Gibran berjalan memasuki ruangannya dengan perasaan kesal. Bagaimana tidak, kelakuan sang adik yang selalu mengejar cinta tetangga mereka membuatnya pusing tujuh keliling. Bukanya dia tidak setuju jika sang adik berpacaran dengan Alfa, akan tetapi dia hanya takut jika kelakuan Aulya hanya akan membuat hubungan keluarga mereka menjadi rusak. Apalagi mengingat kelakuan Aulya, sudah pasti keluarga Aldalerd akan kecewa.
"Begitu banyak pria di luaran sana, kenapa harus putra keluarga Aldalerd yang menjadi calon korban kegenitan bocah tengil itu," gumam Gibran memijit keningnya pelan.
"Pagi kak!" ucap Erlan tiba-tiba masuk dan membuyarkan lamunan Gibran.
"Pagi," ucap Gibran membuang napasnya kasar sambil menatap tumbukan dokumen yang di letakkan asistennya itu di atas meja.
"Sebentar lagi kita ada rapat," ucap Erlan mengingatkan jadwal bosnya itu.
"Baiklah!" ucap Gibran tersenyum kecil lalu memeriksa dokumen yang di bawa asistennya itu dan meninggalkan tanda tangannya di sana.
Melihat mood sang kakak sekaligus bosnya itu sedang tidak baik-baik saja, Erlan hanya bisa tersenyum kecil lalu menghempaskan bokongnya di kursi. Dia membantu sang kakak memeriksa dokumen tanpa mengeluarkan sepatah katapun, karena dia tau apa penyebab hilangnya mood sang kakak, apalagi jika bukan si bocah tengil yang suka tebar pesona kepada setiap pria itu.
Mereka juga heran, kenapa semua saudari perempuan mereka memiliki sifat yang sama dengan papa, dan para paman mereka. Kenapa tidak ada satupun yang mengikuti jejak para mama dan tante mereka? mungkin itu semua adalah suratan takdir, agar para mantan casanova itu tau bagaimana sulitnya menjaga anak gadis mereka.
"Good morning, Boys," ucap para oppa muda memasuki ruangan Gibran.
"Good morning," ucap Gibran dan Erlan serentak.
"Paman!" ucap dua bocah laki-laki langsung naik ke pangkuan Gibran.
"Paman kalian sedang bekerja, jadi jangan ganggu," ucap Kinan menatap kedua bocah gembul yang mengemaskan itu.
"Tidak apa-apa paman. Pekerjaan Gibran bisa di tunda," ucap Gibran tersenyum sambil mencium gemas kedua keponakannya itu.
"Apa kalian hanya ingin dengan Paman Gibran saja? kalian tidak asik, nanti paman tidak akan mentraktir es krim lagi," ucap Erlan dengan mode merajuk.
"Tidak! kami mau es klim. Kami sayang paman uga," ucap Zayyan beralih ke pangkuan Erlan.
Zayyan Alfahri adalah putra Sania dan Bisma, cucu Kinan dan juga Rissa. Sama seperti Bisma, dia bocah yang pintar, sopan dan juga penurut, akan tetapi terlihat sangat mengerikan jika sedang marah. Namun, sikap manja dan juga cerewetnya sama seperti Sania. Kini dia telah berumur dua tahun. (Kini omongan cendelnya author hilangin ya. Soalnya banyak yang tidak mengerti🙈. Hanya saja huruf R diubah jadi L)
"Baiklah! nanti paman akan belika es krim yang banyak. Tapi janji kalian tidak boleh nakal, karena sebentar lagi kami ada rapat penting," ucap Erlan menginggatkan.
"Siap, paman!" ucap Zayyan tersenyum. Erlan hanya bisa tersenyum kecil sambil mencubit gemas wajah gembul keponakannya itu.
"Alya juga mau," ucap Arya tidak mau kalah. Dia langsung turun dari pangkuan Gibran lalu naik ke pangkuan Erlan, sehingga pemuda itu harus memangku kedua keponakannya itu sekaligus.
"Ia! paman akan membelikan es krim untukmu juga," ucap Erlan tersenyum sambil menoel hidung mancung Arya.
Arya Adyatama Wijaya, adalah putra Yuki dan juga Aldan, sama seperti Yuki, dia lebih pendiam dari pada Zayyan. Usianya kini dua tahun delapan bulan, hanya beda delapan bulan dari Zayyan. Mereka berdua adalah cucu kesayangan para oppa muda, jadi jangan heran jika mereka selalu bertindak semaunya, dan selalu super aktif dimanapun mereka berada. Jadi, sudah di pastikan sebentar lagi para karyawan Gibran akan kewalahan karena ulah kedua bandit para mantan casanova itu.
Bersambung.....
Hay semuanya....
Sambil nunggu up jangan lupa mampir di karya sahabat Author ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Ani
berarti yang belum dapet pawangnya tinggal Aulya nih.. makanya masih pecicilan dan jelalatan kayak bapaknya 😆😆😆😆
2024-01-10
1