Malam yang menyebalkan rupanya belum usai, larut malam Abel baru sampai di mansion dengan harapan dia bisa langsung istirahat. Namun sialnya, sang aunty sudah menunggunya di kamar dengan tatapan penuh selidik. Abel menghela nafas berat, gadis itu melemparkan barang-barangnya ke sembarang arah, lalu dengan sengaja mengabaikan Jovanka dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Excuse me, aunty here," seru Jovanka seraya menatap keponakannya.
"Hem," Abel hanya bergumam, gadis itu lalu menutupi wajahnya dengan bantal.
"Kau berhutang penjelasan pada aunty Bebel," Jovanka menagih janji Abel, wanita itu bahkan rela menginap di mansion karena begitu penasaran dengan pria yang di lihatnya bersama Abel. "It's okay kalau you lebih memilih diam, aunty akan bilang kepada dady mu kalau kau sudah memiliki kekasih!"
Ancaman Jovanka berhasil, dalam hitungan detik bantal yang menutup wajah Abel melayang di udara dan detik selanjutkan gadis itu bangun sambil menatap auntynya kesal. "Ya, ya, Abel akan jelaskan semuanya. Tapi aunty janji, aunty akan menjaga rahasia ini!" tak ada pilihan lain lagi, Abel terpaksa jujur kepada Jovanka karena Abel sangat paham dengan karakter auntynya itu.
Abel duduk bersama Jovanka, gadis itu lalu menceritakan semuanya kepada sang aunty. Jovanka mendengarkan cerita Abel dengan seksama meski pada akhirnya wanita itu terkejut mengetahui rencana konyol sang keponakan.
"Oh my God, are you serious Bebel?" tanya Jovanka dengan suara memekik, sungguh dia berharap Abel sedang bercanda padanya.
"Hem! Abel serius aunty. Untuk itu tolong jaga rahasia ini!"
"Bel, jangan bermain-main dengan api kalau kau tidak ingin terbakar honey. Aunty tidak suka kau mempermainkan perasaan orang lain. Cinta adalah sesuatu yang suci sweet heart. Aunty tidak marah kau menyamar menjadi orang lain, tapi untuk mempermainkan hati pria itu, aunty menentangnya! Aunty tidak mau kau terkena imbasnya, aunty takut kau akan sakit hati di kemudian hari!" Jovanka menatap Abel khawatir, dia tidak ingin keponakannya salah mengambil jalan hanya demi jabatan di J&J Company. "Aunty akan bilang kepada dady mu agar menyerahkan posisinya kepadamu! Aunty tidak mau kau mengambil langkah yang salah!"
Jovanka hendak pergi, namun Abel menahan tangannya. "Aunty sudah berjanji akan menjaga rahasia ini!"
Tatapan memelas Abel membuat Jovanka dilema, wanita itu kembali duduk sambil menatap keponakannya. "Dengarkan aunty Bel, akhiri semua ini sebelum semakin jauh! Aunty tidak ingin kau terluka!"
"Maaf aunty, rencana Abel sudah matang. Aunty tidak perlu cemas, Abel bisa menjaga diri, Abel akan baik-baik saja!"
"Tapi Bel, aunty...
"Kalau aunty ingkar janji, Abel pastikan aunty tidak akan pernah melihat Abel lagi, selamanya!" potong Abel sebelum Jovanka menyelesaikan kalimatnya.
Helaan nafas kasar terdengar dari mulut Jovanka, wanita itu tak berani menyepelekan ancaman Abel. "Oke fine. Berjanjilah kau tidak akan terluka!"
"Pasti aunty!"
Entah, ucapan Jovanka seakan membekas di kepala Abel. Meski dia yakin kedepannya dia akan baik-baik saja, namun sepanjang malam gadis itu gelisah memikirkan kekhawatiran sang aunty.
Hingga pagi menyapa, Abel masih terjaga, lingkaran hitam di bawah mata menghiasi wajah ayunya. Karena tak bisa tidur, Abel memutuskan untuk bersiap-siap karena dia harus pergi ke rumah Mia sepagi mungkin sebelum Reksa datang menjemputnya.
Seperti biasa, mansion masih sepi sehingga Abel tak perlu berpamitan dan mencari alasan karena keluar rumah sepagi ini. Gadis itu mengemudikan mobil sportnya dengan kecepatan sedang, beruntung pagi ini dia terhindar dari kemacetan.
Kedatangan Abel sudah di sambut oleh Mia karena semalam Abel sudah menghubungi Mia terlebih dahulu. "Maaf ya Mia aku menyusahkanmu lagi," ucap Abel seraya mengusap lengan Mia.
"Tidak papa non, saya senang bisa membantu nona Abel," jawab Mia sambil tersenyum.
"Ibumu sudah berangkat ke mansion?" Abel menatap sekeliling dan tak menemukan orang lain lagi.
"Sudah non!"
Abel lalu memberikan kunci mobil sportnya. "Pakai ini untuk pergi ke kantor, aku dengar kau sudah bisa mengendarai mobil!"
"Tapi non, saya takut!" Mia menatap kunci yang kini berada di tangannya.
"Apa yang kau takutkan? Kau sudah punya SIM kan?" tanya Abel dan Mia hanya mengangguk. "Cepat berangkat, mumpung belum macet. Ah ya, satu lagi," Abel mengeluarkan black card dari dompetnya dan memberikannya kepada Mia. "Hari ini ibu ulang tahun kan? Ajak ibu makan malam di restoran mahal dan belikan ibu hadiah yang bagus!"
"Non," mata Mia berkaca-kaca mendapat perhatian dari Abel, gadis itu tak menyangka jika nona mudanya bahkan mengingat hari ulang tahun pelayan di rumah besarnya.
"Jangan menangis Mia, nanti aku ikut menangis juga. Cepat sana berangkat, bersenang-senanglah bersama ibu!"
"Apa saya boleh memeluk non Abel?" pinta Mia ragu.
Abel tersenyum ramah, gadis itu lantas memeluk Mia dan mengusap punggung Mia.
"Terima kasih banyak non, entah dengan cara apa saya harus membalas kebaikan nona Abel dan keluarga," ujar Mia menahan tangis.
"Jangam bicara begitu lagi, kau sudah sangat membantuku. Aku sangat berterima kasih karena kau telah mengizinkanku memakai identitasmu untuk sementara!"
Di tengah suasana haru biru tersebut, Abel melihat mobil Reksa datang dan semakin dekat dengan rumah Mia. Abel sontak melepas pelukannya. "Dia datang, cepatlah pergi Mia!"
"Baik non, hati-hati!"
"Ya, kau juga!"
Tepat saat Reksa menepikan mobilnya, Mia melesatkan mobil sport milik Abel sehingga keduanya tak sempat bertatap muka. Abel memasang wajah semanis mungkin saat Reksa turun dari mobilnya. "Kau sudah sarapan?" tanya Reksa seraya menatap Abel.
"Belum!"
"Masuklah, kita sarapan bersama sebelum ke kantor!"
"Oke!"
Kata sarapan yang terucap dari mulut Reksa selalu mengingatkan Abel dengan bubur yang hampir melepuhkan kulitnya, dalam hati Abel berdoa agar Reksa tak mengajaknya sarapan bubur di restoran langganannya. Dan doa Abel terkabul pagi ini karena Reksa mengajaknya ke tempat lain, namun perasaan Abel kembali was was karena Reksa memarkirkan mobilnya di dekat taman kota di mana banyak pedagang kaki lima menjajahkan jualan mereka.
"Kau tidak masalah sarapan di tempat ini kan?" tanya Reksa seraya menunjuk gerobak bertuliskan nasi uduk yang berada tak jauh dari mobil.
"Nasi uduk?" eja Abel sambil meremas tangannya sendiri. Seumur hidup dia belum pernah makan nasi uduk yang di jual di gerobak. Abel menoleh dan menatap Reksa dengan wajah tertekan. "Kau yakin mau makan itu? Maksudku apa perutmu akan baik-baik saja? Aku takut kau akan sakit perut karena makan sembarangan!" tidak, tidak, Abel bukan sedang mencemaskan Reksa, gadis itu sedang mencemaskan dirinya sendiri.
"Rey sering membelikannya untukku!"
"Ah," Abel meneguk salivanya kasar, entah alasan apa lagi yang harus dia gunakan agar Reksa tidak mengajaknya sarapan nasi uduk. "Tapi tempatnya sangat ramai, aku takut kau tidak nyaman!"
"Kita bisa makan di mobil!"
"Mm, baiklah kalau begitu!" pasrah, hanya itu yang bisa Abel lakukan sekarang.
"Tunggu sebentar!"
Abel memperhatikan Reksa yang tengah mengantre membeli nasi uduk, gadis itu geleng-geleng kepala melihat sisi Reksa yang sangat mengejutkan. "CEO macam apa yang senang sekali makan di pinggiran! Dasar pria aneh!"
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
🌻⃟H!dUpb€RsaMa🌞⃠
Bebel bakal terjebak sama permainan nya sendiri
DinDut itu pacarku🌻
2024-01-13
0