Naik Ranjang. Bab 19

"Kita berangkat Ra" Ujar Qiana ketika tiba di mobil, di jok tengah ia merenung. Membayangkan segitu tidak berharganya dirinya di mata Danial. Toh, hanya bingkai yang pecah, bisa membeli lagi. Tidak akan merusak foto adiknya. Tetapi, ya sudahlah, kini Qiana tahu dirinya memang belum ada tempat di hati suaminya. Ia bersihkan air mata, sengaja duduk di belakang jok Zahra, agar jejak tangisnya tidak di ketahui.

Kecuali Nunuk, yang berada di sebelah Qiana hanya diam saja. Wanita itu sudah tahu apa yang terjadi, karena tidak jarang, Nunuk memergoki Qiana menangis. Tetapi dirinya tahu tidak ada hak ikut campur.

"Maafkan aku Dek, aku tidak bisa menjadi pribadi yang lembut seperti dirimu, hingga belum mampu meluluhkan hati Danial" Batin Qiana. Ia menarik napas dalam-dalam, agar jangan sampai menangis lagi.

***************

"Apa yang aku lakukan baru saja?" Danial kebingungan, hendak mengejar Qiana, tetapi tidak rela meninggalkan foto Quinsha. Ia berjongkok ambil foto yang sudah tanpa bingkai itu dibersihkan dari beling. Duduk di kursi memandangi foto wajah cantik dengan senyuman khas di rangkul pria di belakang, siapa lagi jika bukan dirinya.

"Ya Tuhan..." Danial meraup wajahnya gusar lalu menyimpan foto ke dalam laci. Ia ambil handphone lantas menghubungi Qiana. Setelah peristiwa di hotel tempo hari, mereka sudah tukar nomor.

"Marah pasti," Gumamnya, karena teleponnya tidak di angkat. Kemudian menghubungi seseorang. Tidak sampai hitungan menit, seorang wanita membuka pintu.

"Saya Pak," rupanya wanita itu Windy sekretarisnya.

"Panggil cleaning servis. Suruh membersihkan ruangan," titahnya, lalu ambil kunci mobil pergi dari kantor, setelah dijawab. Tentu saja hendak mengejar Qiana.

Sambil nyetir, Danial berkali-kali membuang napas kasar. Karena terlalu cepat dia mengendara, bukan waktu yang lama sudah tiba di rumah pintu gerbang tinggi, menekan klakson kencang.

"Kemana sih Nunuk" Keluhnya lantaran pagar tidak di buka oleh Nunuk, terpaksa membuka sendiri. Membiarkan mobilnya di pinggir jalan, menginjak teras memasukan benda putih ke dalam lubang kunci.

Rupanya kesabaran Danial hari ini sedang diuji, di dalam rumah pun sepi. Tidak membiarkan waktunya terbuang, ia kembali menjalankan mobilnya mencari Qiana.

Satu jam kemudian, tepatnya jam 10 pagi mobil foertuner tiba di sebuah bangunan berlantai dua. Ia pakir di samping bangunan tersebut. Sepatu pantofel memijak pelataran bergegas menuju perusahaan teh milik istrinya.

Wajah angkuh itu segera berjalan melewati beberapa cleaning servis, dan satpam yang sedang bertugas

"Selamat pagi Pak?" Tanya satpam menghadang langkah Danial. Tentu saja ia menjalankan tugas, mencari tahu siapa tamu yang datang.

"Selamat pagi. Bos Anda ada?" Danial balik bertanya. Rahang keras itu menunjukkan wibawanya.

"Sudah ada janji Pak?" Tanya satpam hati-hati agar tidak menyinggung. Satpam menyimpulkan tamu yang berjas dan berdasi seperti ini biasanya pengusaha yang akan mengajak kerja sama dan bukan orang sembarangan.

"Sudah," Jawab Danial berbohong agar tidak bertele-tele.

"Ada bukti?" Pada akhirnya satpam itu mencecarnya, membuat Danial menahan kesal. Tetapi ia harus sabar, tidak ada bedanya peraturan di kantornya, satpam ini hanya menjalankan tugas.

Saat sedang berbicara, dua orang wanita melintas. Danial buru-buru menghampiri. "Qiana," Ucap Danial menghentikan langkah istrinya yang sedang berjalan bersama Zahra.

"Zahra... sebaiknya kamu langsung bekerja ya," titah Qiana. Menahan diri untuk tidak marah pada Danial di depan Zahra.

"Baik, Kak"

Qiana pun berjalan lebih dulu diikuti Danial naik ke lantai dua. Di tempat itulah ruangan Qiana. "Qin, tunggu Qin." Danial menyejari langkah Qiana yang hanya melirik sekilas lalu melengos, tangannya mendorong kenop pintu.

Danial baru kali ini masuk ke ruangan sederhana yang didesain ala wanita. Cat dinding berwarna putih susu. Sebuah meja diapit rak yang tersusun banyak buku-buku bagian sebelah, dan sebelah lagi berjajar foto-foto.

Ia memperhatikan istrinya menjauh rupanya ke toilet. Lalu kembali melihat foto-foto yang didominasi oleh Qiana dengan orang-orang terdekat. Yakni foto berempat bersama mama papa, Qiana dengan Quinsha. Danial mengangkat foto kakak adik itu memandangi seksama dengan perasaan tidak karuan.

"Bukan hanya saya yang lancang bukan? Tetapi kamu sendiri pun tak kalah lancang," Sungut Qiana yang baru keluar dari toilet. Danial pun meletakkan kembali bingkai, lalu mendekati Qiana.

"Maaf, Qin. Bukan maksud saya untuk..."

"Untuk apa? Saya tahu kok! Kamu menilai saya lebih murah dari harga bingkai," Qiana menyusut air matanya.

"Qiana... bukan begitu maksud saya," Danial merangkul tubuh Qiana dari depan. Awalnya memberontak, tetapi pada akhirnya mengalah. Tangis Qiana pun pecah, ia tenggelamkan wajahnya di dada Danial.

"Saya ini merasa kecil... sekali di hadapan kamu Bang. Aku memang tidak sebaik Quinsha, tetapi kenapa kamu selalu membentak jika yang saya lakukan tidak sesuai dengan hati kamu. Hiks hiks hiks. Aku capek Bang... aku lelah"

"Qin..." Danial melepas pelukannya badanya membungkuk, kedua tangan memegangi dua sisi pundak Qiana. Ia tatap mata merah itu. "Saya tadi hanya kaget saja Qin, tiba-tiba kamu berada di depan meja, aku nggak bermaksud marah sama kamu." Sebisa mungkin Danial menjelaskan.

Mereka pun berbaikan, Qiana lalu minta Zahra untuk mengerjakan tugasnya. Namun begitu, Qiana tidak serta merta melepas begitu saja, minta anak buahnya yang sudah senior agar membimbing Zahra selama masa training dua minggu.

"Zahra, saya pergi dulu ya" Pamit Qiana ketika sudah tengah hari saatnya makan siang, ia hendak keluar bersama Danial.

"Baik, Kak"

"Kamu juga segera cari makan Ra" Pesan Qiana saat menylempang tas. Sementara Danial cuek saja, selama berada di tempat itu sama sekali tidak menyapa Zahra. Tetapi Zahra tidak kaget dengan sikap Danial. Sebab, tiap kali Danial dan juga Raka saling kunjung, sama sekali belum pernah di tegur Danial.

Seperti orang pacaran saja, mereka berjalan kaki menuju restoran yang tidak jauh dari tempat itu. Colek colekkan, cubit-cubitan diselingi tawa. Pasutri pun tiba di tempat.

Mereka lantas mencari tempat duduk, kemudian memesan makanan.

"Lusa kan kita berangkat ke negara A, sebaiknya kamu periksa ke dokter dulu Qin," Saran Danial.

"Periksa?" Dahi Qiana berkerut. Tentu saja kaget, suaminya aneh sekali. Selama ini Qiana tidak pernah ada keluhan, tetapi hanya jalan-jalan saja disuruh periksa.

"Iya. Kamu kan baru kesana Qin, apa lagi disana saat ini sedang musim dingin"

"Iya" Pungkas Qiana, tidak mau berdebat. Walaupun yang dikatakan Danial ada benarnya, tetapi Qiana tidak yakin, sepertinya Danial ada alasan lain menyuruh dirinya periksa.

Belum lagi rasa kaget Qiana hilang lantaran disuruh periksa. Ia dikejutkan dengan kedatangan seorang pria yang baru saja masuk ke dalam restoran.

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

edwin nih pasti yg dateng

2024-02-03

0

Dewi Anggya

Dewi Anggya

somplak yg labiil

2024-01-31

0

Neng Shy

Neng Shy

lanjut

2024-01-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!