Selama para oppa muda dan juga Gibran rapat, Zayyan yang dan Arya di titipkan kepada salah satu sekertaris Gibran. Kedua bocah itu sibuk berkeliaran di kantor sambil menggoda para karyawan cantik yang ada di sana. Jangan heran jika kedua bocah itu sudah jelalatan di usianya yang masih balita, itu semua adalah faktor gen dari para oppa mereka.
Plakkk...
"Aw... p*nt*tku," pekik Lili asisten Gibran ketika Zayyan memukul p*nt*t montoknya.
"Hahaha... p*nt*t tante ontok," ucap Zayyan cengengesan sambil bersembunyi di belakang Arya.
"Dasar bocah mesum!" ucap Lili kesal sambil mengejar bocah nakal itu.
Memukul bokong wanita yang montok adalah kebiasaan Zayyan. Ntah kenapa tangannya terasa gatal ketika melihat bokong wanita yang montok, apa itu salah satu dari kebisaan dari sang oppa atau dari papanya sendiri, author juga tidak tau.
Melihat sekertaris sang paman mengejarnya, Zayyan langsung berlari mencari perlindungan. Sedangkan Arya tetap sibuk dengan makanan yang ada di tangannya. Dia menatap Zayyan dengan tatapan polos dan juga mulut yang penuh dengan makanan.
"Ada apa? apa keponakanku membuat masalah lagi?" tanya Aulya yang kebetulan berkunjung dan melihat keponakannya di kejar oleh sekertaris kakaknya.
"Maaf nona! nona tau sendirikan bagaiamana Tuan Zayyan," ucap Lili menunduk, akan tetapi dia masih memancarkan kekesalan di wajahnya.
"Maafkan keponakan saya ya. Saya akan memperingatkannya," ucap Aulya dengan perasaan tidak enak.
"Baik, Nona! kalau begitu saya pamit melanjutkan pekerjaan saya lagi," ucap Lili menunduk hormat lalu kembali ke mejanya.
"Tunggu! apa Paman Kinan dan juga Paman Raffi ada di sini?" tanya Aulya menghentikan langkah Lili.
"Ia, Nona! mereka sedang rapat di ruang rapat,"
"Apa hanya mereka? tidak ada rekan bisnis papa yang lainnya?" tanya Aulya dengan wajah kepo.
"Ada nyonya! sepertinya Tuan Aldareld juga ada di sana. Tapi," ucap Lili menunduk dengan wajah merona.
"Tapi apa?" tanya Aulya mengerutkan keningnya, tidak lupa dengan tatapan intens yang meluncur kepada sekertaris kakaknya itu.
"Saya melihat ada pemuda tampan yang ikut dengannya. Sepertinya putranya,"
"Apa pria itu tampan?" tanya Aulya melipat kedua tangannya didada.
"Ia, Nona! dia sangat tampan. Bukan saya saja, bahkan semua karyawan di sini terpesona akan ketampanannya. Tatapannya datar, gagah, pokoknya gitu lah," ucap Lili tidak bisa berkata-kata lagi ketika membayangkan ketampanan putra dari rekan bisnis bosnya itu.
"Stop!" ucap Aulya menarik napasnya kasar.
"Kenapa nona?" tanya Lili bingung.
"Jangan berani memuji ketampanan Kak Alfa di depanku, karena hanya aku yang bisa mujinya. Ingat, dia adalah milikku, jadi jangan jelalatan," ucap Aulya menatap kesal sekertaris sang kakak.
Mendengar ucapan adik bosnya itu, Lili hanya bisa terdiam sambil menutup mulutnya. Karena terlalu terpesona membayangkan ketampanan Alfa, dia sampai lupa jika ada aturan tidak tertulis yang yang diciptakan oleh gadis itu. Dimana jika ada karyawan ataupun rekan bisnis kakak yang tampan, maka tidak ada satupun karyawan di sana yang boleh mendekati pria itu, jika bukan dirinya terlebih dahulu.
"Dimana kakak tampanku?" tanya Aulya dengan wajah datar dan juga tatapan intensnya.
"Di ruang rapat, Nona," ucap Lili tidak berani menatap gadis di depannya.
"Baiklah! aku titip kedua keponakanku," ucap Aulya melangkahkan kakinya menuju ruang rapat.
Melihat kepergian Aulya, Lili hanya bisa membuang napasnya pelan. Mimpi apa dia semalam sehingga dia bisa berurusan dengan keluarga somplak itu. Tidak keponakan, tidak sang bibi semua sama saja, sama-sama bikin kepalanya pusing tujuh keliling.
"Tante! itu apa? kenapa besar sekali?" tanya Zayyan menunjuk gunung kembar Lili yang montok.
"Dasar bocah!" teriak Lili frustasi tidak tau harus menjawab apa.
"Pasti itu mimik banyak susunya, Zayyan mau dong tante,"
Bersambung......
Sambil nunggu up, jangan lupa mampir di karya sahabat author yang di bawah ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments