Pesan Dari Masa Lalu

Pesan Dari Masa Lalu

Bab 1

Suara riuh para mahasiswa yang sedang istirahat di dalam kantin. Tampak beberapa orang duduk bergerombol, ada juga yang duduk sendiri.

"Elu nanti malam jadi nginap dikosan gue? "

"Jadi dong, nyokap bokap gue pulangnya nanti masih beberapa lagi. "

"Oke, pulang kuliah elu bisa ke kosan duluan, gue mau ngasih les buat nambahin uang bulanan. Kiriman dari bapak gue masih satu minggu lagi."

"Mau gue anter nggak biar nanti kita ke kosan bisa sama sama. "

"Kenapa emangnya, elu takut ya di kosan sendiri"

"Gue takut sama ibu kos elu, bukan sama demit. "

"Dasar elu, memang nya ibu kos gue sebangsa jin.." keduanya tertawa sambil berjalan di Koridor kampus.

Arya masuk ke dalam mobil, di susul Andika yang akan less anak anak Sekolah Dasar, Di dalam perjalanan lumayan macet. Di dalam mobil keduanya terlibat perbincangan.

Tiba tiba telpon Arya berdering, terlihat nama pemanggil. Ternyata mamahnya yang menelpon dirinya.

"Hallo mah..... "

"............... "

"Mamah nggak jadi pulang besok lusa, sekarang ada di rumah? " Arya tampak bahagia tapi kecewa juga.

"......... ...... "

"Iya mah, Arya pulang. " Telpon kemudian ditutup

"Kenapa, nyokap elu nggak jadi pulang lusa? " Andika bertanya.

"Iya sorry banget bro, gue nggak jadi nginap di tempat kos elu, tapi jangan khawatir sekarang gue anter elu ke tempat eluau ngajar anak anak, ntar pulangnya gue ongkosin. Sebagai ganti gue nggak jadi ke tempat kos elu. " Arya merasa tidak enak hati.

"Nggak gitu juga bro, elu nggak usah ngasih ongkos sama gue, jangan kaya gitu dong." Andika sekarang yang nggak enak hati.

"Itu udah rejeki elu, gue ikhlas kok ngasih. Elu sahabat gue yang nggak pernah lihat siapa gue, dan nggak pernah manfaatkan gue. "

Andika berkaca kaca, Arya anak orang kaya tapi dia mau bersahabat dengan dirinya yang hanya seorang petani dari desa.

"Tempat ngajar elu di sini? " Arya melihat sekeliling.

"iya, anak orang kaya, kalau ngasih upah lumayan gede. " Ujar Andika tertawa.

Arya hanya manggut manggut. Setelah itu memberikan beberapa lembar uang berwarna merah.

Tadinyan Andika tidak mau nerima tapi karena Arya memaksa akhirnya uang tersebut diterima juga.

"Thanks bro. " Andika keluar dari mobil lalu melambai ke arah Arya yang sedang membelokkan mobilnya, setelah itu melesat meninggalkan Andika yang masih berdiri.

"Kak Andika kenapa berdiri di situ ayo masuk, mommy udah nungguin dari tadi. " Andika di kagetkan suara anak kecil dari belakang ternyata anak yang biasa les pada diri nya.

Andika tersenyum seraya berjalan mengahampiri Tasya yang berada di balik gerbang yang sangat tinggi.

Setelah gerbang di buka oleh security, Andika masuk ke dalam rumah. besar itu untuk berrtemu dengan mo6nya Tasya yang akan membicarakan tentang les anaknya.

Arya pulang ke rumahnya mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Sampai di rumah tidak ada satu orangpun, keadaan rumah sangat sepi.

"Mah... Mah.. " Arya berteriak memanggil mamahnya namun tidak ada jawaban.

Di cari ke kamarnya tidak ada, dapur, kamar mandi dan beberapa tempat yang biasa mamahnya ada namun hasilnya tetap nihil.

Arya merogoh aaku jaketnya lalu mengambil ponselnya. Dicari nama mamahnya, kemudian mencoba telpon mamahnya.

Tut... Tut... Tut...

Beberapa kali panggilan tidak ada jawaban dan yang terakhir ada jawaban.

"Halo mah katanya ada di rumah terus nyuruh Arya pulang, tapi mamahnya nggak ada. "

"................ "

"Apa, mamah sama papah pergi lagi, kenapa nggak telpon Arya, jadi bisa nginap di rumah teman. "

"............. "

"Jadi Arya tidur sendirian di rumah? " Arya mendengus kesal lalu memutuskan telpon.

Arya masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan kesal. Masuk kamar mandi membersihkan tubuhnya yang lengket, karena lapar kemudian memesan makanan lewat aplikasi.

Setengah jam kemudian pesanan datang, makanan yang ada di depannya di lahap sampai habis.

Dengan kenyang, Arya berbaring di atas tempat tidurnya sambil memainkan HP nya. Namun saat bermain game, tiba tiba lampu kamar mati.

"Kok gelap. " Arya bangkit kemudian duduk menyalakan senter di HP

Arya melanjutkan bermain game, ada pesan Whatsapp masuk.

* Ning nang ning nung. Namaku Rani usia ku 10 tahun. Seluruh keluarga ku mati terbakar. Temani aku malam ini. Jika tidak mau, kirim pesan ini ke tujuh nomor lain. "

Arya hanya tertawa kecil, pikirnya ada orang iseng yang mengirim Whatsapp agar dirinya menjadi takut karena lampu di rumah sedang gelap.

Arya sekilas melihat rumah tetangganya terang benderang, tapi kenapa rumahnya gelap gulita, apa ada yang konslet. Begitu pikir Arya.

Arya turun ke pantai bawah, dengan menggunakan lampu senter dari HP nya perlahan-lahan menggapai pintu utama, cahaya dari HP nya menerobos kaca jendela yang belum di tutup gorden tebal, hanya gorden yang tipis sehingga halaman rumahnya terlihat.

Arya melihat sesuatu di balik jendela, seperti sosok anak kecil dengan wajah pucat sedang berdiri di teras.

Arya memperhatikan bayangan tersebut, dirinya hanya menyimpulkan kalau bayangan itu hanya bayangan pepohonan yang di tiup angin.

Setelah yakin kalau bayangan di luar itu hanya daun daun yang tertiup angin, dengan segera membuka pintu untuk menyalakan kembali lampu yang tadi mati.

Saat akan meraih saklar lampu, diri nya melihat seorang anak kecil berdiri di depan teras memakai baju putih penuh dengan darah, wajahnya sedikit gosong.

Tiba tiba bulu kuduknya merinding. Arya memejamkan matanya semoga itu hanyalah bayangan daun daun yang di tiup, tak lama kemudian matanya terbuka kembali dan bayangan itu seketika hilang.

Dirinya beranggapan mungkin karena dirinya terlalu lelah dengan banyaknya tugas yang sedang dikerjakan sehingga membuatnya kurang tidur. Hingga matanya kurang jelas dan terasa kacau.

Arya merasakan bulu kuduknya semakin merinding. Secepatnya Arya kembali ke dalam rumah tanpa mengunci pintu, saat akan menaiki tangga, kakinya terasa menginjak sesuatu. Arya menundukkan kepala untuk melihat benda yang di injaknya, dan ternyata dirinya menginjak sebuah tangan boneka, tapi punya siapa sedangkan di rumah ini tidak ada anak kecil, tetangganya tidak ada yang pernah main ke rumahnya karena kedua orang tuanya sangat sibuk, saudarapun tidak punya anak kecil.

Arya teringat dengan pesan yang di terimanya dari aplikasi hijau dan bayangan anak kecil yang memakai baju putih tadi.

Mengingat semua itu, Arya secepatnya berlari ke dalam kamar lalu menguncinya dari dalam, naik ke tempat dan berharap semua itu hanya halusinasi nya saja.

Namun semakin lama memikirkan kejadian tadi semakin membuat bulu kuduknya semakin merinding.

Hpnya berbunyi, pesan hijau muncul lagi. Dengan perasaan takut Arya membaca pesan yang muncul.

"Mau Main? "

Arya melemparkan Hpnya, dirinya sangat ketakutan. Ditariknya selimut sampai menutupi wajahnya sambil menggenggam HP lalu mengirimkan pesan yang masuk tadi ke tujuh nomor lainnya. Namun semua pending. Kemudian sebuah pesan.

"Sudah terlambat, ayo temani aku main. "

Arya semakin menutupkan selimut ke seluruh tubuhnya, berbaring dan merapatkan punggungnya ke tembok.

Arya merasakan ada sebuah gerakan seperti sebuah gesekan di bawah tempat tidurnya. Namun Arya tidak berani keluar dari tempat dalam selimut.

Arya lama menunggu namun tidak ada terjadi kejanggalan, dengan memberanikan diri Arya mencoba membuka selimut dan memastikan kalau di bawah tempat tidurnya tidur ada apa apa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!