Penjelajah Waktu

Cecil

"Jangan ganggu temanku dan jangan ganggu hidupku lagi atau-" Belum selesai Lisa mengancam, Egi sudah memotong ucapannya.

"Atau apa? Atau kamu akan melaporkanku pada Leon? Silahkan, laporkan saja aku. Aku tak takut. Memangnya kamu pikir, aku datang ke sini sembunyi-sembunyi? Aku malah ingin Leon melihatku dan tahu kalau dia sudah merebut kekasihku!" balas Egi.

"Aku tak pernah menjadi kekasihmu!" balas Lisa.

"Oh ya? Kamu kekasihku sampai kamu tahu kalau Leon adalah anak yang sah di mata hukum dan aku anak haram. Aku tahu kamu mengincar harta keluargaku. Lis, aku juga anak Papa. Aku juga punya bagian di keluarga itu!"

Lisa tersenyum mengejek Egi. "Bagian? Jangan mimpi! Selamanya kamu akan tetap menjadi anak haram! Jangan bermimpi deh. Aku tak mau denganmu!"

"Kamu!" Egi menunjuk Lisa dengan tatapannya yang marah.

Aku harus berakting sebagai teman yang baik. Ini kesempatanku. Aku menepis tangan Egi. "Jauhkan tanganmu dari temanku!"

Tatapan Egi kini beralih padaku. Sebuah bunyi klakson membuat kami semua menoleh. Lucy datang dan mengajak Lisa pergi. "Lisa, ayo pergi! Aku antar!"

Lisa? Hanya Lisa? Lalu bagaimana denganku? Lucy sialan!

Lisa pergi tanpa ragu meninggalkanku yang harus menghadapi kemarahan Egi. "Cil, aku serahkan Egi padamu. Aku percaya kamu bisa menghadapinya!" teriak Lisa.

Sebelah alis Egi terangkat. "Kamu ditinggal? Ha ... ha ... ha ... itu yang kau sebut teman? Teman macam apa yang begitu?" Egi puas sekali menertawaiku.

"Dia ... bukan teman sejatiku." Aku hendak pergi namun Egi mencekal pergelangan tanganku

"Kamu mau ke mana? Pergi begitu saja? Tadi kamu berani sekali padaku dan sekarang mau segampang itu pergi?" tanya Egi sambil tersenyum padaku.

Kenapa senyum Egi terlihat sangat menyeramkan dan membuat bulu kudukku meremang. Aku tak bisa berurusan dengan orang ini. Aku selalu teringat dengan apa yang ia lakukan padaku. Aku selalu menjadi lebih lemah saat di depannya. Aku tak boleh menunjukkan kelemahanku. Cecil yang sekarang adalah Cecil yang kuat, bukan Cecil yang lemah, yang bisa dizholimi dan disakiti oleh orang-orang jahat itu.

"Mau pulang. Tujuanmu datang ke sekolah ini untuk bertemu dengan Lisa, bukan? Lisa sudah pulang, ya udah aku juga akan pulang." Aku berusaha melepaskan pergelangan tanganku namun ternyata tenaga Egi cukup kuat.

Egi menatapku dengan lekat. Ia seperti sedang memindai sesuatu dalam diriku. "Kenapa aku merasa kalau kamu seperti mengenalku ya?"

"Tidak. Kamu pasti salah. Aku tidak kenal kamu." Aku berusaha melepaskan tanganku namun Egi tetap tidak melepaskannya.

Egi masih menatapku dengan lekat dan ia kembali bertanya padaku "Yakin kita tidak pernah bertemu sebelumnya?"

"Sangat yakin. "

Egy tersenyum lagi. Senyum yang membuatku merinding dibuatnya. "Aku tahu kamu berbohong."

"Tidak, aku tidak berbohong. Lepaskan tanganku, aku mau pulang!"

"Aku akan melepaskan tanganmu kalau kamu berkata jujur. Kamu mengenalku bukan?" desak Egi.

"Aku sudah bilang kalau aku tidak mengenalmu. Aku tadi hanya membela Lisa, tidak lebih."

"Untuk apa kamu membela Lisa? Kamu pasti sudah tahu kalau dia bukan teman sejatimu? Apa tujuanmu? Jangan-jangan ... kamu melakukannya karena ingin membalas dendam pada Lisa, benar bukan?"

Kenapa Egi bisa tahu apa yang kupikirkan? Bahaya ini, Egi jangan sampai tahu kalau aku berasal dari masa depan dan punya urusan dengannya. Aku harus menghindari orang ini.

"Kenapa aku harus membalas Lisa? Dia teman yang baik. Kami tidak ada permasalahan selama ini. Sudahlah, lepaskan aku. Aku mau pulang!"

Akhirnya Egi melepaskan tanganku. Baru saja aku hendak pergi, suara Egi membuatku terdiam membeku di tempat.

"Aku tahu kenapa kamu ingin membalas Lisa. Pasti karena kamu dendam dengan apa yang ia lakukan. Aku tahu kamu berbohong, kamu pasti mengenalku karena kita menghabiskan waktu bersama hari itu."

Jeger!

Rasanya seperti mendengar suara petir di siang bolong. Jantungku bertalu dengan kencang. Tanganku terasa dingin dan kenangan buruk perbuatan yang dilakukan oleh Egi di hari kematianku membuat tubuhku terasa bergetar dan air mataku ingin turun. Egi adalah laki-laki yang sangat jahat. Dia sudah merenggut kesucianku dan meninggalkanku terbakar di dalam gudang itu sampai mati.

Tunggu!

Kami tak kenal sebelumnya di tahun ini. Kenapa Egi mengatakan kami menghabiskan waktu bersama hari itu? Jangan-jangan, Egi juga berasal dari masa depan dan kembali ke masa lalu seperti diriku? Kalau memang benar demikian, apa yang akan Egi lakukan terhadapku? Apakah ia akan memberitahu Lisa kalau aku sudah bereinkarnasi dan kembali ke masa lalu untuk membalas dendam padanya?

Aku mendengar langkah Egi mendekat namun tubuhku seakan kaku dan tak bisa digerakkan. Mungkin inilah kenapa korban pemerkosaan jika bertemu dengan pelaku kejahatan hanya bisa diam dan tak berani membela diri. Otak kami seakan membeku dan tubuh tak bisa digerakkan.

Egi kini sudah berdiri di depanku dan menatapku dengan lekat. "Sepertinya apa yang aku katakan benar, kalau tidak, ekspresimu tak akan sekaget ini." Egi lalu menurunkan suaranya agar tak ada yang mendengarnya. "Kamu berasal dari masa depan juga, bukan?"

Mataku terbelalak mendengar apa yang dikatakan oleh Egi. Darimana dia tahu? Apakah sikapku begitu jelas? Gawat ini. Aku mungkin dalam bahaya.

"Ternyata benar. Jangan bilang kalau kamu adalah gadis yang ada di gudang waktu itu?" tanya Egi masih dengan nada setengah berbisik.

Air mata mulai memenuhi mataku. Perlahan tubuhku mulai bisa digerakkan. Aku beranikan diri menatap Egi dengan tatapan penuh kebencian. "Kamu bicara apa? Jangan sembarangan kalau berbicara!"

"Kalau benar demikian, aku tahu semua tentangmu. Ternyata, bukan aku saja yang kembali ke tahun ini, kamu juga. Senang rasanya mengetahui kalau bukan hanya aku seorang yang melakukan perjalanan waktu. Kamu juga 'kan? Pantas saja kamu terlihat sok berani padahal sebenarnya kamu takut padaku. Jadi ... apa alasanmu mendekati Lisa? Mau balas dendam atas kematianmu?" Egi mengacuhkan ucapanku.

"Aku enggak ngerti kamu ngomong apa!" Aku ingin pergi namun Egi kembali mencekal pergelangan tanganku. Dia mengangkat tanganku lalu menunjukkan sesuatu yang baru saja aku sadari.

"Ini buktinya. Ada tanda seperti tanda lahir di lenganmu, tanda yang sama seperti punyaku. Itu artinya kamu adalah penjelajah waktu. Jangan pura-pura tidak tahu apa maksud ucapanku." Egi tak melepaskan tanganku, ia menggenggamku erat lalu menunjukkan tangannya yang memiliki tanda lahir yang sama sepertiku.

"Lepas!" Aku ingin pergi namun Egi tetap tidak membiarkanku pergi. Ia mencegahku kali ini dengan ucapannya.

"Kalau memang kamu dari masa depan ... aku ingin meminta maaf atas apa yang aku lakukan padamu."

Aku mengurungkan niatku untuk pergi. Aku memberanikan diri menatapnya dan kulihat tatapannya penuh dengan penyesalan.

"Maafkan aku. Hari itu, aku melakukannya tanpa aku sadari. Ada yang menjebakku dan memasukkan sesuatu ke dalam minumanku sampai aku tak sadar dengan apa yang kulakukan. Aku sama sepertimu, aku juga tidak bisa kabur dari jebakan yang ada gudang itu. Saat aku tersadar dengan semua yang kuperbuat dan ingin menyelamatkanmu, gudang itu sudah terlanjur meledak. Percayalah, hidupku jauh lebih berada di neraka setelah itu. Aku amat menyesal. Maukah kamu memaafkanku?"

****

Terpopuler

Comments

ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ

ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ

Cecil dan Egi sama² kena jebakan

2024-11-05

0

Aysana Shanim

Aysana Shanim

Kan bener lagi.. Sepertinya egi sebenernya baik orangnya. Dia juga korban Lisa.

2024-06-16

1

Aysana Shanim

Aysana Shanim

Kan beneer dugaanku. Mereka berdua mati digudang gegara Lisa keknya

2024-06-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!