Jangan Kembali Miskin

Cecil

Papa menatapku dengan tatapan heran. Papa segera memutuskan sambungan teleponnya dan berbicara serius denganku. "Keadaan kamu gimana sekarang, Sayang? Maaf ya, Papa tak sempat ke rumah sakit. Papa sedang meeting dengan klien saat mendengar berita kalau kamu pingsan di rumah. Tadi kamu bilang apa? Papa sedang menelpon klien lalu kamu bilang jangan invest ke Mall Opra? Memangnya kenapa?"

"Pa investasi di Mall itu enggak akan menguntungkan Papa, lebih baik Papa batalkan saja investasi itu." Jawabanku malah membuat Papa tersenyum kecil dan tidak percaya dengan ucapanku. Di mata Papa, aku masih anak kecil, mana mungkin aku mengerti bisnis. Tentu saja Papa menyepelekan jawabanku.

"Oh ya? Menurut kamu investasi di Mall itu tidak bagus? Lalu, Papa harus investasi di mana?" Papa lalu duduk di atas kasurku dan siap untuk mendengarkan jawabanku. Ini yang kusuka dari Papa, sifatnya sabar dan mau mendengarkan perkataanku.

"Pa, bagaimana kalau Papa investasi di bidang kesehatan atau di restoran siap antar?" usulku.

"Bidang kesehatan? Restoran? Cecil Sayang, bisnis Mall ini jauh lebih menguntungkan dibanding kedua bidang tersebut. Banyak orang yang sangat menyukai berjalan-jalan di Mall. Tentu saja Mall Opra yang akan Papa bangun itu akan ada banyak restoran dan toko yang menjual pakaian bahkan alat kesehatan, bukankah itu akan sangat menguntungkan nantinya? Ibaratnya, all you can get ada semua di dalam Mall Opra. Kenapa kamu bisa berpikir kalau bisnis di bidang kesehatan dan restoran lebih menguntungkan?" Papa mulai meragukan ideku.

Bagaimana ya cara meyakinkan Papa? Papa tak boleh bangkrut. Papa harus tetap kaya agar aku bisa membalas semua dendamku. Kalau Papa bangkrut, maka kami akan kembali ditindas dengan keluarga Lisa. Papa akan menjadi anak buah Bapak Anggada -Papa Lisa- yang suka disuruh-suruh tanpa kenal waktu dan aku akan kembali menjadi sasaran bullying Lisa Cs. Tidak bisa. Aku kembali ke masa lalu untuk merubah takdirku. Aku tak boleh menjadi Cecil yang lemah dan miskin seperti dulu. Aku pun memutar otak dengan cepat. Alasan yang kuberikan harus masuk akal sehingga Papa akan percaya dengan kata-kataku.

"Pa, tadi saat aku pingsan, aku bermimpi kalau aku pergi ke masa depan. Setahun lagi, akan ada virus yang sedang mewabah di semua negara. Semua orang diminta tetap berada di rumah. Mall dan tempat perbelanjaan sepi. Bisnis vitamin, masker, alat perlindungan diri, obat-obatan dan alat bantu pernafasan maju pesat. Semua orang-" Belum selesai aku bicara, Papa sudah memotong ucapanku.

"Sayang, kayaknya kamu masih agak pusing ya? Kamu sudah minum obat? Mau istirahat dulu?" tanya Papa.

Sial, Papa tak percaya sama sekali dengan ucapanku. Aku harus meyakinkan Papa. Aku tak mau hidup susah lagi. Aku tak mau dibully lagi. Papa harus bisa menyamai kekayaan Pak Anggada. Harus.

"Papa tak percaya padaku? Aku bisa buktikan kebenaran ucapanku," tantangku.

"Buktikan? Dengan cara apa?" Kening Papa berkerut. Papa pasti tahu kalau aku sudah yakin dengan sesuatu, maka aku tahu kalau itu benar.

Ini kesempatanku, akan aku sampaikan hal yang kutahu dari masa depan agar Papa percaya. "Salah seorang rekan bisnis Papa bernama Om Anton, bukan? Di Mall Opra nanti, rencananya Om Anton akan memiliki saham yang jumlahnya sangat besar. Om Anton akan mengajak Papa untuk mengambil pinjaman di Bank A untuk menambah modal. Papa tahu, Om Anton nanti akan kabur membawa semua uang Papa serta para investor dan membuat bisnis Papa bangkrut," kataku dengan serius.

Papa terdiam mendengar ucapanku. Kening Papa semakin berkerut dalam. "Kamu ... kenal Anton darimana?"

Yess, Papa mulai meragu!

"Tentu aku kenal dengan orang yang akan mengkhianati Papa nantinya. Please, Pa. Jangan investasi di Mall Opra. Kalau Papa tetap melakukannya, keluarga kita akan bangkrut. Kali ini, tolong Papa percaya dengan ucapanku. Please."

****

Aku masih bersekolah di sekolah yang lama namun dengan kondisi tubuhku yang berubah total. Tubuhku terasa jauh lebih kuat. Aku bisa berlari kencang dan melakukan berbagai aktifitas fisik tanpa takut asma-ku kumat. Aku bahkan beberapa kali memenangkan kejuaraan taekwondo dengan mudahnya. Wow, hebat sekali diriku yang sekarang. Aku benar-benar kuat.

Aku juga lancar berbicara, tak gugup seperti dulu. Aku beberapa kali ikut lomba dan aku menang. Keren. Aku mengumpulkan lagi piagam penghargaan yang dulu hanya bisa kuimpikan kini bisa aku raih. Aku harus mengembangkan diriku agar saat aku kembali lagi, aku sudah siap dengan semua senjata yang kumiliki.

Sejak percakapan denganku malam itu, Papa bilang akan mempertimbangkan usul yang kuberikan. Hasilnya adalah keluarga kami masih kaya. Bisnis Mall Opra akhirnya Papa batalkan. Yess!

Papa memutuskan untuk mengikuti nasihatku. Papa melakukan investasi di bisnis alat kesehatan. Papa juga membuka beberapa restoran yang melayani delivery. Semua saranku Papa lakukan. Oh, aku sayang sekali dengan Papaku. Papa harapanku.

Waktu berlalu dengan cepat, apa yang kukatakan pada Papa ternyata benar terjadi. Dunia dilanda virus berbahaya yang membuat pemerintah mengeluarkan peraturan agar masyarakat sebaiknya di rumah saja. Banyak bisnis yang tumbang namun bisnis Papa semakin maju dan sukses. Kami semakin kaya dan aku semakin kuat. Aku siap kembali lagi ke nerakaku untuk membalas semua yang sudah menyakitiku.

Papa menyetujui keinginanku untuk pindah sekolah dengan alasan sekolahku yang baru jauh lebih bergengsi dan banyak menghasilkan bibit sukses. Semua surat-surat kepindahanku sudah selesai dan hari ini aku kembali ke sekolah nerakaku. Aku siap membalas semua kekalahanku dulu.

Tak ada yang berbeda dari sekolah nerakaku. Semua tetap sama. Gedungnya yang bagus, teman-teman sekelasku dan guru-guru yang mengajar, semua sama. Aku berada di waktu yang sama seperti setahun lalu saat aku baru masuk sekolah namun dengan keadaan yang berbeda. Dulu aku orang susah yang lemah, kini aku anak orang kaya yang jago taekwondo.

"Perhatian semuanya!" Bu Guru meminta semua murid untuk diam. "Hari ini sekolah kita kedatangan murid baru yang akan belajar di kelas ini. Silahkan kamu perkenalkan diri!"

"Baik, Bu." Aku memberikan senyum terbaikku. Kesan pertama begitu penting bukan? Dulu aku gugup saat pertama bicara di depan kelas tapi kini aku bicara dengan tenang dan senyum merekah. "Selamat pagi, teman-teman. Perkenalkan namaku Cecil, pindahan dari SMA Bakti. Salam kenal semuanya!"

"Hi Cecil!" sapa teman-teman yang lain. Wow, beda sekali sambutannya dengan waktu dulu.

"Silahkan kamu duduk di kursi kosong belakang!" kata Bu Guru.

Aku berjalan dengan hati-hati. Saat kaki Lisa berusaha untuk membuatku tersandung, aku berhenti dan menegurnya. "Maaf, kaki kamu bisa dipinggirkan sedikit? Aku mau lewat." Aku pun melewati kaki Lisa dan duduk manis. Ya, hari pertamaku berhasil kurubah, masih ada hari lain yang harus kurubah.

Aku menengok ke sebelah kananku. Tunggu, kenapa ada yang berbeda ya? Kenapa meja Anita banyak coretan? Bukankah semua coretan itu seharusnya ada di mejaku? Jika memang benar demikian, apakah takdir benar-benar berubah? Aku beruntung dan Anita semakin sial?

****

Terpopuler

Comments

ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ

ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ

km harus ttp rendah hati cil setelah kembali dan memperbaiki semua nyaa

2024-11-05

0

Alivaaaa

Alivaaaa

syukurlah 😍

2024-07-24

0

lucky gril

lucky gril

Alhamdulillah😍

2024-07-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!