"Oeeekk... oeeekk..." Siang berlalu, berganti sore. Nazran baru saja bangun dari tidurnya. Qiana segera menggendong lalu mengayun-ayun.
"Mau susu kali ya?" Danial baru saja selesai mandi dan sudah salin kaos hendak membuat susu. Tetapi Qiana tidak menjawab. Sejak siang tadi mendiamkan suaminya itu.
"Ini... susunya. Biar Papa yang kasih susu" Danial memasukan pu*ing botol ke mulut Nazran, tetapi Qiana mengambilnya tanpa berkata-kata.
Danial menghela napas berat, tidak ada angin tidak ada hujan, tetapi Qiana mendiamkan sejak pulang dari rumah orang tuanya. Ia duduk diam berpikir. Kesalahan apa yang membuat Qiana ngambek? Otak cerdasnya langsung menangkap apa yang membuat Qiana diam.
"Selesai minum susu, Nazran mandi kan?" Tanya Danial membaik-baiki.
"Iya" Hanya itu jawaban Qiana. Lalu menidurkan Nazran.
Danial lalu menyiapkan bak diisi air untuk mandi putranya. Selama menikah dengan Qiana baru kali ini melakukan. Tentu saja membuat Qiana terkejut.
Tidak mau berpikir macam-macam Qiana mengikuti suaminya sudah siap handuk tersampir di pundak, sambil menggendong Nazran.
"Oeekk... oeekk..."
Kenapa-kenapa?" Danial kebingungan ketika bokong Nazran di masukkan ke dalam bak oleh Qiana kejer.
"Pantas saja nangis, nggak dikasih air hangat sih... Bapaknya saja kalau mandi pakai air hangat kok," Qiana berdecak kesal, tetapi suaranya biasa saja.
"Oh... maaf-maaf" Danial memperbaiki kesalahannya mencampur air dengan air hangat, setelah Qiana mengangkat tubuh Nazran kembali.
Danial turut menyabuni kaki Nazran, sesekali melirik Qiana yang tengah memandikan sambil mengajak ngobrol dengan mulut menyon-menyon, Danial menahan tawa.
"Sekarang, Papa memandikan Nazran dulu... terus bobo ya, nanti Papa gantian memandikan Bunda," Kelakar Danial. Air satu raup langsung di cipratkan ke wajahnya. Siapa lagi pelakunya, jika bukan Qiana. Kemudian beranjak menggendong Nazran ke kamar. Danial tersenyum lalu mengikuti Qiana. Bukan memandangi putranya yang tengah dipakaikan baju, tetapi menatap lekat leher nan putih bersih dari belakang. Rambut sebahu istrinya diikat asal itu telah membuat sekujur tubuh Danial menegang.
Duk!
"Aow" Danial memegangi hidung mancungnya yang kebentur kepala Qiana ketika tiba-tiba menoleh.
"Lagian... Abang ngapain sih? Berdiri sampai nempel begitu?"
"Nggak apa-apa"
"Jagain Nazran dulu, saya mau mandi"
"Lah... bukanya saya tadi sudah janji, mau memandikan kamu," Danial terkekeh. Qiana melengos mengacungkan tinju sambil berlalu ke kamar mandi.
"Yuk... kita keluar" Danial pun menggendong Nazran mengajak ke luar kamar. Berpapasan dengan Nunuk yang akan memanggilnya.
"Ada tamu Tuan, biar Nazran sama saya," kata Nunuk.
"Tidak usah, kamu belum mandi" tolak Danial. Tentu saja menolak lantaran Nunuk masih bau bawang, baru saja selesai memasak.
Danial ke ruang tamu melihat siapa yang datang. Rupanya Raka tamunya.
"Hai... keponakan. Gendong Om, yuk," Raka yang awalnya duduk segera beranjak hendak menggendong Nazran.
"Nggak boleh," tegas Danial menjauhkan putranya dari Raka. "Pakaian loe masih yang tadi pagi, mana bau lagi. Enak saja mau gendong anak gue," Lanjutnya.
Raka nyengir kuda lalu mengendus kaos yang dia kenakan, tidak banyak protes secara tidak langsung membenarkan penolakan Danial, lalu kembali duduk.
"Bagaimana hasil penyelidikan loe?" Tanya Danial sudah tidak sabar, ingin tahu siapa yang menyekap Qiana.
Raka menarik napas panjang, lalu menggeleng pelan. Ia lantas menceritakan bahwa yang tertangkap di CCTV hanya Qiana saat berlari keluar bersama para pengunjung lain. Tetapi ketika sampai di lorong, suasanya gelap. Lampu sengaja ada yang mematikan tentu saja si pelaku tidak ingin wajahnya tertangkap CCTV.
"Nazran" Suara Qiana yang baru saja muncul di balik pintu.
"Hai Qiana..." Sapa Raka tersenyum, melambaikan tangan ke arah Qiana yang berjalan anggun mendekat.
Danial menggeser duduknya agar Qiana duduk di sebelahnya.
"Hai, Kak" Qiana membalas senyum, lalu segera bergabung. "Oh, belum dibuatkan minum ya Kak," sambung Qiana.
"Tidak usah repot, saya tidak lama, kok" tolak Raka basa basi, padahal jika ditanya haus atau tidak, tentu saja sangat.
Qiana tersenyum hendak berdiri. Namun, tanganya ditahan Danial. "Tidak usah, biar Nunuk saja,"
Qiana pun menulis pesan pada Nunuk lewat WhatsApp, minta diambilkan minuman di kulkas. Tidak lama kemudian, minuman datang. Tentu saja, Nunuk lama lantaran mandi dulu.
Mereka ngobrol hangat sambil minum teh, dan kudapan. "Kok merk tea nya mirip nama kamu Qin" Kata Raka, meneliti kemasan gelas. Pria itu memang cepat bergaul dengan siapapun, tidak terkecuali Qiana.
"Teh ini memang salah satu produk kami Kak, teh rasa peppermint ini yang banyak diminati kebanyakan pria, kecuali pria di sebelah saya ini. Lebih tepatnya sih, bukan tidak suka. Hanya pura-pura nggak suka," Sindir Qiana.
Danial menoleh cepat, ke arah Qiana. Ia memang tidak menyukai minuman teh selain kopi dan susu.
"Hahaha... kapok loe Danial" Raka tertawa ngakak, melihat Danial tersenyum masam, membuang wajah ke kiri. Raka membiarkan saja, lantas membuka segel cup, kemudian meneguknya. "Waah... segar Qin"
"Syukurlah, kalau kak Raka suka, produk kami juga menyediakan berbagai rasa, Kak" Qiana menuturkan jika produk teh miliknya ada rasa mangga, setrobery, jeruk, dan banyak lagi yang disukai anak-anak"
"Hebat kamu Qin, ternyata bini loe pengusaha. Kenapa loe nggak bilang" Raka menunjukkan kekagumanya, menatap Danial yang hanya diam tidak berekspresi.
"Kira-kira kalau pacar saya bekerja sama kamu masih ada lowongan nggak, Qin?" Raka kali ini tanya serius.
"Loe nggak niat ngumpanin bini, belum menikah, sudah loe suruh kerja," potong Danial yang sejujurnya menyindir Qiana. Dalam hati kecilnya masih tidak rela Qiana berkerja. Tetapi akhir-akhir ini Danial tidak banyak menyinggung soal pekerjaan.
"Enak saja loe, jika gue boleh memilih, ingin bini gue di rumah, biar gue saja yang kerja. Tapi masalahnya, dia itu uring-uringan selama menganggur. Istri jaman sekarang itu, jangan disamakan dengan jaman orang tua kita dulu, Danial" Raka bertutur panjang lebar.
"Cakep Kak" Qiana meledek Danial, yang hanya menatap Raka datar.
"Jangan-jangan... kamu tidak diijinkan kerja sama laki loe ini Qin," tebak Raka. Langsung mendapat tatapan tajam mata Danial.
"Tidak usah dibahas kak, kalau calon kak Raka mau bekerja, besok suruh langsung temui saya." Pungkas Qiana.
"Terimakasih Qin" Raka senang sekali, istrinya akan mendapatkan pekerjaan. Selama di kantor calon istrinya bekerja ada pengurangan pegawai, termasuk dia, sekarang uring-uringan terus.
"Sama-sama Kak"
Raka pun akhirnya pamit pulang.
Jika tadi pagi, Qiana yang mendiamkan Danial, setelah kepergian Raka, kini, Danial yang mendiamkan Qiana.
Karena sampai malam Danial tidak mau ke luar dari ruang kerja, Qiana pun khawatir lalu masuk ke ruang tersebut. Rupanya suaminya tidur di sofa. Kakinya berjalan mendekati pria yang tidur melipat tangan di dada itu tampak tenang. Kamu itu kalau tidur begitu kalem banget, tapi kenapa?aslinya menyebalkan. Qiana memandangi wajah suaminya ingin memastikan tidur benar atau hanya sekedar menyendiri.
Qiana terlonjak kaget, kala tiba-tiba Danial menarik tanganya, hingga jatuh menimpa tubuh Danial.
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Erina Munir
pura2 tidur...meureeuunnn...
2024-02-03
0
Dewi Anggya
hihihihi modus si somplak 😜😜
2024-01-31
0
Nur Hidayah
Sayang banget kejadiannya nggak kerekam cctv
2024-01-05
0