Bab 9

Di antara para panitia yang sedang bertugas di pos ke tiga, hanya Mitha yang merasakan kekhawatiran pada para peserta diklat.

"Coba kalian telpon pos yang lain, siapa tahu mereka berada di sana. " ujar Mitha

"Baterai aku habis, coba kamu yang telpon. "

Tidak lama kemudian ponsel Mitha berdering "Itu ponsel kamu berbunyi, mungkin itu dari pos yang lain. " kata Dudi.

"Semoga saja, Eh tapi pesan ini bukan dari teman teman di pos lain, lihat aku dapat pesan aneh. Siapa yang mengirimnya ya? "

"Pesan apaan? " Athar penasaran dengan pesan yang di terima Mitha.

"Ning Nang Ning Nung, namaku Rani, usiaku 10 tahun. Seluruh keluarga ku mati terbakar. Temani aku malam ini, jika tidak mau, kirim pesan ini ke 7 nomer lain. "

"Ah itu orang iseng kali yang mau nakut nakutin kita yang lagi ada di hutan." Pendapat Athar.

"Aku yakin kalau itulah ulah teman teman di pos lain. " tambah Naila yang sedang pokus bermain "Berburu harimau. "

"Nai, giliran kamu tuh. " ujar Dudi.

Namun Mitha lebih memilih mengikuti perasaannya sendiri. Dirinya lebih memilih menyebarkan pesan tersebut ke 7 nomor yang lainnya. Termasuk Hendrik (Adik kelas nya dulu sewaktu SMA, yang sekarang menjadi anggota diklat).

Dudi yang sedang menikmati musik, membaca sekilas pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.

Namun mengacuhkan pesan tersebut, sedangkan Naila dan Dudi semakin larut dengan permainan nya sehingga tidak mempedulikan pesan dari Mitha. Melihat semuanya larut dengan kesibukan masing masing, Mitha semakin ketakutan akan terjadi sesuatu yang menakutkan. "Jangan terlalu di pikirkan, daripada memikirkan hala hal yang membuat kamu takut, lebih baik kamu jawab saja tebakan yang akan aku berikan. "

'Tebakan apa? " tanya Mitha yang mulai tertarik

"Coba bayangkan, jika kamu menjadi seorang supir bus, jika pada perempatan pertama kamu punya lima penumpang, terus pada perempatan kedua turun satu. Perempatan berikut nya naik dua orang penumpang, dan pertanyaan adalah berapakah usia si supir? "

"Usia? Mmmm, enam puluh? "

"Ngaco aja, darimana kamu bisa mengatakan usianya enam puluh tahun? "

"Lho kan tadi naik dua terus turun satu, jadi semuanya tinggal enam, berarti kan enam puluh. "

"Terus hubungannya penumpang dengan usia apa dong? "

"Nah, harusnya aku yang tanya. "

"Kok jadi terbalik, ini kan tebakan aku. Jadi aku yang tanya dan kamu yang harus menjawabnya. "

Walaupun tebakan Athar terkesan membingungkan, namun setidaknya membuat Mitha sedikit terhibur.

Setidaknya itulah yang tergambar di wajah Mitha saat ini, dirinya cukup terbawa ke dalam permainan Athar.

Namun Athar sengaja tidak memberikan jawaban atas pertanyaan nya, sehingga membuat Mitha menjadi menjadi penasaran, dirinya sangat senang melihat Mitha yang cemberut karena Athar yang menunda jawabannya.

Karena jawaban dari Athar terkesan menggantung. Lalu Mitha merengek rengek dan memukulinya.

Wajahnya yang cantik akan dapat di lihat nya dengan lebih dekat dan jelas. Terlebih melihat sepasang pipi tembemnya yang kemerah merahan tersapu cahaya api dari lilin yang di pasang di pos itu.

Andika, Dino dan Budi serta tiga orang panitia lainnya datang. Mereka bertugas mengontrol kegiatan di setiap pos jaga. Saat memastikan semua berjalan lancar,mereka memutuskan untuk kembali ke basecamp.

"Semuanya aman dan terkendali, karena semua sudah lancar, kami akan kembali ke basecamp dulu. " ujar Dino

"Aku ikut., aku mau ke kamar mandi. " sahut Mitha.

'Kenapa mesti ikut ke basecamp, kenapa tidak di sini saja. Kamu kan bisa buang air du balik pohon itu. " Athar meledek Mitha.

"Sialan! Memangnya aku kambing, buang air di sembarangan tempat, seperti kebiasaan kamu!" Sahut Mitha sangat kesal dengan ledekan Athar.

"Oh iya kalau begitu aku juga ikut ke basecamp. " ujar Gustian.

Mitha yang masih merasa kesal dengan Athar yang awal nya mencibir. Namun Athar berkata kalau akan mengambil sesuatu yang di butuhkan berada du basecamp.

"Baiklah, kami ke basecamp dulu. " Dino pamit pada semuanya.

Selanjutnya Mitha, Dino, Budi, Athar dan Andika pergi menuju basecamp. ketiga panitia tadi datang memilih pergi. Saat dalam perjalanan menuju basecamp, HP Mitha bergetar. ternyata notifikasi pesan terkirim, mungkin tadi tidak ada sinyal sehingga baru sekarang pesan yang Mitha kirim baru terkirim.

Mitha mencoba tidak peduli dengan pesan yang sudah terkirim pada mereka, saat ini Mitha hanya memikirkan jawaban teka teki yang Athar berikan. Sambil berjalan, Dini, Budi Andika mencoba membantu Mitha namun belum juga bisa memecahkannya.

"Athar, ayolah apa jawabannya? " Mitha merengek seperti anak kecil yang minta permen.

"Kalau kamu mau pacarku, akan aku kasih tahu apa jawabannya. " Athar menjawab dengan tertawa tawa.

"Ogah.... "

"Ya sudah kalau kamu nggak mau jadi pacarku. "

"Jadi jawabannya berapa? " Mitha tetap merengek

"Mau nggak jadi pacarku, bari aku kasih jawabannya. " Athar tetap pada pendirian nya

Mitha sangat kesal dengan jawaban Athar, sehingga Mitha lari menghampiri teman temannya yang lain yang sudah lebih dulu berjalan.

...****************...

Di tempat lain, pesan dari Mitha baru sampai.

"Ning nang ning nung, namaku Rani, usiaku 10 tahun. seluruh keluarga ku mati terbakar.

Tani aku malam ini. Jika tidak mau kirim pesan ini ke 7 nomer lain. "

Pesan itu masuk ke ke ponsel Adrian dan Rita yang kebetulan masih berada di basecamp.

"Adrian lihat aku dapat pesan yang aneh."ujar Rita pada Adrian.

Karena penasaran, Adrian melihat pedan yang di Terima Rita, Adrian hanya tersenyum saja lihat pesan tersebut. pesan yang dikirim oleh Mitha, begitu juga dengan ponsel Adrian yang beberapa saat kemudian bergetar menerima pesan yang sama dari dari Mitha.

Rita hendak membalas nya, namun Adrian melarang nya, dengan alasan bahwa itu hanya lah pesan iseng yang di kirim Mitha karena jenuh. Di tambah lagi agar dapat menghemat baterai. Awalnya Rita sepakat dengan Adrian, namun diam diam Rita mengirim kan pesan tersebut ke tujuh nomer lain sesuai perintah dari pesan tersebut.

" Rita, sebenarnya aku ingin bicara dengan kamu." Adrian menarik tangan Rita dari keramaian. Adrian mengajak Rita ke tempat yang agak tenang agar dirinya bisa mengatakan sesuatu pada kepada Rita. Adrian ingin mengatakan sesuatu yang membuat jantungnya berdebar debar jika melihat atau berdekatan dengan gadis yang memiliki tubuh semampai ini.

"Rita, aku ingin menyampaikan sesuatu sama kamu, malam ini menjadi malam terakhir kita di hutan ini...... "

Rita masih menunggu sesuatu di balik bibir yang terlihat sangat bergetar. Sepasang jari Adrian sedang mencari cari sesuatu untuk di pegang agar perkataan di bibirnya tidak keluar jauh dan benar benar tegar untuk mengatakan sesuatu yang menjadi tambatan dalam hatinya.

...****************...

Bersambung.......

Apakah Adrian bisa mengungkapkan rasa yang ada di hatinya....

Baca terus ya sampai habis.... bye......

Happy Reading....

jangan lupa komen dan like nya.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!