Bab 2

Arya lama menunggu namun tidak ada terjadi kejanggalan, dengan memberanikan diri Arya mencoba membuka selimut dan memastikan kalau di bawah tempat tidurnya tidak ada apa apa.

Di saat dalam situasi seperti ini, Arya berpikir harus bisa melewati malam ini dengan penuh keberanian. Karena semua berasal dari rasa takut yang di rasakan nya.

Dengan perlahan ia menarik selimut yang menutupi kepalanya dan memcoba bergeser kepinggir tempat tidur.

Arya sedikit bergerak untuk melihat kolong tempat tidurnya.

Alis matanya terangkat ke atas, sehingga matanya jadi terbelalak, jantungnya berdetak seiring nafas yang tadi tertahan, buku kuduknya merinding, tubuhnya bergetar.

Tiga.... Dua...Satu.....Nafasnya berhenti sambil menghitung mundur sebagai ancang ancang-ancang.

Hidungnya masih melekat pada pinggiran tempat tidur. Dan Nol.....!

Hitungan terakhir.

Setelah itu kepalanya menggantung melihat kolong tempat tidur nya.

Perasaannya lebih menakutkan daripada kenyataan. Dan akhirnya dirinya sadar bahwa perasaannya dapat di balik dengan kenyataan yang di tunjukkan oleh indranya.

Termasuk perasaan takutnya.

Kini dirinya masih dengan posisi kepalanya yang menggantung di kolong tempat tidur.

Arya menyesal karena tadi dirinya sudah telah mengirimkan pesan tersebut ke tujuh nomer lainnya.

Lehernya terasa sangat pegal ketika berada di posisi tergantung seperti tadi. Lalu Arya kemudian duduk dan kembali ke atas tempat tidur nya.

Tapi kali ini matanya tidak dapat membohongi apa yang ada disamping nya.

Seorang gadis berwajah pucat dan gosong sedang tersenyum ke arahnya dengan menyeringai memperlihatkan giginya yang hitam dan runcing.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"

Arya berteriak karena ketakutan dan jatuh di atas tempat tidur tak sadarkan diri.

*********

"Tha elu lihat Arya nggak? "

"Tumben elu nyariin, biasa elu berdua lengket kaya perangko. " Mitha vukannya menjawab pertanyaan Andika tapi malah meledeknya.

" Nah itu dia, biasanya Arya sudah nangkring di depan kampus nungguin gue, tapi tadi gue datang sampai masuk kelas Arya nggak ada. "

"Udah elu telpon? "

"Udah, tapi nggak aktif. "

"Kenapa elu nggak coba datang ke rumahnya, mau gue anter. Gue juga penasaran kenapa itu amplop nggak nongol di kampus. "

"Siapa amplop? "

"Ya siapa lagi kalau bukan si Arya, elu kan perangkonya. "

"Sialan..... .. "

Mitha hanya tertawa melihat sikap konyol sobatnya yang memang sangat dekat dengan Arya di banding yang lain.

"Elu masih ada kelas nggak? "

"Harusnya sih ada, tapi tadi ada pengumuman kalau hari ini dosennya libur ada perlu. "

"Tapi tumben dosen koler libur ada perlu apa? " Andika penasaran.

"Kata nya sih mau Ngawinin kucingnya. " Mitha tergelak tertawa.

Sedangkan Andika cuma nyengir kuda melihatnya.

"Mau gue anter sekarang ke rumah Arya? "

"Benaran nggak ganggu kelas elu? "

"Benaran, ayo kita lets go, gue juga penasaran kenapa tuh anak nggak masuk, biasanya nggak pernah mangkir kuliah. "

Keduanya berangkat ke rumah Arya menggunakan mobil Mitha, semua mahasiswa yang kuliah di kampus biru adalah orang kaya, Andika bisa kuliah di sana melalui jalur beasiswa karena otaknya yang pintar,

Makanya tidak sedikit teman temannya meminta bantuan jika ada tugas.

Sampai di rumah Arya tampak sepi, lampu depan dan lampu taman masih menyala.

"Ka, si Arya ada di rumah gitu, lampu masih nyala, suasana rumah juga sepu seperti tidak ada kehidupan. "

"Kemarin rencananya Arya mau nginap di kosan gue karena nyokap sama bokapnya lagi pergi ke luar kota. Tapi di tengah Arya di telpon nyokap nya kalau sudah ada di rumah. dia nggak jadi nginep di kosan gue, Arya langsung pulang kerumah nya. "

Karena penasaran, akhirnya mereka berdua turun dari mobil perlahan membuka gerbang. Sudah mengucapkan salam namun tidak ada yang menjawab.

Kebetulan gerbang tidak di kunci.

"Bentar Ka, kita pake tisu dulu kalau menyentuh sesuatu jadi sidik jari kita tidak ada di TKP. "

Andika menerima tisu yang di berikan Mitha, ada benarnya juga pake tisu, tidak akan jadi tersangka karena tidak ada sidik jari.

Selain mengeluarkan tisu, Mitha juga membuka kamera di dalam ponselnya agar jika ada sesuatu yang terjadi ada buktinya.

Setelah di depan pintu, mereka merasa heran karena ternyata pintunya tidak di kunci. Perlahan keduanya masuk ke dalam rumah, lampu lampu masih menyala namun keadaan sangat sepi sekali.

"Ka, sepi banget, elu pernah ke kamar Arya? "

"Pernah di ajak ke kamarnya beberapa kali. Kenapa? "

"Elu anak beasiswa, tapi bloon. Tanya kenapa. Ya kita langsung aja samperin ke kamarnya si Arya, siapa tahu tuh anak ada di sana. "

Andika mengangguk dan keduanya naik ke atas dengan hati hati.

Perlahan pintu kamar di ketuk tapi tidak ada jawaban.

Memberanikan diri, Andika membuka pintu kamar Arya dan ternyata tidak di kunci.

Masuk ke dalam kamar, mata Andika dan Mitha terbelalak melihat posisi Arya yang sedang menggantung, kedua kaki di ikat dengan posisi kepala di bawah.

"Ka cepetan kita turunin Arya, kasian banget, pasti kepala nya pusing. "

Keduanya segera menurunkan tubuh Arya yang menggantung. Dengan perlahan.

"Berat banget badannya si Arya, makan apaan sih. "

"Udah nggak usah ngedumel, sekarang elu ambil HP nya si Arya, cepat telpon nyokap bokapnya, kasih tahu keadaannya gimana, kalau perlu elu foto. " Andika dengan cekatan membersihkan badan Arya.

Mitha segera mengambil HP milik Arya lalu mencari kontak kedua orang tuanya.

Setelah dapat nomer kontaknya, Mitha memberitahukan keadaan Arya.

Orang tuanya meminta agar Arya di bawa ke rumah sakit untuk penanganan yang lebih lanjut lagi.Mitha berinisiatif memanggil ambulance. Tidak lama kemudian ambulans datang dan Arya segera di bawa, Andika dan Mitha mengikutinya dari belakang.

Mitha mengendarai mobil sama kecepatannya dengan dengan ambulans.

Sesampainya di rumah sakit, Arya segera di ba a ke IGD, Andika dan Mitha menunggu di luar ruangan.

Tidak lama kemudian, kedua orang tua Arya datang dengan tergesa gesa.

"Andika Mitha, apa yang terjadi dengan Arya, kenapa bisa terjadi seperti ini, bukannya dia mau nginap di rumah kamu? "

"Loh bukannya tante yang menelpon Arya until tidak usah tidur di kosan saya, karena tante bilang sudah ada di rumah. "

Andika merasa heran karena dengan jelas sekali kalau mamahnya Arya yang menelpon agar pulang.

"Tapi tante tidak merasa menelpon Arya, bahkan tante datang hari ini karena ada telpon dari kalian. "

Mamahnya Arya, Andika dan juga Mitha merasa heran kenapa bisa seperti itu.

Kemudian seorang dokter keluar dari ruang IGD, mamahnya Arya segera menemui dokter tersebut.

"Dokter bagaimana keadaan anak saya, apa yang terjadi? "

"Putra anda terjadi penggumpalan darah di otak karena terlalu lama dalam kondisi kepala di bawah sehingga darah berkumpul di kepala, setelah melakukan observasi kami akan melakukan operasi penyumbatan darah. "

"Penyumbatan darah? "

Mamah Arya seketika badannya lemas dan segera di bawa duduk di kursi yang ada di depan ruangan IGD.

"Arya, kenapa kamu nak, pah anak kita..... "

Mamah Arya menangis kemudian pingsan dan segera di berikan pertolongan pertama oleh perawat yang ada di sana.

...****************...

Bersambung......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!