Bab 14

Mitha memanggilnya.....

Sebuah tangan yang keriput mengambil ponsel yang ada di atas meja. Ponsel itu di dekatkan ke sepasang bibir nya yang terlihat membusuk. Bibir itu perlahan terbuka dan mengeluarkan suara yang sangat mengerikan.

Mitha yang mendengarnya kaget, Dadanya turun naik. Tangannya memegang dada, seperti nya jantungnya baru saja terlepas. Dino yang ada di sana segera menenangkan Mitha dengamu membisikkan sesuatu.

" Semua pasti akan berakhir, jangan takut. Kuasa Tuhan lebih besar dari semua ini. "

Dengan perasaan putus asa, Adrian mengambil ponsel milik Mitha dan mencoba untuk menghubungi Diki lagi. Adrian berencana akan memaki maki iblis yang selama ini sangat meresahkan.

"Dasar iblis jahanam, jika kamu berani tunjukan mukamu jangan hanya jadi pengecut. " tapi kalimat itu hanya terpendam dalam benaknya saja. Sebab ponsel Diki di rumahnya tetap sama tidak menjawab panggilan Adrian.

Ponsel yang tersimpan di atas meja belajar tersebut hanya berkelip kelip saja, panggilan dari Adrian masih saja tidak terjawab.

Hingga seekor lalat tiba tiba hinggap di atas ponsel itu, terbang memutar mutar di tengah kamar yang remang . Lalu hinggap lagi di atas layar ponsel Diki. Lalat itu kemudian terbang dan kemudian hinggap lagi di tembok. Lalat itu terjebak pada sebuah ruangan dan tidak tahu dimana jalan keluarnya.

Lalat itu tidak menemukan kenyamanan di tembok, sampai akhinya lalat itu berputar kembali dan hinggap pada kening seorang cowok yang tergeletak di atas lantai.

Sepasang matanya memutih terbelalak dengan mulut yang menganga. Rahang bagian bawah tampak bergeser, mirip sekali dengan seorang yang terkena serangan jantung atau stroke.

Di sepasang mata lalat yang sedang hinggap di tembok tersebut masih tampak sebuah kejadian yang membuat Diki seperti seorang yang terkena serangan jantung mendadak. Singkat nya seperti sudah melihat sebuah kejadian yang sangat mengerikan.

Beberapa saat yang lalu, Diki yang sedang berada di dalam kamarnya sedang membaca ulang berita div surat kabar online yang beberapa waktu lalu telah memberitakan tentang kejadian kesurupan beberapa mahasiswa yang sedang melaksanakan diklat. Saat sedang membaca berita tersebut, muncul notifikasi sebuah pesan masuk.

Dengan susah payah, Diki mencari voucher tersebut akhirnya ketemu juga di sela sela buku yang ada di dalam tasnya. Setelah di isikan beberapa digit voucher tersebut, Diki segera mengirim pesan yang tadi ke 7 nomer, namun semua pesan yang di kirim itu ceklis 1,

Diki menunggunya beberapa saat, berharap pesan yang di kirim nya sudah di terima teman temannya, namun sampai beberapa lama, pesan yang tadi di kirim tetap saja ceklis 1.

Ponselnya bergetar sebuah pesan kembali masuk, di ambil nya ponsel tersebut dan membaca isinya.

"SUDAH TERLAMBAT"

Ponsel Diki bergetar dengan tangan gemetar kemudian membuka pesan tersebut. Bulu kuduk nya merinding semua.

Diki loncat ke atas tempat tidur, menutupi tidur tubuhnya dengan selimut sampai kepala,

Di dalam selimut Diki memikirkan pesan yang tadi di kirimnya namun masih ceklis satu saja da juga pesan yang masuk. Saat berada di dalam selimut yang menutupi tubuhnya, terdengar suara keras dari luar kamarnya seperti orang yang mengayunkan palu besar.

Diki semakin bersembunyi di dalam selimut. Pikiran nya melayang membayangkan seorang gadis dengan wajah menyeramkan dan gosong serta berbau busuk dengan belatung yang keluar dari rongga mulutnya dan darah yang berceceran.

Kembali ponselnya bergetar, pertanda ada pesan masuk.

'MAU BERMAIN DENGANKU'

Mata Diki terbelalak membaca pesan tersebut. Seketika pesan tersebut hilang tidak ada di dalam pesan di terima. Napasnya menderu dadanya naik turun.

Diki dalam mode waspada, yang ada dipikirannya saat ini adalah menelpon teman teman yang mungkin saja dapat membantu dirinya.

Dengan tangan bergetar, tangannya men scroll ponselnya yang pertama muncul adalah Adrian. Namun beberapa lama telpon tidak ada jawaban. Diki sangat putus asa. Kemudian mencoba menelpon temannya yang lain hasilnya pun sama tidak ada jawaban.

Tiba tiba ponselnya tidak ada sinyal. Dengan perasaan takut di bukanya selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Saat akan duduk di tempat tidur, ponselnya jatuh ke atas lantai.

Diki menurunkan kakinya dari atas tempat tidur, namun kakinya terasa menginjak sesuatu, yang ada di dalam benak nya saat itu mungkin yang di injaknya adalah barbel kecil yang biasa dipakai jika sedang di kamar.

Tapi yang di injaknya ternyata tangan boneka yang sedang di injaknya, dan semakin membuatnya terkejut karena di depannya terlihat jelas seorang gadis kecil dengan tersenyum janggal memperlihatkan giginya yang hitam, dari mulutnya keluar belatung yang sangat banyak dan darah yang berceceran keluar dari wajahnya yang gosong.

Seketika itu juga Diki berdiri kaku dan jatuh di lantai tidak ingat apa apa lagi.

******

"Aku sangat mengkhawatirkan keadaan Diki saat ini. " ujar Mitha yang saat ini sedang berjalan di lorong sebuah rumah sakit.

Mitha tidak sendirian, sekarang bersama Adrian, Rizky, Rido, dan Dino.

Di pertigaan lorong rumah sakit, mereka bertemu dengan Rita, Mitha berpelukan sebentar dengan Rita sebelum melanjutkan kembali langkah mereka menuju ruangan di mana Diki di rawat. Mereka baru saja mendapatkan kabar kalau Diki masuk rumah sakit dari ibunya.

Setelah mereka tiba di sebuah ruang rawat inap, tempat Diki di rawat di sana. Dokter masih ada di ruangan itu serta melarang mereka masuk.

Kini mereka berada di ruang tunggu saja, tampak keluarga Diki yang sedang menunggu dengan kesedihan yang mendalam.

Rita dan Mitha bergantian memeluk ibunya Diki dengan mata yang terlihat sembab karena menangis semalaman.

"Sabar ya bu, Diki orangnya sangat kuat, dia pasti sembuh. " hibur Mitha mengusap punggung ibunya Diki.

Semua terdiam dalam kesedihan dan tenggelam dalam pikiran mereka masing masing.

Pintu ruangan terbuka, tampak seorang dokter keluar dari ruangan dengan wajah sedih.

Dengan pelan dokter mengatakan kalau dirinya sudah berusaha yang terbaik, namun Diki tidak dapat di selamatkan

Ibu Diki menangis histeris tidak menerima kalau Diki harus meninggalkan nya.

Mitha memeluk nya, Rita yang ada di samping Adrian seketika menjadi lemas dan hampir saja terjatuh, seandainya Adrian tidak ada di sampingnya mungkin Rita akan terjatuh, Adrian segera merangkulnya agar Rita bisa tenang.

Mitha memalingkan wajahnya saat melihat Adrian memeluk Rita di hadapan nya. Mitha yang memang memiliki hati terhadap Adrian, tidak ingin melihat mereka berpelukan. Untuk marah cemburu pun Mitha tidak ada alasan karena Adrian bukanlah siapa siapa nya Mitha.

Adrian mencoba menenangkan Rita yang menangis di dalam pelukan nya untuk memberikan ketenangan setelah Diki meninggalkan mereka semua. Kini Diki tinggal kenangan, seorang perawat keluar dari pintu ruangan mendorong brankar Diki.

...****************...

Bersambung......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!