Alfa duduk di samping Aldareld sambil mendengar rapat dengan serius. Sebagai penerus perusahaan sang papa, dia harus berinteraksi dengan baik dengan semua rekan bisnis sang papa. Memang sudah lama dia tidak lagi terjun ke dunia bisnis karena suatu alasan. Namun, dia sadar jika dia tidak boleh terus menerus berada dalam keterpurukan dan melupakan tanggung jawabnya sebagai putra tunggal keluarga Aldareld.
Oleh karena itu dia mencoba untuk membuka lembaran baru dalam kehidupannya, melupakan masa lalu dan mulai mengungkir masa depan dengan suasana yang baru. Walaupun dia belum yakin jika dia akan bisa, akan tetapi dia akan tetap berusaha akan itu. Namun, di saat dia sedang fokus membahas bisnis bersama para oppa muda dan juga yang lainnya, tiba-tiba perhatiannya teralihkan ketika melihat ke arah dinding kaca yang ada di depannya. Kebetulan tirainya tidak tertutup, sehingga dia bisa melihat gadis pecicilan yang sedang mengintip, bukannya mengintip tetapi sedang mengodanya.
"Kenapa bocah itu ada di sini?" batin Alfa melirik Aulya yang terus mencari perhatiannya.
Bagaimanapun cara Alfa untuk tidak memperdulikan gadis itu, akan tetapi tetap saja, dia tidak bisa konsentrasi dan terus menatap ke gadis yang sedang berpose ala foto model di dinding kaca itu. Bahkan dia tidak perduli jika rekan bisnis sang kakak yang lainnya juga melihat kelakuan konyolnya itu. Para rekan bisnis Gibran yang melihat kelakuan konyol gadis itu hanya bisa mengeleng kecil sambil menahan tawa mereka.
Gibran yang melihat tingkah para rekannya itu tiba-tiba mencurigai sesuatu. Kebetulan dia, dia dan para pamannya duduk dengan posisi membelakangi dinding kaca itu, sehingga mereka tidak menyadari kehadiran gadis tenggil itu. Sedangkan Rayyan sedang sibuk menjelaskan tentang program kerja yang akan mereka lakukan.
"Paman! sepertinya ada yang aneh dengan sikap mereka," bisik Gibran kepada Kinan yang kebetulan duduk di sampingnya.
Mendengar ucapan sang keponakan, Kinan langsung melirik ke belakang, dimana para rekan bisnis mereka menatap ke sana. Dengan seketika, Kinan menahan napasnya. Bagaimana tidak, antara malu dan kesal, dia melihat keponakan yang selalu dia manjakan sedang berpose ala foto model di sana.
"Erlan! tutup tirainya," ucap Kinan dengan tegas.
"Baik paman!" ucap Erlan dengan sigap bangun dari duduknya.
Saat membalikkan tubuhnya, dia melihat Aulya sudah berdiri di balik dinding kaca sambil tebar pesona. Meliat kelakuan sepupunya itu, Erlan hanya bisa memukul keningnya pelan.
"Ya Tuhan ini bocah! apa dosa kami sehinga punya adik seperti ini?" batin Erlan penuh kekesalan sambil menutup tirai itu.
"Yah... di tutup! kakak, buka tirainya," teriak Aulya memukul dinding itu dengan kedua telapak tangannya. Karena tirainya sudah di tutup, Aulya kini tidak bisa melihat ketampanan kakak juteknya lagi. Namun, bukan Aulya namanya jika berhenti begitu saja. Dia menatap pintu ruangan itu yang tertutup rapat, suatu kebetulan pintunya tidak di kunci, jadi dia bisa membukanya sedikit dan melihat ketampanan kakak juteknya itu dari celah pintu.
"Ha.. ha... tidak akan ada yang bisa menghentikanku untuk menikmati ketampanan kakak jutekku.Walaupun jutek gue tetap cinta," gumam Aulya cengengesan sendiri sambil mengintip untuk memandangi ketampanan Alfa. Namun, saat dia menyenderkan tubuhnya ke pintu, tiba-tiba pintunya terbuka dan membuat tubuh mungilnya jatuh ke lantai.
Bughh....
"Aduh! siapa yang membuka pintunya?" tanya Aulya sambil berusaha bangkit.
"Kamu ngapain sayang?" tanya Rayyan sambil berusaha membantu putri kesayangannya itu.
"Eh papa! kenapa tidak bilang mau buka pintu? lihat lya jadinya jatuh," rengek Aulya sambil menepuk-nepuk kedua tangannya.
"Kami juga ngapain di pintu? mana papa tau kamu ada di sini," ucap Rayyan memeriksa tubuh putrinya itu, tentu saja sebagai papa dia tidak mau tubuh mulus putrinya lecet sedikit saja.
"Papa seperti tidak tau saja, lya 'kan mau lihat calon mantu papa," ucap Aulya malu-malu kucing sambil menatap ke arah Alfa yang berdiri dengan para rekan bisnis sang papa yang lainnya.
"Buah mangga, buah kedodong. Kak Alfa, nikahin lya dong," ucap Aulya tersenyum manis tanpa memperdulikan semua orang yang ada di sana.
"Buah mangga, buah kecombrang. Lya ayo pulang," teriak Gibran tidak sanggup lagi menahan malu akibat ulah adiknya itu.
Dia menyeret tubuh Aulya keluar dari kantor, dia tidak perduli dengan tatapan para karyawannya, karena yang ada di pikirannya saat ini hanya satu, yaitu melempar Aulya ke dasar samudra, agar dia tidak bisa bertemu dengan siapapun lagi.
"Kakak! lya belum selesai. Lya mau melamar adik ipar kakak," teriak Aulya terus berusaha untuk kabur dari sang kakak, tidak lupa dengan ocehannya yang terus memuja Alfa.
Kesal dengan sang adik yang terus memberontak, kebetulan ada OB yang lewat dan membawa sebuah kantong sampang yang belum di pakai. Dengan cepat Gibran mengambil kantong itu lalu menutup kepala Aulya lalu menggendongnya seperti memikul beras.
"Maaf! putri saya belum minum obat. Jadi kalian harap maklum ya," ucap Rayyan tersenyum kecil menatap para rekan bisnisnya yang terdiam melihat kejadian itu.
Bersambung......
Hai semuanya....
sambil nunggu up jangan lupa mampir di karya sahabat Author ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Diny Julianti (Dy)
papa Rayyan juga koplak, blm minum obat 🤣🤣🤣
2024-08-07
0