Cecil
"Aku?" Aku menunjuk diriku sendiri. "Kenapa aku harus menyiram Lisa? Aku sakit perut dan berada di toilet lantai bawah. Mana mungkin aku menyiram Lisa?"
Aku harus tenang. Lucy sedang mencurigaiku saat ini. Sebelumnya, Lucy bertanya tentang diriku. Pasti dia tak percaya kalau aku memang berada di kubu yang sama dengan Lisa.
"Entahlah." Lucy mengangkat bahunya. "Mungkin kamu mau menolong ... Anita?"
Wah ... Lucy bahaya nih. Dia lebih pintar dari Lisa. Baru saja aku hendak menjawabnya lagi, Lisa sudah membelaku.
"Tidak mungkin Cecil seperti itu. Aku bertemu dengannya di dalam toilet. Dari lantai atas ke bawah lumayan jauh. Cepat sekali ia berlari sampai masuk ke toilet lantai bawah? Rasanya tak mungkin, memangnya dia atlit lari?" bela Lisa.
"Aku tak yakin. Mungkin saja dia berniat mendekatimu dengan tujuan tertentu. Hati orang siapa yang tahu?" Lucy tetap tak mempercayaiku.
"Sudahlah, ayo kita makan lagi!" Lisa berusaha mencairkan suasana. Kami mengobrol tentang hal yang benar-benar tidak penting. Tentang pekerjaan dari orang tua murid. Aku baru tahu kalau ada kategori tertentu dimana orang tua yang level pekerjaannya rendah akan menunjukkan kasta anaknya di sekolah. Itulah mengapa dulu aku berada di kasta terendah dan menjadi sasaran bullying mereka. Aku muak sekali mendengar percakapan yang tidak berbobot seperti ini. Lebih baik aku membaca buku saja daripada mendengarkan para anak orang kaya ini pamer kekayaan.
Sejak saat itu setiap istirahat aku akan bergabung dengan Lisa untuk makan siang di kantin. Banyak pasang mata yang menatapku dengan tatapan iri karena sekarang aku adalah member baru Lisa Cs. "Pulang sekolah ke Mall yuk! Aku mau beli sepatu. Sepatuku sudah rusak." Lisa menggoyangkan kakinya. Sepatu miliknya masih bagus namun ia bilang sudah rusak? Dasar anak orang kaya sombong dan boros!
"Ayo aja," jawab Lucy cepat.
Aku diam saja saat yang lain mengiyakan ajakan Lisa. Langkah Lisa terhenti dan menatapku. "Kamu tak mau ikut, Cil?"
"Aku diajak?" tanyaku balik.
"Diajak dong. Kamu sekarang sudah bagian dari geng kita. Kamu ikut ya, nanti kita semua naik mobilku, oke?" ucap Lisa.
"Oke."
Keren! Aku kini sudah benar-benar satu genk dengan Lisa. Bukan hanya diajak makan siang, aku juga diajak ke Mall. Apakah Leon akan ikut serta?
Ternyata kami pergi berlima. Lisa, Lucy, Riska, Rara dan aku. Riska dan Rara lebih banyak diam dan mengobrol berdua sedangkan Lisa sangat dekat dengan Lucy. Aku kini ada di antara mereka berdua.
Di Mall, para anak orang kaya ini keluar masuk toko dan membeli apapun yang mereka suka tanpa memperdulikan harganya. Meski aku punya uang, aku masih berpikir sebelum membeli sesuatu. Hanya aku yang membeli satu barang yakni casing handphone sementara yang lain membeli banyak barang, termasuk Lisa yang membeli gantungan kunci couple untuk dirinya dan Leon.
Lucy menatapku dengan tatapan merendahkan. Seolah aku tak punya uang untuk berbelanja. Aku tak peduli. Targetku Lisa, bukan Lucy. Kalau dia mengganggu rencanaku maka dia akan aku hancurkan terlebih dahulu.
Riska dan Rara pulang berdua dengan taksi karena berbeda arah. Hanya tinggal aku, Lisa dan Lucy satu mobil. Saat sedang asyik mengobrol di dalam mobil milik Lisa, tiba-tiba mobil yang kami tumpangi mogok. Aku mau tertawa melihat Lisa marah-marah pada supirnya. Ia malu karena mobil mewahnya bisa mogok.
"Bikin malu saja nih. Memangnya tidak di service?" omel Lisa pada supirnya yang sudah agak tua. Beberapa kali supir Lisa meminta maaf. Aku tak tega melihatnya
"Bagaimana kalau kita naik taksi saja?" usulku. Hari semakin malam dan Mama pasti khawatir karena aku belum pulang sekolah.
"Apa boleh buat, Cecil benar. Kita naik taksi saja." Kami semua pun turun dari dalam mobil dan menunggu taksi yang tak kunjung datang. Mobil Lisa sudah diderek dan kami masih menunggu taksi yang selalu penuh.
"Kita jalan ke sana saja, bagaimana? Kalau di tempat ini, kayaknya kita tidak akan dapat taksi deh," usul Lucy. Kami semua setuju dengan usul Lucy. Kami berjalan ke jalan raya yang agak ramai.
Saat menunggu taksi tiba-tiba ada beberapa anak muda yang sedang mabuk berjalan ke arah kami. Aku merasakan radar bahaya, begitupun dengan teman-temanku.
"Hai cewek! Bagi duit dong buat beli minuman!" Salah seorang pemuda itu berjalan mendekat. Lisa terlihat ketakutan dan mundur selangkah. Lucy pun demikian. Ternyata kedua orang itu cuma berani melawanku di sekolah tetapi saat menghadapi preman-preman seperti ini mereka sangat takut.
"Kami tidak mau kasih!" jawabku dengan tegas.
Lisa dan Lucy kompak memarahiku yang membuat para pemuda itu menjadi emosi. "Cecil! Kasih aja sih! Jangan bikin masalah!" Omel Lucy padaku.
"Iya, kita kasih aja. Yang penting kita bisa pergi dengan selamat." Lisa pun setuju dengan pendapat Lucy.
"Aku tidak mau," tolakku dengan tegas. "Kalau kalian mau uang, kalian cari sendiri. Kalau aku memberikan uang pada kalian, pasti akan kalian gunakan untuk mabuk-mabukan dan kalian akan melakukan tindakan kejahatan lainnya. Aku tidak mau kasih," jawabku dengan berani.
"Berani ya kamu melawan kami? Dasar anak cewek cengeng, aku pukul sedikit juga kamu nangis!" jawab salah seorang pemuda tersebut dengan sok berani.
"Oh ya, sini maju kalau berani! Siapa yang akan nangis, aku atau kalian!" tantangku balik.
"Cecil!" Lucy dan Lisa semakin takut dan bersembunyi di belakangku.
Aku memberikan paper bagku pada Lucy. "Tolong pegangin!" Aku pun maju dan melawan satu persatu pemuda yang tadi meminta uang pada kami. Bagiku mudah saja melawan mereka. Fisikku sangat kuat. Aku juga jago berkelahi karena selalu memenangkan beberapa kali turnamen kejuaraan Taekwondo dan mendapatkan medali emas. Ketiga orang itu babak belur aku hajar dan mereka pun pergi meninggalkan kami dengan wajah ketakutan.
Lisa terpukau dan memuji kehebatanku. "Gila, Cecil! Kamu keren banget! Aku tak menyangka kalau kamu sehebat itu. Kamu tuh memang cocok masuk ke dalam geng kita. Aku tak akan pernah deh meragukan kehebatan kamu. Terima kasih banyak, Cecil. Kalau bukan karena kamu pasti kita semua sudah kehilangan barang-barang kita. Terima kasih ya, kamu memang temanku yang paling hebat!"
Aku tersenyum mendengar Lisa memujiku. Sementara Lucy meskipun tampak tak suka dengan kehebatanku namun akhirnya ia tetap berterima kasih. "Makasih, Cil. Ternyata kamu jago juga ya beladiri. Kita selamat karena kamu."
"Ah, enggak kok. Mungkin karena mereka sedang mabuk jadi tenaganya tidak banyak dan aku bisa melawannya. Kalau aku sendiri menghadapi mereka yang dalam keadaan sadar, aku pasti akan kalah." Di saat aku berbicara dengan Lucy, Lisa mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi Leon. Aku diam-diam mendengar percakapan mereka.
"Sayang, aku hampir saja kena musibah. Kamu di mana? Sudah, tinggalkan saja Anita. Kamu jemput aku sekarang!" perintah Lisa.
Aku menatap Lisa dengan tatapan penuh tanda tanya. Leon sedang bersama Anita dan Lisa tahu? Apa ini juga bagian dari rencana Lisa? Kenapa aku merasa ada yang janggal dengan semua ini? Apa yang Lisa sedang rencanakan?
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
sedih sekali ya di bully karena harta
2024-11-05
0
BirVie💖🇵🇸
waaahhhhhh mau ngejebak Anita kaya Cecil dulu yaaa hhmmm
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
2024-02-13
1
BirVie💖🇵🇸
pinter Lucy nih
2024-02-13
0