Ratusan pertanyaan berputar-putar di kepala Abel, seketika otaknya buntu dan tidak bisa mencerna ucapan Reksa beberapa saat yang lalu. Van dan JV yang tengah bersama gadis itu pun kebingungan melihat Abel hanya diam sambil mengaduk minumannya.
"Kenapa dia?" JV bertanya kepada Van seraya melirik Abel dengan ekor matanya.
"Entah!" sahut Van mengedikkan bahu.
Meski sangat penasaran, namun JV dan Van tak berani bertanya langsung kepada Abel karena keduanya sangat hafal dengan temperamen gadis itu. JV dan Van ikut diam, keduanya hanya fokus pada makanan yang ada di meja mereka.
Saat keduanya sedang menikmati minuman dingin, tiba-tiba Abel menoleh dan menatap Van dengan tajam. "Van!" panggilnya bernada serius.
Van menoleh, seketika bulu kuduknya berdiri mendapat tatapan dari Abel. "Jangan menatapku seperti itu, kau membutku takut!" ujar Van bergidik ngeri.
"Menurutmu apa artinya jika seorang pria mengatakan jika dia mengizinkan seorang wanita untuk mengejarnya?" tanya Abel penasaran.
"Apa lagi, tentu saja pria itu sedang menggodamu!" sahut JV seraya menatap Abel. "Pria mana yang berani menggodamu?" selidik JV.
"Bukan aku bodoh!" Abel berkilah sambil menutupi rasa gugupnya. Benarkah Reksa sedang menggodanya?
"Siapapun wanita itu, aku harap dia tidak termakan oleh ucapan pria tersebut!" Van ikut berkomentar.
"Memangnya kenapa?" Abel semakin penasaran.
"Kenapa harus si wanita yang mengejar si pria? Kenapa pria itu tidak langsung mengungkapkan perasaannya saja jika dia memang tertarik dengan wanita itu? Artinya pria itu pengecut!" sambung Van menggebu-gebu. "Apa Reksa mengatakan hal konyol itu padamu?" tebak Van tepat sasaran.
Abel meneguk ludahnya dengan kasar, bagaimana bisa Van menebak hal tersebut padahal dia tidak menjelaskan secara detail tentang pria tersebut. "Bukan!" kilahnya tegas.
"Siapapun pria itu, jangan sampai kau tergoda oleh ucapannya!" pesan Van memberi nasihat.
"Hem!"
Sepertinya nasihat Van tak di resapi dengan baik oleh Abel, bukan karena dia tergoda dengan pesona Reksa, namun jika Reksa memang benar memberi izin untuk mengejarnya, Abel tak ingin menyiakan kesempatan untuk semakin dekat dengan pria itu.
Dan Abel segera memulai rencana piciknya, gadis itu sengaja berangkat lebih awal dan menunggu di jalan dimana Reksa biasa melewatinya. Tak lupa,sebelumnya Abel telah menyuruh seseorang untuk merusah motor bututnya. Debu polusi dari kendaraan yang lalu lalang tak Abel perdulikan lagi, anggap saja dia sedang berkorban demi keberhasilan rencananya.
Abel menarik sudut bibirnya saat dia melihat mobil Reksa dari kejauhan. Kini saatnya sang artis bersandiwara, Abel memasang kebingungan sambil memeriksa jam di tangannya.
Dayung bersambut, sebuah mobil mewah menepi di hadapannya. Beberapa saat kemudian kaca mobil bergerak turun hingga menampilkan seorang pria yang duduk di kursi penumpang. "Mia!" panggil Reksa setengah berteriak.
Abel menoleh ke arah suara, gadis itu tampak frustrasi. "Tuan Reksa!"
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?"
"Motor saya mogok!"
Reksa melirik sepeda motor yang teronggok di trotoar, pria itu lalu membuka pintu mobil. "Masuklah, kau bisa terlambat ke kantor!"
"Hem," tanpa berpikir panjang, Abel segera masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Reksa. "Maaf merepotkan anda tuan!" ucap Abel setelah mereka berada di dalam mobil.
"Hem!"
Keduanya hanya diam, sesekali Abel melirik Reksa yang tengah fokus pada tablet pintar miliknya. "Rencana Proyek W-R Resort," Abel tak sengaja melihat rencana proyek milik Reksa, gadis itu semakin bersemangat untuk mendekati Reksa.
"Maaf tuan, apa anda bisa menurunkan saya di depan sana," Abel menunjuk sebuah toko roti yang berada tak jauh dari gedung WR Group.
"Kenapa?" Reksa bertanya seraya menatap Abel.
"Saya ingin membeli roti untuk sarapan! Lagi pula saya tidak ingin teman kantor melihat saya menumpang di mobil anda!"
"Kenapa kalau mereka melihat?"
"Mereka bisa salah paham!"
Reksa diam sejenak, apa yang di katakan Abel ada benarnya. Saat ini dia mengira jika Abel tidak tau tentang identitasnya, jika ada karyawan lain yang melihat mereka berangkat bersama, besar kemungkinan Abel akan tau identitasnya yang sebenarnya. "Berhenti di depan toko roti Rey!" titah Reksa kepada asistennya.
"Baik tuan!" Rey lalu menepikan mobilnya tepat di depan toko yang Abel maksud.
"Terima kasih banyak tuan," ucap Abel seraya membuka pintu. Sebelum turun Abel kembali menoleh dan menatap Reksa dengan ragu. "Apa anda ada waktu nanti malam?"
Reksa tampak terkejut mendengar pertanyaan Abel, namun dia berusaha terlihat tenang. "Kenapa?"
"Saya ingin mentraktir anda makan malam sebagai tanda ucapan terima kasih karena anda sudah memberi tumpangan!"
"Berikan nomormu, aku akan menghubungimu saat aku senggang!" Reksa lalu memberikan ponselnya kepada Abel, saat gadis itu tengah menyimpan nomornya, tiba-tiba Reksa tersenyum samar tanpa di sadari oleh siapapun. Reksa kembali memasang wajah datar saat Abel mengembalikan ponselnya. "Aku akan menghubungimu!"
"Lalu saya akan menantikannya!"
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments