Naik Ranjang. Bab 15

"Qiana... kamu sekarang dimana Nak?" Tanya Afrida, dari sambungan telepon terdengar cemas. Qiana yang baru saja selesai shalat subuh, mengatur napas agar jangan sampai jawabannya membuat orang tuanya panik.

"Mama kok tanya begitu? Aku di rumah Ma" Jawabnya, lalu duduk di ranjang. Terdengar ucap syukur dari mama tercinta, sebelum akhirnya handphone ditutup.

"Kok mama tahu, kalau aku tidak di rumah? Apa jangan-jangan somplak mencari aku ke rumah Mama? Huh! Dasar somplak!" Omel Qiana. Jika Danial cerita macam-macam, tentu khawatir kedua orangtuanya akan sedih memikirkan dirinya lantaran tidak pulang semalaman.

Ia rebahkan tubuhnya di kasur, semalaman tidak tidur tentu saja mengantuk sekali. Tetapi dia masih tidak habis pikir, mengapa ada orang yang menculik drinya? Padahal Qiana tidak mengenal orang-orang di pesta itu, selain Edwin dan Danial suaminya sendiri.

"Apa Danial yang nyekap aku di toilet tadi malam?" Berbagai pertanyaan, muncul di benak Qiana. Masih terbayang jelas dalam ingatan. Ketika dia disekap selama satu jam di toilet, tentu dia bukan orang bodoh. Dengan sekuat tenaga membuka pintu toilet yang sudah mulai rapuh, lantaran lama tidak digunakan.

Qiana mengucap syukur, kala pintu roboh sampai engselnya pun copot. Tanpa berpikir lagi, ia injak pintu yang menghalangi jalanya. Matanya mengerling waspada ketika sudah tiba di luar. Khawatir ada penjahat yang menjaga tempat itu. Ia tidak mau tertangkap lagi. Serasa aman, lalu berlari menuju sorot lampu. Dengan napas terengah-engah menuju lorong ke arah lift.

Qiana menarik napas lega, kala di depan lift sudah ada beberapa orang yang menunggu lift terbuka, walaupun masih takut jika ada satu di antara mereka yang menculiknya.

"Alhamdulillah... aman" Gumamnya ketika sudah turun dari lift. Di lobby, ada beberapa satpam yang tengah jaga. Walaupun sebenarnya dalam hatinya kesal melihat 3 satpam yang ngopi di sana. Karyawan macam apa? Sampai tidak tahu jika dini hari ada keributan. Qiana juga menyayangkan pihak hotel mewah ini, mengapa tidak memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Sampai pintu toilet rusak pun tidak diperbaiki.

"Taksi" Panggilnya, ketika tiba di pinggir jalan, segera numpang taksi minta diantar pulang ke rumah. Setelah mandi dan shalat subuh, lalu menerima telepon dari Afrida.

"Ah... masa bodoh" Gumam Qiana. Tidak mau lagi memikirkan siapa yang menculiknya. Setelah mengecek Nazran yang sedang tidur di kamar tamu di temani Nunuk. Qiana kembali ke kamar utama lalu tidur. Jika Danial pulang nanti baru akan dia tanyakan

******************

Jam 10 pagi. Qiana mengangkat tangan ke atas, menggeliat secara otomatis. Gerakan yang sering dilakukan saat bangun tidur. Segera ia buka mata kala tanganya menimpa dada bidang di sebelah. Namun, ketika hendak diangkat, tangan kekar menahanya.

"Lepas" Qiana menarik tanganya, tetapi susah.

"Mau kemana? Masih pagi," Cegah Danial dengan mata terpejam. Ia lipat kedua tangan, mengunci tangan Qiana.

Buk buk buk!

Tangan kanan Qiana ambil guling lalu memukul beberapa kali bagian dada Danial yang hanya cuek saja ketika Qiana pukul.

"Kamu jahat! Kenapa menculik saya?" Tanya Qiana. Panggilan Abang tadi malam ia kubur dulu, kembali memanggil kamu.

"Kamu di culik?" Danial seketika bangun, sampai lupa tanya kemana perginya Qiana.

"Jangan pura-pura nggak tahu! Kamu kan, yang sekap saya di toilet bau, tidak ada yang pantas dicurigai selain kamu!"

Qiana merengut sebal, menjatuhkan guling ke kasur, lalu turun dari ranjang. Melenggang ke kamar mandi.

Danial bengong memandangi istrinya. "Qiana di culik?" Gumamnya. Ia duduk di tengah ranjang. Sebenarnya masih malas bangun, tetapi mendengar ucapan Qiana pikirannya kemana-mana.

"Qin?" Panggil Danial ketika Qiana melewati dirinya hendak ke luar kamar. Ia menghalangi handle pintu.

"Apa? Saya lapar, mau masak!" Ketusnya.

"Qin" Danial merangkul tubuh Qiana mengajaknya bicara.

Dengan langkah malas, Qiana lungguh di sofa, di susul Danial.

"Saya nggak menculik kamu Qiana. Sumpah," Ia angkat kedua jari.

Qiana hanya melengos. "Memang salam dua jari,"

Danial menahan tawa. "Qin, kali ini saya tidak berbohong. Saya pikir, kamu pulang diantar Edwin. Bukan menuduh sih... bisa jadi yang menculik kamu si...

"Edwin. Gitu kan maksudnya? Nggak mungkin! Jangan menuduh orang sembarangan. Edwin bukan orang yang serendah itu," Bantah Qiana memotong ucapan Danial.

"Ya sudah... kalau orang sudah kepelet cinta seperti kamu. Seburuk apapun akan terasa indah di mata"

Qiana mendongak menatap Danial, mengkerut heran, mendengar kata-kata Danial barusan. "Alaah... sok bijak,"

"Kamu tetap nggak percaya? Tatap mata saya Qin" Danial prustasi, bagaimana caranya menjelaskan.

"Nggak mau. Belekkan," Qiana berpaling.

"Hahaha..." Danial tertawa renyah, memutar pundak Qiana agar menatapnya. Rupanya ucapan Danial dua bulan yang lalu tentang 'mata belek' selalu diingat Qiana.

Mendengar tawa Danial yang tak biasa, pada akhirnya Qiana menatap juga. Aneh sekali sikap suaminya pagi ini. Qiana berpikir bahwa Danial hanya membaik-baiki agar kejahatannya tertutupi.

"Terus... kenapa? Abang nggak mencari saya. Jika kamu bukan pelakunya?"

Danial geleng-geleng kepala. Lebih baik diam, percuma saja walaupun di jelaskan sampai berbusa. Toh, Qiana tak akan mempercayainya.

"Tuh kan diam! Berarti benar"

"Sudahlah Qiana, katanya kamu lapar. Saya juga lapar ini," Danial mengalihkan. Qiana pun akhirnya pergi ke dapur, meninggalkan Danial yang masih memikirkan siapa orang yang telah mengurung Qiana di toilet.

*****************

Hari berikutnya, tepatnya jam dua belas siang, Danial mengundang teman kuliahnya yang saat di pesta selalu melempar candaan.

"Ada apa loe, mengundang gue?" Tanya Raka. Pria lajang itu heran, baru kemarin malam reonian tetapi sudah ngajak ketemuan.

Danial menghisap rokok untuk yang terakhir kali, lalu mematikan, dengan cara menekan ke dalam asbak. "Gw heran Ka, siapa yang merusak pesta tahun baru kita kemarin?" Tanya Danial, menyelidiki.

"Merusak... Maksud loe?" Raka terkejut. Di pandangnya lekat wajah Danial.

"Loe memang nggak tahu, apa pura-pura nggak tahu?" Danial menjitak dahi sahabatnya lantaran mendekatkan wajah, sampai Danial memundurkan kepala.

"Gue benar nggak tahu Danial, sumpah. Nggak lama setelah bertemu loe, gue langsung pulang. Loe kan tahu calon bini gw itu, anak Mama." Raka tergelak tawa, baru sebentar di pesta itu, orang tua sang kekasih telepon terus menerus hingga akhirnya Raka pulang lebih dulu.

Danial lalu menceritakan jika terjadi kericuhan di pesta tahun baru alumni, dan juga menceritakan bahwa istrinya ada yang menyekap di toilet rusak.

"Serius, loe?" Mata Raka melotot. Lagi-lagi kena toyoran Danial.

Keduanya lantas membahas kejadian itu, mereka sepakat akan menyelidiki siapa yang sudah bertindak bodoh.

"Jadi... beneran. Loe sudah menikah lagi Dan? Gue nggak nyangka, ternyata janji loe sama Quinsha kalah sama godaan has*at. Hahaha"

Pletak!

"Aduuuh..."

"Makanya, jangan bacot!"

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

mungkin juga yg nyekap itu sengaja d bawa k sana supaya dia ga ada yg gangguin

2024-02-03

1

Dewi Anggya

Dewi Anggya

masih penasaran sich sm sosok Edwin

2024-01-31

0

Nur Hidayah

Nur Hidayah

Klo yg nyekap Qiana, beneran Edwin, tega amat sih😢

2024-01-05

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!