Naik Ranjang. Bab 7

"Sepertinya di dalam ada kunci menggantung, Non," Kata Nunuk. Sudah kotrak kotrek mencoba membuka kunci, tetapi Qiana belum berhasil, padahal tanganya sudah pegal.

"Mungkin," Qiana lantas melihat garasi, rupanya mobil Danial sudah di dalam. Qiana membuang napas kasar, lalu mengetuk pintu hingga beberapa menit tetapi tidak dibuka.

"Oeeekk... oeeekk..."

Ceklak Ceklak.

Mungkin karena mendengar tangis anaknya, hati Danial tergerak untuk membuka. Tatapan tajam menjurus ke wajah yang tengah masuk dalam diam. Dengan menggendong Nazran, Qiana berlalu begitu saja, jangankan menyapa, membalas tatapan mata Danial pun tak mau.

Nunuk yang mengikuti Qiana, pun turut masuk ke kamar utama. Setelah meletakkan tas, kemudian kembali ke luar. Berpapasan dengan Danial yang akan menyusul Qiana.

Wajah yang pelit senyum itu tiba di kamar, langsung mengangkat tubuh putranya yang masih menjerit-jerit, sementara Qiana sedang membuat susu sambil mengajak bicara Nazran.

"Kanapa badan Nazran hangat? Kamu ajak ngelayap kemana anak saya?!" Tanya Danial ngegas.

Qiana yang sudah membawa botol susu, menjawab setengah berbisik. "Sudah berapa kali saya katakan! Jangan berbicara dengan kata membentak!" Ketus Qiana di telinga Danial. "Kata-kata kasarmu itu bisa berdampak buruk, dengan pertumbuhan Nazran. Ngerti nggak! Sih!"

Danial menjauhkan telinganya, terasa ada angin yang masuk melalui gendang. Pria itu langsung diam.

Qiana membungkuk, memasukan pu**ng botol ke dalam mulut Nazran, yang masih dalam pangkuan Danial. Menyadari wajah mereka terlalu dekat, Danial ambil alih botol tersebut.

"Mulai hari ini, Nunuk biar bantu-bantu di sini" Ujar Qiana sambil membereskan botol. Merasa tidak ditanggapi, Qiana menemui Nunuk. Entah setuju dengan rencana atau tidak, yang penting Qiana sudah mengatakan hal itu kepada Danial. Nyatanya Qiana tidak bisa melakukan sendiri.

*************

Di dalam restoran yang sudah di pesan oleh orang tua Qiana. Qiana berangkat langsung dari kediaman Danial. Tiba di tempat, hati Qiana merasa teriris-iris kala memandangi seorang pria yang tengah duduk seorang diri asik dengan handphone di tangan.

"Astagfirullah..." Air mata Qiana menetes. Dia berhenti di kejauhan, bagaimana menyampaikan kepada Edwin, jika dia tidak jadi menikah dengannya.

Di akui atau tidak oleh Danial, Qiana kini sudah menikah dengannya, tanpa memberi tahu Edwin pria yang sudah menjadi tunangannya.

"Aku harus hadapi," Qiana menata hati, dan menyusun kata-kata, sambil mendekati tiga meja yang sudah disusun menjadi deretan panjang, yang akan digunakan orang tuanya berbicara dengan kedua orang tua Edwin tentunya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsallam"

Edwin tersenyum lebar orang yang di tunggu-tunggu telah tiba. "Duduk sayang... kamu kenapa?" Mata Edwin menangkap jejak air mata kekasihnya, bingung.

"Tidak" Qiana duduk, tetapi bukan di samping Edwin seperti biasanya melainkan di hadapannya.

Dahi Edwin berkerut, merasa ada yang ganjil dengan sikap Qiana setelah seminggu tidak bertemu. "Kamu tidak bareng Papa Mama kamu?" Edwin masih yakin jika orang tua Qiana mengundang keluarganya ke tempat ini akan membicarakan pernikahan yang sudah semakin dekat.

"Tidak Mas, a-aku... sedang tidak tinggal di rumah." Lirih Qiana dengan gugup.

"Kamu sudah kembali ke Bogor?" Selidik Edwin, merasa yakin jika ada sesuatu yang terjadi dengan calon istrinya itu.

"Belum" Qiana hanya menggeleng pelan.

"Sayang... kamu jujur sama aku. Ada apa?" Edwin hendak menggenggam punggung tangan Qiana yang masih di atas meja, tetapi secepatnya Qiana menarik tanganya ke kolong meja.

"Ada apa Qiana?" Suara Edwin meninggi. Membuat Qiana menatap wajah Edwin, yang selalu dia hindari saat tiba tadi.

"Quinsha meninggal Mas" Tangis Qiana pun pecah.

"Innalillahi wa innailaihi rojiun" Ujar Edwin terkejut, akhir-akhir ini dia memang sibuk, hingga tidak tahu kabar. Ia pandangi wajah Qiana yang tengah menunduk dengan derai air mata. Edwin menarik tisue memberikan kepadanya.

Hening.

Qiana ambil tissue dari tangan Edwin, tetapi belum cukup, lalu mendekatkan box tissue di depanya. Menarik hingga beberapa kali, tangisnya tak kunjung reda.

Rasanya Edwin ingin mengangkat tangan menghapus air mata di depanya, tetapi ia sadar, bahwa Qiana saat ini sengaja menjaga jarak.

"Kenapa kamu tidak memberi kabar aku? Jika Quinsha meninggal?" Edwin membuka mulut, saat tangis Qiana mulai reda. Edwin menyugar rambutnya, kala Qiana menghindari tatapan matanya. Ia merasa masih ada sesuatu hal lagi selain kematian adiknya yang Qiana sembunyikan darinya.

"A-aku... aku..."

"Kalian sudah sampai?" Tanya Rahardyan, menghentikan jawaban gagap Qiana. Rupanya, papa Qiana sudah datang bersama Afrida.

"Sudah Pa," Jawab Edwin, segera bangun dari kursi bersalaman dan basa basi sebentar. Ia menyilakan orang tua Qiana duduk, kemudian menanyakan tentang apa penyebab Quinsha meninggal.

Qiana sudah tidak mampu bicara apa-apa, mendengar panggilan Edwin 'papa' kepada orang tuanya, dadanya terasa sesak. Sejak tunangan berlangsung 3 bulan yang lalu, memang Edwin sudah memanggil demikian.

Tidak lama kemudian, kedua orang tua Edwin pun tiba. Sambil ngobrol pesanan pun datang mereka berbicara santai sejenak, sebelum ke acara inti.

Rahardyan selaku orang tua Qiana minta maaf, karena tidak melanjutkan pernikahan itu. Lantaran Qiana sudah menikah dengan adik iparnya.

Mata Edwin mendelik menatap Qiana, yang tengah menunduk. Jika kedua orang tuanya mengerti alasan orang tua Qiana membatalkan pernikahannya, tetapi tidak untuk Edwin.

Edwin segera beranjak meninggalkan restoran dengan emosi yang menggebu.

"Mas Edwin..." Qiana mengejar Edwin, tiba di parkiran menahan tangan Edwin. Namun, Qiana terkejut lantaran tanganya di hempas kasar.

"Kamu ternyata tidak setia Qin! Aku tidak percaya itu!" Tandas Edwin, lalu masuk ke dalam mobil, melaju kencang.

"Mas Edwin... maafkan aku..." Lirih Qiana, lalu bersimpuh di parkiran tangisnya tersedu-sedu. Tangan lembut memegang pundak Qiana.

"Bangun Nak, biarkan Edwin pergi. Dia belum bisa menerima kenyataan ini. Biar nanti Om, sama Tante yang berbicara kepadanya," Ujar orang tua Edwin.

"Benar sayang... ayo sekarang kita pulang," Afrida membantu anaknya berdiri.

Tidak jauh dari tempat itu, rupanya Danial melihat semua apa yang Qiana lakukan. Ketika Qiana pergi secara diam-diam dari rumah. Danial mengikuti hingga tiba di restoran mencari tempat duduk tidak jauh dari kursi dimana Qiana dan Edwin duduk.

Dengan mengenakan masker, Danial menguping pembicaraan mereka.

"Ma, biar Qiana pulang bersama saya," Ucap Danial ketika Qiana hendak masuk ke mobil Rahardyan.

"Danial... kamu disini?" Rahardyan terkejut. Danial hanya tersenyum menanggapi pertanyaan mertuanya.

Sementara Qiana, sebenarnya malas pulang satu mobil dengan suaminya itu. Entah apa yang akan somplak lakukan di dalam mobil nantinya. "Aku pulang sendiri saja Ma. Kalau aku pulang sama dia, terus mobil aku bagaimana?" Qiana beralasan, menoleh Afrida di sebelah dengan raut wajah memelas agar tidak pulang satu mobil dengan Danial.

"Biar mobil kamu, diantar sopir. Terus, mobil Papa. Supaya Papa sendiri yang nyetir. Iyakan Pa?" Tanya Afrida berkedip satu mata agar suaminya menurut.

"Benar kata Mama kamu Qi" Pungkas Rahardyan lantas pergi.

Qiana menghentak-hentakkan kaki.

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

Ketawang

Ketawang

Sampai bab ini sy masih gak suka sama cara ortu Qiani dlm mnyelesaikan mslah,masih untung ortu Edwin manut" bae..cuman Edwin yg masih gak trima

2024-06-12

0

Rena utami

Rena utami

nnti klo udah besar jadi beban buat nazran, kalo dia udah merenggut kebahagiaan tantenya

2024-02-03

1

Rena utami

Rena utami

kasian edwin dan qiana...ya Tuhan, ada ortu durhakim kyk rahadyan dan alfrida...ngotbanin perasaan anak sendiri...pdhl bisa cari jalan lain, ga hrs nikahin qiana dg si somplak..kan bs nazran dirawat bersama2

2024-02-03

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!