Bab 3

Karena sudah malam, Andika dan Mitha pamit pulang, dan juga ada telpon dari temannya yang lain karena mereka betdua menghilang dari pagi tadi setelah kelas pertama selesai.

"Tha elu sama Andika nggak? "

"Iya kenapa?"

"Kumpul di basecamp, elu berdua kita tunggu secepatnya nya. "

"Oke kita kesana sekarang. "

"Ka, kita ke basecamp sekarang. Tu bocah bocah dah pada kumpul di sana. "

Andika dan Mitha segera berangkat ke basecamp tempat mereka biasa berkumpul jika sudah tidak ada kuliah.

Basecamp yang biasa mereka tuju adalah sebuah ruko dua lantai milik salah satu teman mereka. Nanda.

Lantai satu di pakai untuk menjual kaset kaset lawas, karena jaman sekarang sudah menggunakan HP semuanya jadi praktis, namun masih banyak yang suka dengan kaset.

Apalagi basecamp tersebut berada di depan kampus, sehingga banyak maha yang sekedar nongkrong di sana.

...****************...

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"

Dua orang cowok yang memakai seragam almamater sedang meluncur di atas kayu menuruni tanah yang lereng. Mereka menggunakan sebuah kayu entah bekas apa, mereka bermain kayu itu terlihat seperti papan luncur yang mengasyikan. Tidak hanya mereka saja yang sedang bermain papan seluncur tapi ada dua cewek lainnya yang sedang menunggu giliran terlihat sangat kesal karena mereka tidak berhenti bermain. Mereka sudah tidak sabar ingin mencoba papan seluncur seperti yang di lakukan oleh kedua temannya.

"Hei kalian sedang apa di sana. "

Seorang mahasiswa yang juga memakai almamater datang menemui mereka yang sedang asyik bermain seluncuran.

Sehelai kartu identitas tertera dengan nama Dudi, di dadanya itu bergerak mengiringi langkahnya yang terlihat tegas dan berwibawa membuat kedua cewek yang tadi sedang menunggu giliran tampak terpesona.

Dudi mendatangi ke empat temannya yang sedang asyik bermain seluncur.

Lelaki tampan yang mempesona dengan headphone mengalungkan di lehernya itu dengan segera merebut papan seluncur yang tadi di gunakan oleh kedua temannya.

"Kalian itu panitia diklat, harusnya memberikan contoh yang baik pada para yuniornya. Papan kayu ini bukan untuk bermain, dan tugas kalian itu memberi tanda untuk kegiatan nanti malam, apa sudah kalian selesai kan tugasnya? Belum kan, kalian malah bermain seluncuran seperti anak kecil saja! Apa kalian tidak malu jika nanti di lihat adik tingkat kalian? Harusnya kalian itu malu dan memberi contoh yang baik. dewasalah! "

Keempat temannya yang tadi bermain seluncuran itu merasa tampak sangat bodoh di depan Dudi yang bersikap seolah dosen dengan berbagai macam omelan kosong di bibinya. Tapi apa boleh buat, mereka berempat harus rela berdiam diri tanpa perlawanan di marahi habis habisan. Seperti kartu Identitas mereka yang juga diamyang juga diam di dada masing masing.

Sebab Aca, Athar, Mitha dan juga Naila pantas merasa bersalah terhadap apa saja yang mereka lakukan tadi.

"Seperti inilah contoh yang baik.! " Dudi berkata sambil menaruh headphone nya di telinga.

Oh tidak, begitulah pikir ke empat temannya yang beberapa saat yang lalu merasa tampak bodoh karena di marahi oleh Dudi. Namun sekarang Dudi malah mencoba papan seluncur nya sendirian.

Aca, Athar, Mitha dan Naila merasa sangat tertipu. Dan mereka berempat seperti seekor keledai yang bodoh. Mitha Dan Naila saling berpandangan,, seolah mereka berdua tahu apa yang mesti segera di lakukan. Mitha dan Naila segera turun ke bawah lalu menyebu Dudi yang baru saja menikmati papan seluncuran sendirian.

Mitha dan Naila memukul dan menendang Dudi, Ava dan Athar yang semula hanya melihat Dudi di keroyok para cewek, akhirnya tergoda untuk ikut mengeroyok. Tidak hanya memukuli Dudi, Aca juga mengangkat Dudi serta melemparkannya.

Merasa belum puas, dengan hanya melemparkannya, keempat temannya mencabuti rumput dan juga daun daun yang ada di sana sekenanya. Setelah itu mereka msukan ke dalam kaos Dudi si cowok malang.

"Oke oke ampun, gue nyerah. Maafin gue. Please..... " ujar Dudi yang kurang beruntung dengan sangat memelas.

Tapi apa yang di lakukan ke empat teman temannya tidak menjadi alasan mereka untuk tidak berhenti melakukan penyerangan terhadap Dudi yang sudah memohon untuk di maafkan.

"Enak aja minta maaf, dasar mahasiswa sok dewasa. " ujar Mitha dengan ketua karena masih marah.

"Apa ini yang kamu sebut dengan dewasa,mengerjai kami. " tambahan Naila kesal.

"Makan tuh dewasa... " ujar Athar tidak kalah kesalnya dengan teman teman ceweknya, sambil menjejalkan kembang pinus kering ke dalam pakaian Dudi.

Dudi tidak mempedulikan ucapan teman temannya yang marah pada dirinya.

Dudi bangkit dari duduknya, berjalan terhuyung huyung memunguti baterai yang tercecer di sampingnya.

Ke empat temannya hanya berdiam diri sambil memperhatikan serta memandangi nya.

Dudi merasa tampak sangat bodoh dihadapan ke empat teman temannya. Terlebih lagi dengan headset yang masih tergantung di lehernya.

"Kalian tentu tahu kan. " ujar Dudi setelah selesai memunguti semua baterai headset nya.

"Kalau Tuhan menciptakan telinga pasti ada tujuannya, dan salah satunya yaitu agar kita bisa mendengarkan musik. " ujar Dudi kembali.

Mitha memberikan isyarat dengan kedipan kepada tiga temannya. Dan ternyata isyarat itu segera di tangkap oleh teman temannya, Dudi yang tidak menyadari bahwa ke empat temannya mendorongnya lagi hingga dirinya terjatuh dan terperosok ke tempat yang lebih dalam.

Dudi mencoba merangkak ke atas untuk mengejar teman temannya, akan tetapi keempat temannya itu sudah sangat jauh meninggalkan dirinya.

Sementara itu, dedaunan dan pohon pohon yang ada di hutan itu seperti mempercepat senja menjadi kelam.

Para peserta diklat yang berjumlah sekitar tujuh puluh lima orang mahasiswa dan di tambah dia puluh lima panitia diklat dari fakultas ekonomi.

Para mahasiswa dan mahasiswa tersebut sedang melakukan kegiatan rutin tahunan yang di selenggarakan oleh pihak kampus.

Sebelum melaksanakan diklat, panitia sudah menyiapkan beberapa peralatan untuk konsumsi dan juga obat obatan, dan diantaranya adalah bundel bundel rafia.

Selanjutnya rafia tersebut akan di buat melingkar, sebagai batas perkemahan. Dan di tengajnya akan ada empat tenda induk. Dua tenda yang akan dipersiapkan untuk peserta pria da wanita. Sedangkan dia tenda lainnya lagi akan di sediakan untuk tempat panitia dan juga tempat untuk menyimpan perkakas dan juga sekaligus untuk menyimpan peralatan P3K.

panitia juga sudah mempersiapkan kayu kayu untuk acara puncak, dan nanti malam akan ada pembuatan api unggun. Sedangkan pata peserta sudah berjejer rapi di belakang kayu kayu yang sudah dipersiapkan tadi membentuk barisan yang terdiri dari lima baris.

Dari dua puluh lima orang panitia yang ada, tugas tugas mereka sudah terbagi dengan jelas menurut job discribtion masing masing panitia penyelenggara, dan semua sudah berada di tempat nya.masing masing.

...----------------...

Bersambung......

Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya dan juga beri hadiahnya

Happy Reading.......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!