Bab 10

Adrian masih juga belum bisa menyusun kata kata yang sempurna. Dirinya lebih baik memilih debat dengan dosen atau para aktivis yang lain, daripada harus berhadapan dengan seorang gadis yang selama ini sudah benar benar membuat otaknya terperas, lalu Adrian mencoba menggoreskan sesuatu di atas tanah. Mungkin saja dengan cara ini dirinya bisa merangkaikan kata yang lebih baik sehingga dapat memenangkan hati gadis pujaan nya.

Awalnya Adrian sangat terkejut ketika melihat kalau benda yang sedang di pegang nya bukanlah ranting melainkan tangan boneka bayi.

Tapi dirinya tidak mempedulikan hal itu, karena baginya saat ini adalah perasaannya yang lebih penting daripada harus memikirkan lengan boneka bayi tersebut.

Sebaliknya, Rita yang awalnya sudah hampir bisa menebak maksud Adrian, namun kini pikirannya mendadak buyar karena ada tangan boneka yang sekarang sedang di pegang Adrian.

Bagi Rita saat ini yang lebih penting daripada sekadar memikirkan hal yang belum tentu pasti.

"Adrian, apa kamu tahu bagaimana bisa ada tangan boneka di hutan seperti ini? "

"Mmmm, ya maksudnya, aku mau bertanya tentang tangan boneka itu sama kamu. "

Adrian merasakan kalau keteguhan hatinya seketika runtuh, benteng ketegasannya hancur menjadi puing puing menjadi ketidak percayaan diri. Dirinya saat ini bagaikan monyet yang sedang di lempari baru.

Yang di rasakan Adrian sekarang adalah kegagalan, tetapi saat ini Adrian tidak punya pilihan lain selain menuruti apa yang di minta Rita.

Rita berjalan semakin cepat, bahkan kini berlari. Dan sekali lagi Adrian tidak punya pilihan selain mengikuti langkah Rita sambil mengatakan. " Tapi kamu janji untuk tidak menceritakan hal ini kepada yang lain, tentang kita yang merasa ketakutan dengan adanya tangan boneka. Nanti bisa kacau dan mereka akan mengolok ngolok aku. "

Rita berhenti sejenak melihat ke arah Adrian, lalu mengangguk, setelah itu bergabung kembali dengan teman temannya yang lain yang sedang bermain gitar.

Yang di rasakan Adrian sekarang adalah kegagalan, tetapi saat ini Adrian tidak punya pilihan lain selain menuruti apa yang di minta Rita.

Rita berjalan semakin cepat, bahkan kini berlari. Dan sekali lagi Adrian tidak punya pilihan selain mengikuti langkah Rita sambil mengatakan. " Tapi kamu janji untuk tidak menceritakan hal ini kepada yang lain, tentang kita yang merasa ketakutan dengan adanya tangan boneka. Nanti bisa kacau dan mereka akan mengolok ngolok aku. "

Rita berhenti sejenak melihat ke arah Adrian, lalu mengangguk, setelah itu bergabung kembali dengan teman temannya yang lain yang sedang bermain gitar.

Pada situasi yang jauh dari benda benda elektronik,, gitar akustik memang menjadi pilihan yang tepat baik untuk saat ini yang bisa di nikmati bersama sama.

*Malam ini kusendiri tak ada yang menemani, seperti malam malam yang sudah sudah. *

Malam ini Adrian merasakan perasaan yang tidak baik. Bukan karena dengan masalah pesan yang tadi di terimanya, melainkan karena kesal pada diri sendiri kenapa dirinya tidak bisa tegas ketika berhadapan dengan Rita, gadis yang selama ini membuat hatinya bergetar saat melihatnya tersenyum.

Harusnya Adrian sudah bisa mengungkapkan perasaan yang selama ini ada di hatinya. Adrian memilih menyendiri di belakang tenda daripada harus bergabung dengan teman temannya yang lain yang sedang bermain gitar. Lama Adrian berdiam diri di sana.

Rita yang sedang bersama dengan teman temannya yang lain, diam diam memperhatikan Adrian, dan akhirnya memutuskan untuk menghampiri nya. Jauh di dalam lubuk hatinya, Rita juga menyimpan rasa untuk Adrian, dirinya tidak ingin kehilangan Adrian, dan ketika tadi mereka berdua, Rita yakin kalau Adrian ingin menyatakan perasaannya pada dirinya.

Sekarang Rita ingin mendengar langsung perasaan Adrian kepadanya, Rita sangat tahu dengan hal itu walaupun tadi sempat gagal untuk di sampaikan.

"Adrian, aku cari kamu kemana-mana ternyata ada di sini, aku masih kepikiran tentang pesan yang tadi di kirim ke ponsel aku. " Adrian terkejut ketika melihat Rita datang ke arahnya.

Adrian hanya mengangguk untuk menghilangkan keterkejutan nya.

Adrian merasa saat ini perasaannya campur aduk. Bukan karena masalah dengan pesan yang masuk ke dalam ponselnya itu, namun Adrian merasa tampak begitu bodoh saat wajahnya terlihat sedang gundah.

Rita hendak menyambung kembali topik pembicaraan yang tadi sempat terputus, namun sebuah pesa kembali masuk ke dalam ponselnya.

*KENAPA TIDAK DI SEBARKAN. MAU MAIN?*

" Siapa sih orang yang iseng kirim kirim pesan yang tidak ada gunanya."

Adrian merasa kesal dengan pesan yang datang.

Adrian semakin benci dengan situasi seperti sekarang ini. Terlebih kepada orang yang dari tadi meneror nya dengan pesan singkat yang di anggapnya sangat murahan.

"Tadi kita mendapatkan pesan ini dari Mitha, mungkin saja dia yang iseng untuk mengerjain kita. Aku akan coba telpon Mitha. " Rita mengambil ponselnya dari tas slempang.

Rita menunjuk ke arah pintu masuk basecamp sambil mengatakan kalau Mitha, Asrul, Athar dan Rizky sudah datang. Sehingga Rita memasukkan ponsel yang tadii di pegangnya ke dalam tas slempang.

Adrian dan Rita menghampiri Mitha yang baru saja datang ke basecamp.

*******

Pohon pohon pinus berderai di tiup angin. Berjejer seperti suatu barisan yang rapi.

Du bawahnya ada rombongan sekelompok peserta diklat yang sudah tidak lagi memakai penerangan dengan lilin, mereka masih tetap berjalan dengan wajah yang tampak lelah namun mereka dipaksakan untuk tetap berjalan.

Seorang gadis kecil dengan wajahnya yang hitam gosong yang sedang mendekap boneka memberikan arah dengan menggunakan tangannya. Jika tangannya mengarah ke kanan, maka kelompok itu akan bergerak ke arah kanan. Begitu seterusnya. Lalu tiba tiba muncul lagi du hadapan mereka, dan menunjukkan ke arah kiri makan kelompok itu juga akan menuju ke arah kiri.

*KENAPA TIDAK DI SEBARKAN, MAU MAIN?*

Di ponsel Naila, tiba tiba banyak sekali bermunculan pesan yang sama dan sangat banyak.

*KENAPA TIDAK DI SEBARKAN, MAU MAIN?*

Begitulah isi pesannya yang berasal dari nomer yang sama. Naila memandang Dudi. Begitu juga sebaliknya. Keduanya merasakan sebuah firasat yang rasanya tidak baik.

Dan sekarang setelah kejadian ini, mereka menanggapi situasi suatu ini dengan serius.

"Lihat itu. "

Naila menunjukkan jarinya ke arah utara. Dudi juga melihat ke arah yang di tunjuk oleh Naila.

Mereka melihat rombongan kelompok peserta diklat yang baru saja datang tanpa menggunakan lilin satupun. Wajah mereka sangat pucat sekali. Mereja menunduk sambil menuju ke arah pos tiga.

Panitia yang ada di pos tiga merasa ada ganjil dan merasa tidak enak.

Pasti akan ada sesuatu yang akan terjadi selanjutnya, hal yang mengerikan.

"Kenapa kalian lama sekali, kami kesal menunggu kalian di sini"

Dudi dengan kesal karena lama menunggu kelompok mereka datang. Naila menghampiri kelompok tersebut dan ikut kesal dengan mereka yang baru saja datang.

...****************...

Bersambung......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!