Sudut bibir terangkat membentuk senyuman licik di wajah ayu milik Abelia, gadis bermata biru itu tengah membaca email dari HRD WR Group yang menyatakan jika dirinya di terima di perusahaan milik keluarga Waranggana tersebut. Abel beranjak dari duduknya, gadis itu berjalan menuju walk in closet dan memeriksa koleksi baju, sepatu serta tas dengan harga ratusan juta. "Sepertinya aku harus belanja!" gumam Abel seraya mengeluarkan ponselnya, gadis itu lalu menghubungi seseorang. "Mia, tolong temani aku belanja!" titahnya sesaat setelah panggilan tersambung.
Abel menghentikan mobil sportnya di depan rumah sederhana milik keluarga Mia, gadis itu menurunkan kaca mobilnya dan melambaikan tangan ke arah Mia. "Ayo masuk Mi!"
"Baik non!"
Abel menyambut Mia dengan senyuman ramah, namun tampaknya Mia masih merasa canggung berada di dalam mobil Abelia. "Mi, dimana biasanya kau membeli baju dan perlengkapan lainnya?" tanya Abel seraya menatap Mia.
"Di pelataran mall non," jawab Mia apa adanya. "Memangnya ada apa non?"
"Lusa aku mulai bekerja di WR Group, aku tidak mungkin memakai baju-bajuku yang sekarang!"
Mia mengangguk mengerti. "Tapi apa nona akan merasa nyaman memakai baju murahan?" terka Mia khawatir karena sejak kecil Abel sudah terbiasa memakai baju mewah.
"Apa salahnya mencoba Mi!"
Rupanya pelataran pusat perbelanjaan tak seburuk pikiran Abel, beberapa toko pakaian berjejer dengan koleksi baju-baju mereka yang cukup menarik di mata Abel. Gadis itu memasuki satu persatu toko baju tersebut dan memilih pakaian sesuai kebutuhannya selama menyamar menjadi Mia.
Tak ingin menjadi kacang yang lupa kulitnya, Abel juga membelikan beberapa baju serta sepatu baru untuk Mia, dan tentunya dia membelikan semua itu di toko barang mewah langganannya.
"Non, apa ini tidak berlebihan? Nona belanja di toko yang murah, sementara nona membelikan baju mahal untuk saya," ujar Mia tak enak hati.
"Kau bekerja di J&J Company, dan tak lama lagi kau akan menjadi asistenku, jadi kau harus terbisa memakai pakaian mahal!"
"Tapi non," Mia masih berusaha menolak.
"Sttt," Abel memberi isyarat kepada Mia untuk diam. "Aku lapar, ayo kita makan!"
***
Tidak ada perjuangan yang sia-sia, begitulah motto hidup Abel selama ini. Demi mendapatkan apa yang dia inginkan, Abel rela menukar mobil mewahnya dengan sebuah motor matic yang dia kendarai menuju WR Group. Abel harus rela wajah dengan perawatan ratusan juta itu terkena debu polusi, bukan hanya itu, dia juga rela macet-macetan di jalan raya.
"Rupanya tidak mudah menjadi miskin," gumam Abel seraya bercermin di kaca spion motornya, gadis itu membenahi rambutnya yang kusut karena terkena helm.
"Mia," sapa seseorang dari arah belakang.
Rupanya Abel mulai terbisa dengan panggilan Mia, gadis itu menoleh dan menatap pria yang tengah tersenyum ke arahnya. "Cakra," ucap Abel pelan.
"Kau juga di terima bekerja di sini?" tanya Cakra penuh semangat.
"Hmm, bagaimana denganmu?" jawab Abel ramah, sejak mengetahui identitas Cakra, Abel memutuskan untuk mendekati Cakra dan berusaha berteman dengannya.
"Aku juga!"
"Syukurlah aku memiliki kenalan di hari pertama bekerja," Abel berusaha untuk dekat dengan Cakra.
"Mm, aku boleh minta nomormu kan Mi? Siapa tau kita bisa berteman?"
Pucuk di cinta ulampun tiba, inilah yang Abel harapkan, mana mungkin dia menolak permintaan Cakra. "Tentu saja!"
Keduanya lalu bertukar nomor dan berjalan beriringan menuju kantor, namun tanpa mereka sadari dari kejauhan Reksa mengamati kedekatan keduanya dengan tatapan yang sukar di jelaskan. "Rey, berikan pekerjaan untuk Cakra sebanyak mungkin sampai dia tak sempat menyentuh ponselnya!"
Rey mengerutkan kening mendengar titah atasannya, namun melihat wajah Reksa yang tak bersahabat membuat Rey takut untuk menanyakan alasannya. "Baik tuan!"
Dan seperti perintah Reksa, di hari pertamanya bekerja, Cakra sudah di sibukkan dengan setumpuk dokumen di mejanya. Cakra menatap tumpukan berkas tersebut dengan wajah lesu, namun dia harus tetap bertahan demi menang dari Reksa.
Saat jam istirahat, Abel mengirim pesan kepada Cakra untuk mengajaknya makan siang bersama. Tak perlu menunggu lama, Cakra langsung menyetujui ajakan Abel.
"Makanan di kantin perusahaan lumayan enak, apa kau mau mencobanya?" tanya Cakra seraya menatap Abel.
"Boleh!"
Mereka sepakat untuk makan di kantin perusahaan, namun suasana kantin yang cukup ramai membuat Abel merasa tidak nyaman. Maklum saja, biasanya dia selalu makan di restoran mewah dengan hidangan yang di masak oleh chef terkenal. "Mm, Cakra, disini terlalu ramai. Bagaimana kalau kita makan di restoran yang ada di sebrang kantor?"
Cakra bisa melihat ketidaknyamanan di wajah Abel, jujur saja Cakra juga kurang suka berada di tengah keramaian. "Oke!"
Entah kebetulan macam apa, saat berada di depan restoran, Abel dan Cakra tak sengaja bertemu dengan Reksa dan Rey yang juga akan makan siang bersama. Untuk kali pertama, Abel bertemu dengan Reksa tanpa dia rencanakan.
"Tuan Reksa, kebetulan sekali? Apa anda mau makan siang di sini?" tanya Abel seramah mungkin.
"Hem!" Reksa hanya bergumam, pria itu lalu menatap Cakra sinis.
"Kami juga mau makan siang di sini. Selamat menikmati makan siang anda tuan!" sambung Abel, gadis itu lalu menarik tangan Cakra masuk ke dalam restoran. "Ayo cepat, aku sudah lapar!"
Reksa menatap punggung Cakra dan Abel yang semakin jauh, entah mengapa dia merasa kesal melihat mereka makan siang bersama. "Sejak kapan mereka akrab?"
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments