan, dan aku yakin semua ini karena nasi uduk pagi tadi!"
"Jika benar karena nasi uduk, apa kau akan memberi kompensasi padaku?"
"Tentu, aku akan meminta perusahaan memberimu cuti dan uang pengobatan!"
"Bukan itu yang aku inginkan!"
"Lalu?"
"Katamu kau bekerja di bagian pemasaran, namun selama aku bekerja di WR Group aku belum pernah melihatmu di departemen pemasaran. Aku yakin kau memiliki jabatan yang lebih tinggi dan..."
"Dan apa?" Reksa menatap Abel penasaran.
"Aku dengar WR Group sedang mempersiapkan pembangunan resort di Bali, aku ingin tau apa karyawan baru sepertiku bisa terlibat dalam proyek besar itu?"
Reksa diam sejenak, dia menatap wajah Abel yang tampak begitu serius. "Kau tertarik dengan proyek itu?" tanya Reksa dan Abel mengangguk dengan penuh semangat. "Aku akan mencari tau!"
"Terima kasih ya!"
"Hem," Reksa hanya bergumam, namun tatapannya tak lepas dari Abel membuat gadis itu merasa kurang nyaman.
"Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Abel seraya meraba seluruh permukaan wajahnya.
"Aku hanya penasaran, kenapa matamu memiliki dua warna?"
"Maksudmu?"
"Mata kananmu berwarna hitam dan mata kirimu berwarna biru!"
"Hah!!"
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments