Part 17

Seperti yang di katakan Gibran, malam ini keluarga Sandi akan datang melakukan makan malam bersama keluarga mereka. Selain untuk mempererat persahabatan mereka, juga untuk membicarakan perjodohan antara Aulya dan juga adik Sandi. Ucapan Gibran tidak main-main, dia akan menikahkan adiknya dengan adik sahabatnya, tidak perduli jika mereka masih duduk di bangku kuliah. Selain untuk memberikan hukuman untuk sang adik, dia juga ingin jantung dan juga harga dirinya tetap aman.

"Apa kamu sudah memikirkan semuanya, Nak? ingat adikmu masih muda, dia juga masih kuliah," ucap Risa mendekati Gibran yang duduk terdiam di dalam kamarnya.

"Yuki dan juga Sania menikah muda tante. Tapi lihat, setelah menikah mereka bisa berubah," ucap Gibran menatap kedatangan sang tante.

Mendengar ucapan keponakannya itu, Risa hanya bisa membuang napasnya pelan. Dia perlahan mendekati pemuda itu lalu duduk di sampingnya. Dia menatap setiap sudut ruang kamar pemuda itu, semuanya terlihat sangat rapi. Namun, di usianya yang sudah menginjak 26 tahun, dia belum memperlihatkan tanda-tanda jika dia sudah memiliki kekasih.

"Sifat mereka memang sama. Tapi sangat berbeda," ucap Risa membuang napasnya pelan.

"Maksud tante?" tanya Gibran mengerutkan keningnya bingung.

"Yuki dan Sania memang selalu mencari perhatian. Tapi mereka hanya mencari perhatian dari satu pria, yaitu pria yang mereka cintai. Berbeda dengan Aulya. Dia juga selalu mencari perhatian, tetapi kepada pria yang berbeda-beda, perasaannya juga masih bisa berubah dengan begitu cepat," ucap Risa tersenyum.

"Apa kamu tidak mengerti apa tujuan adikmu?" tanya Risa menatap lekat keponakannya itu.

Mendengar pertanyaan sang tante, Gibran hanya terdiam menunduk. Dia memang sangat dekat dengan adiknya itu, akan tetapi dia tidak pernah membicarakan soal masalah pribadi mereka. Dia tidak pernah tau apa alasan sang adik begitu mudah berpaling dari satu pria ke pria lain.

"Dia ingin mencari pria yang dia inginkan, Sayang. Pria yang mampu mengisi hatinya sepenuhnya. Pria yang bisa menerima semua kekurangan dan juga sifatnya, pria yang bisa menerima dia apa adanya. Bukan pria yang hanya tertarik dengan kecantikan dan juga kesuksesan keluarganya," ucap Risa sambil mengusap pelan rambut tebal pemuda itu.

Mendengar ucapan sang tante, Gibran hanya terdiam sejenak. Sebagai kakak, dia tidak pernah menanyakan apa yang di inginkan adiknya. Dia hanya bisa marah saat sang adik membuat kesalahan, tanpa bertanya apa alasan sang adik berbuat seperti itu. Dia mulai berpikir, apa dia gagal menjalankan tugasnya sebagai kakak? apa dia sangat egois, sehingga dia tidak tau apa yang di inginkan adiknya sendiri. Berbagai tanda tanya langsung muncul di pikiran pemuda itu.

"Kamu tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Beban yang yang pikul sudah terlalu banyak. Kamu adalah kakak yang bertanggung jawab. Kamu mendidik semua adik-adikmu dengan begitu baik," ucap Risa mengalihkan semua pikiran buruk yang ada di pikiran Gibran.

"Aulya sudah pulang. Tante akan bicara dengannya," ucap Risa bangkit dari duduknya, lalu melangkah kakinya menjauhi Gibran.

"Tan!" ucap Gibran menatap punggung sang tante.

"Hem?" langkah Risa langsung terhenti lalu menatap kembali keponakannya itu.

"Apa Yuki dan Sania ikut?" tanya Gibran, mungkin dia juga merindukan kedua adiknya itu.

"Mereka ada di bawah. Apa kamu ingin bicara dengan mereka? tante akan menyuruh mereka untuk menemuimu"

"Tidak! biar Gibran ke bawah saja," ucap Gibran bangkit dari duduknya.

Mereka berdua berjalan menuju pintu secara bersamaan. Namun, saat membuka pintu mereka langsung terdiam ketika melihat dua manusia yang terbaring di lantai.

Bugh.....

Aww.....

Pekik Aulya ketika tubuh kecilnya jatuh tersungkur di lantai, di tambah lagi badan kekar Dika yang menimpa tubuhnya. Sehingga membuat tubuh gadis itu terasa remuk.

"Dika! lo berat banget. Cepat minggir dari tubuh gue," teriak Aulya tidak sanggup lagi menahan berat badan pria itu.

"Lo sih! kenapa tiba-tiba jatuh? 'kan gue juga ikut jatuh," ucap Dika ketus sambil bangkit dari tubuh Aulya.

"Kenapa lo nyalahin gue? salahin tu Kak Gibran, kenapa buka pintu tidak bilang-bilang," ucap Aulya ketus.

"Lah! malah diam saja," ucap Aulya kembali melihat Dika yang tidak ada niat membantunya untuk bangkit.

"Jadi gue harus apa?"

"Bantuin gue! jadi pria ngak ada peka-pekanya sedikitpun," ucap Aulya ketus sambil mengulurkan tangannya.

Kedua insan itu masih sibuk bertengkar, sampai mereka tidak sadar jika ada dua pasang mata yang terus menatap tajam kearah mereka.

"Sudah selesai bertengkarnya?" tanya Risa menatap kedua remaja itu bergantian. Mendengar pertanyaan sang tante, Aulya langsung terdiam. Tidak lupa dengan wajah polos dan juga senyuman tanpa dosanya.

"Eh! ada tante. Tante apa kabar? lya rindu," ucap Aulya mengalihkan perhatian.

"Rindu? jadi alasan itu kamu menguping pembicaraan tante dan kakakmu?" tanya Risa sambil melayangkan cubitan kecil di telinga kedua remaja itu.

"Aw! sakit tante!" pekik keduanya serentak.

"Tidak ada sakit-sakit. Ayo ikut tante," ucap Risa dengan tegas sambil menjewer telinga Dika dan Aulya secara bersamaan.

"Lo sih! gue bilang juga tadi apa," ucap Dika menatap kesal sahabatnya itu.

"Lo juga ngapain main ikut saja," ucap Aulya tidak mau kalah.

"Kalian mau terus bertengkar atau ikut dengan tante?" tanya Risa penuh dengan penekanan, tidak lupa dengan tatapan tajam yang membuat keduanya langsung terdiam.

Bersambung.......

sambil nunggu up jangan lupa mampir di karya sahabat author ya.

Terpopuler

Comments

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

dasar Aulya ... jadi penasaran apa perjodohan ini akan diteruskan? mustahil gak sih kalo Alfa tiba2 datang ke acara perjodohan buat ngegagalin 🤭🙈

2024-01-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!