Bab 18

Tapi sejak kapan dirinya lupa menutup jendela?

Ah tidak, memang lupa menutup jendela dan mungkin memang lupa tadi tidak menguncinya, Rita berpikir seperti itu agar tidak terlalu takut.

Mungkin memang dirinya lupa karena masih saja merasa kesal dan kecewa terhadap Adrian. Sehingga lupa kalau jendela kamar belum di kunci. Itu adalah salah satu alasan yang logis, pikirnya lagi.

Kemudian bangkit dari duduknya, Rita merasa ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang terdengar jelas di telinganya yang berasal dari kolong tempat tidurnya.

Sesuatu yang seperti di gesek gesekkan ke lantai, tapi tiba tiba ponselnya bergetar dan sebuah pesan masuk. Rita merasa takut untuk membuka pesan yang masuk, tapi dengan memberanikan diri untuk membuka pesan yang masuk.

"Rita, kamu sudah tidur? "

Ternyata pesan itu dari Mitha. Membuat perasaan Rita terasa lega. Tak lama kemudian sebuah pesan masuk lagi ke dalam ponselnya.

Sambil berbaring di tempat tidurnya, Rita bisa melupakan rasa takut yang tadi di alaminya. Walaupun dirinya masih sangat cemburu dengan Mitha, namun untuk saat ini rasa cemburu nya di kesampingkan dulu.

"Kenapa, nggak bisa tidur? " tanya Rita dalam pesan nya.

"Aku lagi galau nich, apa karena sekarang lagi kepikiran seseorang ya? " Mitha bertanya kembali.

"Iya mungkin. " jawab Rita

"Kok gitu jawabannya, kamu marah sama aku? "

"Nggak juga, aku hanya lagi nggak enak badan, udah yah, bye. "

Mitha tidak menjawab lagi pesan yang dikirim oleh Rita.

Sementara Rita sendiri yang saat ini sedang berada di dalam kamarnya merasakan sesuatu yang tidak biasa. Mendadak suasana kamar seperti mencekam.

Di letakkan ponsel di atas meja belajar dan mencoba berbaring di atas tempat tidur. Baru saja berbaring terdengar suara ponselnya ada sebuah notifikasi.

Sebuah pesan masuk kembali sebelum dirinya tidur, dan pesan tersebut seperti ini.

*Ning nang ning ning, namaku Rani usiaku 10 tahun, keluargaku mato terbakar. Temani aku malam ini, jika tidak kirimkan pesan ini ke 7 nomer lain. *

Setelah mendapatkan pesan tersebut, segera Rita mengirimkan pesan itu ke 7 nomer lainnya. Rita menarik selimutnya sampai ke atas kepalanya. Dalam diam Rita berhata5dam berdoa tidak terjadi apa apa malam ini. Rita memejamkan matanya, lumayan cukup lama, sehingga dirinya berada di batas antara terjaga dan tidur.

Rita merasakan ada sesuatu yang aneh, seperti orang yang sedang menggesek gesekkan sesuatu ke lantai di bawah tempat tidurnya.

Rita masih tetap bersembunyi di balik selimut tebalnya. Kemudian suara itu tiba tiba hilang lagi.

Namun Rita seperti merasakan ada sesuatu yang menduduki kasurnya, ada sebuah pergerakan, seperti ada yang bergerak gerak di sampingnya.

Tanpa Rita tahu, di antara semua boneka milik Rita, ada satu boneka tanpa tangan berada di samping boneka bonekanya yang di pajang. Dan tentu saja boneka itu bukanlah milik Rita, karena boneka itu boneka milik gadis kecil yang sedang menyeringai di kamar Rita.

Napas perempuan itu terdengar terdengar di balik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Rita mencoba memejamkan kedua matanya sebisa mungkin tanpa harus memikirkan sesuatu yang membuatnya resah dan takut. Rita merasakan kalau waktu berjalan sangat pelan. Dirinya berada pada batas tertidur dan terjaga.

Saat mulai terlelap, kedua matanya tiba tiba terbuka, karena merasa ada yang menarik selimut di bawah kakinya. Selimitnya du tarik dengan sangat pelan sekali. Rita melihat kalau selimut yang di pakai untuk menutupi tubuh nya luruh ke bawah kakinya, terasa begitu pelan, dengan cepat Rita memegang erat selimutnya agar tidak terus ditarik.

Selimut yang menutupi tubuhnya itu berhenti bergerak, namun Rita melihat ada cahaya seperti lampu di balik selimutnya. Sangat terasa oleh Rita seperti ada suatu gerakan yang melintas di atas kepalanya. Sepasang bahunya naik turun mengikuti desah nafasnya yang terengah engah seperti baru lari marathon.

Rasa penasaran yang dalam diri Rita membuatnya untuk mencoba mengintip cahaya itu dari balik selimut nya. Namun tidak menemukan apa apa, dengan pelan dan past, Rita mengeluarkan kepalanya di balik selimut, kemudian menyandarkan tubuhnya du tembok. Rita mencari cari ponselnya yang tadi di letakannya di atas tempat tidur, dengan meraba raba mencari ponselnya dan ternyata ada di ujung tempat tidurnya.

Setelah mendapatkan apa yang di carinya, tiba tiba saja tangan Rita menyentuh sesuatu, nafasnya terasa berhenti, detak jantungnya berdetak semakin kencang dan cepat. Tangan yang tadi metaba tempat tidur untuk mencari ponselnya, seperti menyentuh sesuatu, seperti sebuah boneka, lalu di lihatnya namun Rita merasa kalau itu bukan boneka miliknya. Dengan spontan Rita berteriak dengan histeris.

" Aaaaaaaaaa!"

Dengan spontan Rita melemparkan boneka yang tadi di seutuhnya ke atas lantai, lalu beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah pintu dengan niat hati ingin membuka pintu kamar namun ternyata pintu kamarnya terkunci.

Dengan perasaan gusar, Rita mencoba memaksa untuk membuka pintu yang masih terkunci, namun dirinya lupa kalau tadi pintu kamarnya dikunci olehnya sendiri.

Dengan mencoba membuka pintu tetap saja tidak terbuka, namun saat akan memaksa lagi, Rita melihat kalau kuncinya masih menancap di kubang kunci, Rita tertawa sendiri. Menertawakan dirinya sendiri yang sudah mengunci pintu kamar tapi lupa dan untung nya kuncinya masih tergantung.

Setelah dapat membuka pintu kamar, segera Rita berlari keluar dari kamar lalu berlari menuruni tangga dengan hati hati karena takut terjatuh. Ketika masih di tangga, Rita berteriak memanggil kedua orang tuanya untuk meminta pertolongan, namun ternyata sepi, dan Rita tidak menemukan siapa siapa di sana.

Dengan setengah belari, Rita pergi ke ruang tengah, di sana terlihat televisi masih menyala. Di atas meja terlihat ada sebuah asbak dan ada rokok yang sepertinya baru di hisap beberapa kali karena masih terlihat mengepul asapnya.

Dengan perasaan bahagia karena yakin kalau kedua orang tuanya belum tidur dan sedang menonton televisi. Saat akan menghampiri, Rita melihat seorang gadis kecil yang sedang memegang sebuah boneka sedang duduk di depan televisi yang sedang menyala.

Dengan histeris, Rita kembali menjerit, lalu berlari ke arah depan. Saat sedang berlari dan berteriak ketakutan, Rita melihat kedua orang tuanya sedang menunggu ngunyah, ingin sekali dirinya menangis dan mengadukan kejadian yang baru saja di lihatnya, lalu Rita menghampiri mereka berdua. Namun saat mendekat, yang terjadi adalah sesuatu yang dibuat nalarnya. Wajah kedua orang tuanya tiba tiba, sepasang mata mereka menyekung seperti wajah tengkorak, di dalam sana ada kegelapan, dan ada luka yang menganga di wajah mereka. Sedangkan dalam gendongan mamanya terlihat seorang gadis kecil dengan senyum yang menyeringai sambil di tangannya memegang sebuah boneka.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa".

...****************...

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!