Part 03

"Selamat datang Tuan Aldelard! maaf atas kelakuan kedua adik saya," ucap Gibran menunduk hormat melihat kedatangan keluarga besar rekan bisnisnya itu.

"Tidak masalah, Tuan Gibran," ucap Aldelard tersenyum manis kepala Aulya dan Erlan.

"Om! putra om tampan-tampan. Apakah om mau....," belum selesai mengucapkan kata-katanya, Erlan langsung menutup mulut Aulya lalu menyeretnya ke kamar.

"Kau jangan bikin malu. Nasib punya saudara sepupu kecentilan sepertimu," oceh Erlan mengangkat tubuh Aulya, sebelum gadis tengil itu mengobral diri.

"Anda tidak perlu menghiraukan ucapan adik saya, karena itu lebih baik untuk perasaan putra anda," ucap Gibran tersenyum kecil.

"Eh! ada tamu, kenapa tamu kita tidak di persilahkan duduk sayang?" tanya Zhia melihat tamu mereka yang masih berdiri.

"Ayo duduk. Maaf atas penyambutan putra saya yang kurang baik," ucap Rayyan merasa tidak enak kepada tamunya itu.

"Tidak apa-apa, Tuan. Kami hanya berbincang sebentar tadi," ucap Tuan Aldelard tersenyum.

"Mana adikmu?" tanya Zhia melihat suasana rumah yang begitu sepi tanpa kehadiran putrinya.

"Erlan mengurungnya di kamar. Mama tau sendirikan bagaimana putri mama itu jika melihat pria mulus sedikit saja," ucap Gibran santai lalu duduk bergabung bersama sang papa.

Mendengar ucapan putranya itu, Zhia hanya bisa membuang napasnya pelan. Dia langsung melangkahkan kakinya menuju dapur lalu menyiapkan makan malam untuk mereka. Sedangkan Gibran dan Rayyan berbincang dengan keluarga Aldelard. Jika kalian bertanya tentang Aulya, maka tidak perlu heran lagi. Dia sedang berdebat dengan Erlan dan terus mencari cara agar bisa kabur dari kakak sepupunya itu.

"Kak! kenapa kakak mengurungku di sini? apa kakak tidak lihat di bawah ada pangeran tersasar," ucap Aulya menghentakkan kakinya kesal.

"Kau jadi wanita ada harganya sedikit kenapa? Jangan terlalu murah jadi wanita," ucap Erlan kesal.

"Memang kakak kira aku ini barang. Pakai ada harganya segala, mahal dan murah,"

Mendengar ucapan adiknya itu, Erlan hanya bisa menepuk jidat. Bicara dengan gadis tengil itu memang tidak ada gunanya, yang ada dia hanya naik darah mendengar jawaban Aulya yang tidak ada akhirnya.

"Kau bukan barang. Tapi goreng pisang," ucap Erlan kesal lalu melangkahkan kakinya keluar.

"Goreng pisang? enak saja, gadis secantik gue di bilang goreng pisang," oceh Aulya dengan mode sedikit mudeng mendengar ucapan Erlan.

"Kakak! buka pintunya," teriak Aulya ketika menyadari jika Erlan telah mengunci pintu kamarnya dari luar.

"Jangan harap!" teriak Erlan lalu melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan teriakan Aulya.

"Arghh! dasar kakak si4l4n. Lihat saja pembalasanku," ucap Aulya kesal lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.

"Hiks... karena Kak Erlan aku tidak bisa melamar kakak tampan tadi. Apakah Allah masih memberikanku kesempatan untuk bertemu lagi dengannya? jika Allah memberikan kesempatan itu lagi, aku berjanji tidak akan berpaling kepada pria lain lagi," ucap Aulya penuh permohonan.

"Tapi tunggu dulu, sudah berapa kali aku berjanji seperti ini? coba aku hitung dulu. Sudah berapa kali ya? aku sampai lupa," ucap Aulya mencoba menghitung berapa kali dia mengucapkan janji seperti itu. Namun, sudah berapa kali dia mencoba hasilnya tetap saja, dia tidak tau.

"Baiklah! kali ini aku akan mengubah janjiku. Jika engkau mempertemukanku lagi dengannya, maka aku berjanji. Aku berjanji tidak akan mengajaknya pacaran. Tapi aku akan langsung melamarnya," ucap Aulya penuh keyakinan.

...----------------...

"Aulya!!!"

Suara teriakan Gibran tiba-tiba terngiang di telinga Aulya, sehingga membuat tidur cantik gadis itu terganggu. Namun, Gibran tidak akan menjadi alarm di pagi hari jika bukan karena kelakuan adiknya itu.

"Kakak kenapa sih teriak-teriak pagi-pagi begini? kayak ayam jago saja" gumam Aulya tanpa ada niat membuka matanya.

"Arghh.... kakak sakit," rintih gadis itu ketika tangan kekar mendarat mulus di telinganya.

"Kau apakan mobil kakak? ha!" ucap Gibran menatap kesal adik super jahilnya itu.

Mendengar ucapan sang kakak, mata Aulya langsung segar. Dia mengingat kelakukannya semalam yang diam-diam mengempiskan mobil sang kakak.

"Aulya tidak tau!" ucap Aulya dengan polosnya.

"Tidak tau kau bilang? kakak tau itu pasti ulahmu," ucap Gibran kesal sambil menarik selimut Aulya.

"Papa!" ucap Aulya tersenyum menatap ke arah pintu yang terbuka. Mendengar itu, Gibran langsung menatap ke arah pintu, sehingga dia tidak memperhatikan adiknya itu lagi.

"Mama! tolong Lya," teriak Aulya langsung kabur ketika sang kakak lengah.

"Dasar adik si4l4n," ucap Gibran kesal sambil melonggarkan dasinya. Dia tidak perduli jika dia sudah rapi saat ini, dia mengejar adiknya itu tanpa memperdulikan tatapan para pelayan. Para pelayan di rumah itu memang sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu, jadi mereka hanya bisa tersenyum sambil menggeleng kecil melihat kelakuan adik kakak itu.

"Sayang! ada apa ini?" tanya Zhia yang sedang menata sarapan di atas meja.

"Mama lihat putri kesayangan mama itu. Dia mengempiskan ban mobil Gibran," ucap Gibran penuh kekesalan.

"Mama sudah lihat Aulya kok. Tadi Lya lewat di depan mama. Jadi sudah pasti dia lihat," ucap Aulya polos tanpa dosa.

"Dasar adik laknat. Awas saja kau ya," ucap Gibran penuh kekesalan.

"Arghh! papa," teriak Aulya menyelamatkan diri dengan berlari keluar rumah.

"Awas kau ya," teriak Gibran terus mengejar adiknya itu.

Bughh...

Tiba-tiba Aulya terpeleset, sehingga membuat tubuh mulus itu mencium aspal komplek itu.

"Kakak!" teriak anak kecil yang kebetulan melihat Aulya terjatuh.

"Arghh... bokongku," rintih Aulya memegang bokongnya yang terasa sakit.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya dua orang pemuda mendekati Aulya.

Mendengar suara itu, Aulya langsung mendongakkan kepalanya dan melihat pemandangan yang sangat memanjakan matanya. Dia menatap kedua pemuda itu dengan tatapan penuh kekaguman. Sampai-sampai dia lupa dengan penampilan baru bangun tidurnya.

"Wah! ternyata Allah memang sangat baik. Dia mempertemukan kita kembali," ucap Aulya tersenyum binar.

"Kamu bukannya putri Tuan Rayyan?" tanya seorang pria paruh baya menatap Aulya yang sedang bersama kedua putra dan juga cucunya itu.

"Ia! saya Aulya, putri keluarga Ardinata. Senang bertemu dengan calon papa mertua," ucap Aulya tanpa malu.

"Papa mertua?" ucap Aldelard terkekeh kecil

"Aulya! ayo pulang," ucap Gibran menarik tangan adiknya itu.

"Papa, calon menantumu pamit dulu ya. Sampai jumpa lagi," ucap Aulya dengan centilnya. Sehingga membuat wajah Gibran langsung merah padam karena menahan malu.

"Kakak cantik! ingat Kia 'kan?" tanya Kia tersenyum.

"Wah! tentu saja kakak ingat. Kamu tinggal di sini?" tanya Aulya mengingat jika mereka kedatangan tetangga baru.

"Ia, Kak! nanti pulang sekolah Kia main ke tempat kakak ya?"

"Wah! ternyata Allah memang berpihak kepadaku. Pangeran tampan ini ternyata tetangga baruku, aha! kesempatanku makin besar," batin Aulya bersorak dalam hati sambil tersenyum kepada putra termuda Aldelard.

"Mohon maaf atas ucapan adik saya ya. Mohon kemaklumannya, adik saya sedikit ini," ucap Gibran meletakkan jari telunjuknya di kening, sambil memiringkannya.

"Apa! kakak bilang aku gila?"

Bersambung......

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Aulia melihat pria tampan langsung ijo natanya🤣🤣🤣😂

2024-12-14

0

Eka Yuni

Eka Yuni

ngakak thor /Facepalm//Facepalm/

2024-01-29

1

Ani

Ani

janji mu janji sambel ilang pedasnya ngulang lagi 😆😆😆😆😆

2023-12-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!