Cecil
Lucy tak mau mengajakku berbicara sampai jam pelajaran selesai. Ia terus menatapku dengan sinis dan penuh amarah ketika aku bersikap bak orang yang tak bersalah. Untuk apa mempedulikan orang yang tak penting seperti dia?
Hari ini rencananya Lisa akan pulang lebih dahulu karena ada les yang harus dia ikuti. Aku melambaikan tangan pada Lisa dan berkata kalau aku masih menunggu sopir yang akan menjemputku pulang. Lucy menatapku dengan sebal dan terlihat sekali kalau ia sangat dendam padaku. Sengaja aku tersenyum dan berpura-pura bodoh di depannya. "Kenapa? Kamu masih marah sama aku?" tanyaku pura-pura polos.
"Aku tahu, kamu yang melakukan semua ini padaku. Kamu dendam bukan karena kemarin aku tinggal? Kenapa sih kamu membalasku dengan cara yang norak seperti ini? Aku tuh ninggalin kamu karena aku yakin kamu bisa melawan Egi, sedangkan Lisa, mana bisa dia melawan Egi? Lisa itu terlalu lembut dan baik hati pada semua orang, berbeda dengan kamu karena kamu kuat dan jago taekwondo, karena itu aku mempercayakan Egi padamu!" kata Lucy beralasan.
Dalam hati aku ingin tertawa dengan kencang. Alasan macam apa itu yang diberikan oleh Lucy. Hanya karena aku jago taekwondo jadi aku harus membereskan masalah yang dibuat oleh Lisa, gitu? Enak saja! Lalu apa kata dia tadi, Lisa itu lembut dan baik hati pada semua orang? Tidak salah? Andai Lucy tahu kalau Lisa yang sudah menjebakku di sebuah gudang dan membuatku mati, apa dia masih menganggap kalau sahabatnya itu adalah orang yang baik?
Sebuah ide tiba-tiba melintas di benakku. Bagaimana kalau orang seperti Lucy yang selama ini setia pada Lisa juga aku rebut? "Sejujurnya aku agak kesel sih karena kamu ninggalin aku. Bukan karena alasan aku bisa melawan Egi tapi karena aku merasa kamu itu tidak setia kawan. Saat dulu kita semua berhadapan dengan preman, aku tidak kabur seorang diri, aku membela kamu dan Lisa agar kita semua selamat tapi saat berhadapan dengan Egi, kamu malah meninggalkanku seorang diri. Aku tidak suka sikap kamu yang seperti itu. Namun bukan berarti aku harus menjahilimu hanya untuk membalas rasa tidak sukaku. Cobalah kamu bercermin, Mungkin ada yang tidak suka denganmu Makanya kamu diperlakukan seperti ini."
Aku berdiri dan membawa tasku. Aku berjalan keluar dari kelas namun aku berhenti sejenak di pintu. "Kamu tidak tahu rasanya benar-benar ditinggalkan oleh orang lain. Kamu juga tidak tahu rasanya dikhianati oleh orang lain. Kalau kamu tahu, rasanya sangat sakit." Aku pergi dan meninggalkan Lucy yang sengaja pulang terakhir karena malu dengan roknya yang robek.
Saat sedang berjalan di lapangan aku melihat Leon. Aku harus mendekati Leon sekarang. Bukankah ia setuju agar kami berdua selingkuh di belakang Lisa? Sekarang kesempatan untukku mendekatinya!
"Leon!" Aku berteriak memanggil nama Leon.
Lelaki tampan dengan postur tubuh yang tinggi dan tegap itu berbalik badan. Ia melihatku yang sedang berlari dan tersenyum lebar. Oh My God, dia ganteng banget. Apakah mungkin laki-laki setampan itu akan melakukan hal yang diceritakan oleh Egi? Aku rasanya tidak ingin percaya. Dari sudut manapun Egi terlihat lebih cocok sebagai penjahatnya bukan Leon.
"Kamu baru mau pulang?" tanyaku dengan nafas yang masih tersengal sehabis berlari mengejarnya.
"Iya. Kamu juga mau pulang? Dijemput sopir atau naik taksi?" tanya balik Leon padaku.
"Katanya sih mau dijemput sama sopirku tapi sampai sekarang belum datang juga. Tunggu, ada pesan masuk." Aku membuka ponselku dan supirku mengirim pesan kalau ia sedang terjebak macet. Aku menyuruhnya pulang saja. Aku akan bersama Leon, kesempatan ini jangan dilewatkan.
"Supirku terjebak macet. Aku ... boleh bareng sama kamu tidak ... Leon Sayang?" Aku kembali tersenyum, Leon harus bisa kudapatkan.
Leon melihat keadaan sekitar, mengecek keadaan apakah aman atau tidak. "Tenang, Lisa udah pulang kok. Hari ini dia ada les dadakan," jawabku seakan tahu apa yang Leon khawatirkan.
"Oke. Ayo kita pulang!"
Aku tersenyum lebar karena senang Leon terkena jebakanku. Aku pergi ke parkiran mobil dan naik mobil Leon, tentunya di depan di samping Leon, tempat biasa Lisa duduk. Ternyata Leon itu tidak terlalu sulit untuk digoda. Aku pikir dulu ia adalah laki-laki yang setia dan baik hati namun ternyata setelah aku tahu, ia tak sebaik itu.
Aku mengeluarkan sesuatu dari dalam Tasku dan memberikannya pada Leon. Sesuatu yang sudah aku siapkan dan selalu aku bawa untuk berjaga-jaga kalau momen seperti ini datang. "Leon, ini buat kamu!"
"Apa ini?" Leon membuka kotak yang kuberikan. Ia terkejut namun tak lama ia tersenyum lebar. "Sebuah jam? Serius buat aku?"
Aku tersenyum dan mengangguk dengan penuh keyakinan. "Iya. Aku belikan untuk kamu sebagai kado untuk kedekatan hubungan kita."
"Terima kasih banyak ya, Cil. Asli, aku suka banget dengan jam ini, kok kamu bisa tahu sih jam yang aku suka?" Leon memakai jam yang kuberikan di pergelangan tangan kirinya dan menaruh jam lamanya di atas dashboard mobil. Wajahnya berseri bahagia.
Sudah jelas aku tahu karena dulu Leon pernah cerita kalau ia sangat suka dengan jam tangan ini. "Tau dong. Aku tahu apa yang kamu suka. Kita mau ke mana sekarang? Kayaknya jalan ke mall lebih seru deh dibanding langsung pulang."
"Oke. Terserah Princess Cecil aja deh!" Leon pun mengemudikan mobilnya.
Dari kaca spion aku dapat melihat Lucy yang baru keluar gerbang sambil menutupi belakang roknya dan berjalan dengan menunduk. Puas rasanya bisa mengerjai Lucy. Besok aku kerjai lagi ah!
Tak sia-sia selama ini aku dekat dengan Leon. Ternyata aku jadi tahu banyak tentangnya dan obrolan kami bisa nyambung. Aku tahu mana saja superhero kesukaan Leon dan aku yakin sekali kalau Leon lebih nyaman saat bersamaku dibanding saat bersama Lisa.
"Bagus yang mana, Cil?" Leon mengangkat dua action figure di tangannya dan memintaku memilih salah satu.
"Yang kecil. Ekspresi wajahnya lebih natural dan kayaknya ini edisi terbatas deh," jawabku. Jelas aku tahu, di masa depan Leon pernah menunjukkan padaku action figure ini yang memang agak langka.
"Wah, kamu keren, Cil. Kamu tahu loh kalau itu langka." Leon membayar action figure dan mengajakku pergi dari toko mainan.
"Aku senang deh pergi sama kamu, Cil. Kita satu frekuensi. Lain kali, kita jalan lagi ya! Kamu memang pacarku yang paling keren!"
Yes, akhirnya Leon mengakuiku pacar. Selangkah lebih maju, Cil. Satu langkah lebih dekat menuju rencanaku. Kamu kini tak akan bisa jauh dariku, Leon. Tak akan bisa. Meski sedikit, aku sudah berada di dalam hatimu dan aku yang serakah ini akan menempati seluruh tempat di hatimu. Tunggu saja!
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
jngn sampai terperangkap oleh ulahmu sendiri cill
2024-11-05
0
Bonny Liberty
Cecil belum pernah ketemu sama sikopat ya...tuch Leon salah satu nya
2024-03-05
0
📵Uʅαɳ RҽɱႦυʅαɳ📵
wkwkwk 🤣 rasain tuh kamu Lucy
semangat cil deketin Leon nya 🤭
2024-02-22
0