Bab 8

Tiba tiba saja ketua kelompok mengangkat tangan sebagai tanda berhenti, sehingga seluruh anggota kelompok yang terdiri dari empat belas orang itu bertanya tanya kenapa berhenti.

Dan pertanyaannya itu terjawab saat ketua kelompok berkata

"Ada yang merelakan lilin pribadinya? Lilin sudah habis. "

Semua anggota saling mengeluh, tidak ada satu orang pun yang mau memberikan, sebab lilin itu akan di pakai untuk menulis.

Jika nanti lilin habis, panitia tidak akan memberikan lilin yang baru.

Karena tidak ada yang mau memberikan lilin nya, akhir nya ketua kelompok mengorbankan lilin miliknya sendiri untuk dapat menerangi langkah mereka.

Setelah lilin menyala, anggota kelompok bisa terus berjalan, lama sekali mereka berjalan sehingga sebagian dari anggota kelompok menyerah untuk melanjutkan perjalanan mereka, sebab perjalanan yang di tempuh sepertinya tidak kunjung sampai juga. Melihat hal ini, akhirnya ketua kelompok memutuskan untuk beristirahat.

"Pak ketua kelompok. " ujar wakil ketua .

"Dari tadi kita berjalan, namun seperti nya kita hanya berputar putar saja di sekitar sini saja, aku tadi melihat pohon itu, sama persis yang aku lihat sekarang. "

"Iya, aku juga melihatnya. " tutur yang lainnya menimpali.

"Iya betul, tadi aku kira hanya perasaan ku saja, tapi kita semua merasakan hal yang sama. Kita semua hanya berputar putar di sekitar sini saja selama ini. " Nilam berbicara.

"Begitu ya? Ya sudah kita coba lebih teliti , dan kita akan coba lagi. Sekarang kita istirahat saja dulu. Saya mohon agar kalian semua duduk saling berdekatan, dan lilin yang masih ada lebih baik di nyalakan untuk penerangan. "

Anggota kelompok yang lain merasa ragu, mereka takut du marahi oleh panitia jika lilin pribadi mereka akan habis. Mereka masih tidak mau untuk memberikan lilin tersebut,, namun mereka tidak punya pilihan.

"Teman teman. " ketua kelompok menjeda bicaranya.

"Keselamatan kalian adalah tanggungjawab saya sebagai ketua kelompok, saya hanya meminta lilin yang tersisa agar dikumpulkan, jika nanti kita sudah sampai di pos, saya sendiri yang akan menjelaskan pada panitia sehingga kalian tidak perlu takut. Barangkali memang ini adalah skenario dari para panitia. "

Setelah ketua kelompok berkata seperti itu, salah seorang anggota memberikan lilinnya, lalu di ikuti oleh yang lainnya. Lilin lilin sudah terkumpul, mereka menyalakan beberapa lilin untuk menerangi sekitar.

Agar lilin tidak mati karena tertiup angin, maka mereka menutup nya dengan menggunakan tangan mereka, namun karena angin bertiup sangat kencang sehingga membuat lilin mereka padam semua.

Salah seorang anak perempuan berteriak karena takut gelap, namun tidak lama kemudian lilin sudah menyala kembali.

Tampak seorang anak perempuan memukuli sahabat nya yang menakut nakuti dengan menaruh tangan di pundak anak perempuan itu.

"Dasar kurang aja! " cewek itu seperti nya masih Kurang puas jika hanya memukulnya saja, mungkin dengan melemparinya dengan sesuatu sudah cukup membuat pembalasan yang setimpal.

"Teman tema, tolong jaga sikap kalian, kita sekarang sedang berada di lingkungan asing, jangan suka melakukan hal hal yang tidak pantas di sini. " ujar ketua kelompok.

Seperti nya anak perempuan itu masih ingin membalas kepada teman temannya yang tadi menganggu dirinya.

 Tetapi dirinya juga tidak dapat memungkiri kalau dua juga memiliki ketertarikan kepada teman yang baru du kenalnya pada saat diklat itu. Tangannya meraba raba sesuatu di sekitar tempat duduk nya untuk dapat di lemparkan.

Jemarinya menemukan sesuatu dan mencoba untuk melemparkan le arah temannya sebagai pembalasan, dirinya berpikir sudah menemukan ranting atau semacamnya lalu dilemparkan ke arah temannya tadi. Temannya itu tidak terkejut tetapi malah tertawa.

Namun sesaat kemudian tertawanya berhenti setelah tahu bahwa yang di lemparkan ke arahnya bukanlah sebuah ranting tetapi tangan bayi. Lebih tepat nya tangan boneka bayi.

Lalu di angkat nya tangan boneka itu dan berpikir dari mana atau siapa yang bermain boneka malam malam di tengah hutan .

"Dari mana kamu menemukan ini? " tanya Hendrik sambil berniat untuk menakut temannya yang tadi melemparkan tangan boneka yang baru di kenalnya saat acara diklat, dan memang dirinya sangat suka membuatnya takut, dirinya melihat kecantikan di sana terutama saat sedang marah.

Mereka yang ada di sana melihatnya menjadi merinding, berbeda dengan Hendrik yang sedang mengangkat tangan boneka itu, dirinya malah tertawa melihat teman perempuan nya yang gagal untuk menakuti dirinya.

Namun tawa itu tidak bertahan lama, ia mengatakan kembali bibirnya serta menurunkan tangannya saat melihat teman temannya tidak ada yang tertawa.

"Hendrik, tolong kamu kembalikan barang itu ke tempatnya. " ujar ketua kelompok.

Dengan sedikit menggerutu akhirnya Hendrik mematuhi apa yang di katakan ketua kelompok. dirinya merasa sangat kesal dengan situasi seperti ini, kemudian ia mengambil ponselnya kemudian mengaktifkannya, sehingga membuat semua temannya terkejut.

"Kamu membawa ponsel? Kalau ketahuan gimana, kita semua akan kena marah panitia. "

"Tenang saja, jangan khawatir, aku kenal dengan kak Mitha. Dia itu kakak kelasku sewaktu SMA. " Hendrik menjawabnya dengan santai tanpa melihat kekhawatiran teman temannya yang lain.

Temannya yang lain hanya berharap semoga saja tidak terjadi apa apa dengan mereka, selanjutnya ketua kelompok berdiri dan memerintahkan agar anggota nya berjalan lagi menyusuri jalan Setapak.

Kelompok itu tampak semangat sekali, mereka berjalan mengikuti komandan kelompok. Tubuh mereka masih terikat dengan rafia satu sama lain. Mereka semakin semangat berjalan di malam yang terus beranjak. Tanpa mereka sadari ada seorang gadis berjalan di belakang iring iringan sambil membawa boneka yang salah satu tangannya hilang, gadis itu tersenyum ganjil dengan wajahnya yang pucat, sepucat mayat.

...****************...

Mereka belum datang juga? " Tanya Mitha yang sudah mulai kesal.

"Sudahlah Mitha, santai saja. Mendingan kamu bermain berburu harimau dengan Surya tuh. " timpal Naila

"Bukan begitu Nai, aku hanya khawatir saja dengan mereka, lalu takut kalau mereka kesasar dan berjalan jauh masuk ke hutan. "

Tentu saja Dudi tidak mempedulikan apa yang di bicarakan Naila dengan Mitha. Saat ini dirinya masih sibuk dengan permainan berburu harimau, kepala nya bergeleng ke kiri dan ke kanan sambil berpikir langkah langkah apa yang harus dilakukan agar harimau nya bisa lepas dari jebakan "anak buah" Naila. Kemudian setelah dirinya tahu langkah berikut nya, Dudi mengacungkan jempol nya ke arah Naila dan Mitha sambil mengatakan "Hore aku menang! "

Mitha semakin khawatir, perasaan nya tidak menentu. Dirinya merasa sangat kerdil di antara pepohonan yang tumbuh tinggi di sekitar hutan tempat mereka membuat pos.

Dalam hati berdo'a semoga saja tidak terjadi apa apa dengan mereka yang ada di dalam hutan itu. Dan semoga saja semua baik baik saja.

Apakh yang terjadi dengan kelompok tersebut, baca terus ya kelanjutan nya......

...****************...

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!