Cecil
Jika ada orang yang tak bisa aku lupakan dalam hidupku, tentu orang tersebut adalah laki-laki brengsek yang aku temui di hari aku terbakar hidup-hidup. Laki-laki yang sudah merenggut kesucianku dan meninggalkanku terbakar di gudang hari itu sampai aku mati.
Aku takkan pernah bisa melupakan wajahnya. Wajah laki-laki paling brengsek di dunia ini. Laki-laki yang akan aku bunuh jika kami bertemu lagi.
Aku tak menyangka kalau aku akan bertemu dengan laki-laki itu lagi. Laki-laki itu datang menemui Lisa. Sudah kuduga, Lisa memang mengenal laki-laki tersebut. Aku juga sangat yakin kalau Lisa yang sudah menyuruh laki-laki itu untuk merenggut kesucianku dan mengurungku di gudang sampai terbakar.
Aku diam-diam memperhatikan kedekatan hubungan Lisa dengan laki-laki tersebut. Mereka terlihat sedang berbeda pendapat. Lisa agak marah lalu laki-laki itu mengejar Lisa dan menarik tangannya. Lisa menghempaskan tangan laki-laki tersebut dengan kasar. Sayangnya aku tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Kalau aku keluar dari pagar rumah hanya untuk menguping, Lisa pasti curiga kalau aku mengikutinya. Semua akan kacau. Sabar. Aku harus menahan diri.
Cepat-cepat aku kembali ke dalam rumah dan berusaha menenangkan diriku. Jantungku bertalu dengan kencang dan lututku rasanya lemas setelah bertemu laki-laki itu. Aku tak menyangka kalau kami akan bertemu lagi. Aku pikir laki-laki itu adalah pemabuk yang sedang bersembunyi di dalam gudang milik PT Anggada namun ternyata laki-laki tersebut memiliki hubungan yang lumayan dekat dengan Lisa. Sedekat apa mereka? Aku harus mencari tahu semuanya karena aku tahu laki-laki itu sangat berbahaya.
Lisa kembali lagi ke ruang keluarga dengan wajah yang kesal. Ia berusaha memaksakan senyum di wajahnya agar keluarganya tak tahu kalau ia habis bertengkar di luar. Kami tak lama berada di rumah Lisa. Kami pamit pulang setelah Papa dan Pak Anggada bersalaman. Kesepakatan bisnis sudah terjalin antara keduanya.
****
"Dia mencarimu lagi? Untuk apa?" Lucy bertanya pada Lisa dengan suara pelan. Aku pura-pura makan padahal aku menyimak percakapan mereka berdua.
"Dia bilang kalau hubungan kami belum selesai." Lisa memijat keningnya. Wajahnya terlihat agak kusut.
"Belum selesai? Bagaimana bisa? Kalian sudah selesai. Kamu sudah memutuskan hubunganmu dengannya waktu itu. Kenapa sih dia masih saja ingin mengejar-ngejar kamu?" kata Lucy yang ikutan emosi.
Lisa mengangkat kedua bahunya dengan lemah. "Entahlah. Aku tak tahu apa maunya."
"Kalau begitu, kamu laporkan saja pada Leon. Biar dia yang urus saudara tirinya tersebut!"
Kali ini, aku tak bisa berpura-pura tak mendengar. Aku mengangkat wajahku dan Lucy tahu kalau aku terkejut dengan apa yang ia katakan. "Kenapa, kamu juga mau tahu? Penasaran? Mau ikut campur?"
"Lucy, jangan begitu ah pada Cecil. Dia juga sahabatku. Cecil juga berhak tahu." Lisa kini membelaku. Tentu saja dia akan membelaku, hubungan kami sekarang sudah jauh lebih dekat apalagi ditambah dengan hubungan kerjasama bisnis antara perusahaan milik Papaku dengan perusahaan milik Papanya. Dengan kesal Lucy membuang pandangannya.
"Maaf, aku tidak mau mencampuri urusan kamu. Aku hanya penasaran, benarkah Leon punya saudara tiri?" Aku memberanikan diri bertanya pada Lisa. Sudah terlanjur ketahuan, lebih baik aku nyebur sekalian.
"Iya. Leon punya saudara tiri, namanya Egi. Egi adalah anak Papanya Leon dari selingkuhannya. Ya ... bisa dibilang anak haram. Setelah ibu kandung Egi meninggal, ia tinggal di rumah Leon. Sungguh berbeda dengan Leon yang ramah dan sopan, Egi agak berandalan dan hidup sesukanya. Sejak dulu Egy sudah menyukaiku namun aku lebih memilih Leon. Berbagai cara Egi lakukan agar bisa merebutku dari Leon. Semalam saat kamu ke rumahku, Egi juga datang. Dia membujukku untuk menerima cintanya," jawab Lisa dengan jujur.
Ternyata laki-laki brengsek itu bernama Egi, ternyata dia juga adalah saudara tiri Leon? Seperti kata Lisa, dia itu laki-laki yang sangat berbeda dengan Leon. Ia berandalan dan pasti bukan laki-laki baik. Kalau dia memang laki-laki baik, malam itu ia tak akan pernah mengambil kesucianku dengan teganya.
"Aku baru tahu kalau Leon punya saudara tiri. Aku pikir Leon adalah anak tunggal. Di mana Egi bersekolah?"
"Dimana Egi bersekolah itu bukan urusanmu. Mau tahu banget sih?" Lucy menjawab pertanyaanku dengan ketus.
"Maaf. Aku lagi-lagi ikut campur. Aku tak berniat begitu. Aku hanya takut Lisa terus diganggu olehnya. Kalau sekolahnya dekat dari sekolah kita, bisa saja suatu hari nanti dia datang dan mencari Lisa serta membuat keonaran di sini. Mungkin saat itu terjadi, aku bisa menolong Lisa dengan kemampuan bela diriku," kataku dengan manis.
"Sudahlah, kalian tak perlu berdebat. Cecil benar, bisa saja dia membuat ulah. Ah, aku benar-benar tidak menyukainya." Lisa menghela nafas dalam.
"Kalau begitu, kita pulang bareng saja. Aku tak mau dia datang dan mengganggumu." Lagi-lagi aku bersikap bak teman yang baik dan selalu melindungi Lisa.
"Boleh saja. Terima kasih ya, Cecil. Kamu memang sangat baik." Lisa lalu mengomeli Lucy yang selalu berkata ketus padaku. "Kamu jangan ketus terus pada Lisa. Dia itu baik dan perhatian padaku. Pokoknya, aku mau kedua sahabatku selalu akur, oke?"
"Oke," jawabku dan Lucy berbarengan.
Beberapa hari ini Anita tak masuk sekolah. Alasannya karena sakit. Aku tahu Anita tidak benar-benar sakit karena aku pernah mengalaminya. Waktu itu aku tidak masuk beberapa hari karena membantu mengerjakan pekerjaan Ibu karena Ibu sakit. Pulang sekolah ini, aku berencana mengunjungi Anita dan melihat keadaannya.
Aku dan Lisa berjalan keluar gerbang. Betapa terkejutnya aku saat melihat Egi berdiri di depan gerbang sekolah. Berani sekali dia datang dan menampakkan wajahnya di depan sekolah Leon.
Sama sepertiku, Egi juga terkejut melihatku. Tunggu, kenapa dia harus terkejut? Bukankah kami tidak saling kenal?
"Mau apa kamu?" tanya Lisa dengan wajah kesal. Lisa menengok ke belakang beberapa kali, memastikan Leon tak akan melihatnya bertemu saudara tirinya. Leon ada tugas dari sekolah karena itu ia tak bisa pulang bareng dengan Lisa.
"Aku kangen kamu. Kita jalan yuk!" ajak Egi.
Deg!
Suaranya tak akan pernah aku lupa. Tubuhku rasanya meremang. Sekuat tenaga aku menahan tubuhku yang lemas dan seolah ingin ambruk. Tidak. Jangan lemah sekarang. Aku tak boleh memperlihatkan kalau aku mengenal Egi.
"Aku tidak mau!" tolak Lisa.
Egi menatapku dengan kening berkerut. "Siapa dia?"
"Kenapa? Dia salah satu temanku! Pergilah! Jangan pernah datang lagi ke sekolah ini!" usir Lisa.
"Terserah aku mau datang atau tidak."
"Aku tak mau bertemu kamu lagi!" kata Lisa dengan tegas.
"Kalau kamu tak mau bertemu denganku, maka aku bisa bertemu dengan temanmu. Boleh 'kan?" Egi tersenyum kecil menatapku.
Kenapa ia berkata seperti itu? Apa maunya? Kenapa sikapnya seolah-olah dia mengenalku?
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
apakah Egi dari masa lalu jugaaa
2024-11-05
0
Aysana Shanim
Sepertinya egi juga dari masa depan.
Curiga banget pas waktu udang kebakaran, mungkin aja Lisa jebak Cecil sama egi. Dan pengen ngebakar dua duanya. Lisa benci Cecil dan egi kan.. Pengen nyingkirin mereka pasti. Sayangnya egi dlm pengaruh alkohol waktu itu jadi dia ngira Cecil adalah Lisa.
2024-06-16
1
📵Uʅαɳ RҽɱႦυʅαɳ📵
duh apa Egi juga mengalami kaya Cecil 🤔
2024-02-20
0