Cecil
Setelah mendengar cerita Egi aku mulai meragu. Egi terlihat begitu jujur dan apa adanya saat menceritakan apa yang terjadi hari itu padaku. Aku memang benar sudah meninggal di dalam gudang namun Egi saat itu berhasil menyelamatkan diri. Ia juga dijebak oleh Lisa dan Leon. Aku masih belum percaya rasanya. Benarkah Lisa dan Leon sejahat itu?
"Kalau kamu tidak percaya denganku, aku bisa membuktikan kebenaran ceritaku. Seingatku beberapa hari lagi Lisa dan Leon akan pergi bersenang-senang sambil mabuk-mabukkan di sebuah klub malam. Hari itu, aku mengikuti mereka dan menjadi saksi atas apa yang mereka lakukan. Itulah yang ingin mereka tutupi. Yang aku tak mengerti, kenapa ia juga melenyapkan nyawamu? Yang diincar mereka adalah aku, kamu hanyalah orang yang tak tepat di waktu yang tak tepat." Egi terlihat berpikir keras.
"Kamu pikir aku akan percaya sepenuhnya dengan ucapanmu? Kamu adalah laki-laki paling terkutuk dan hari itu aku bersumpah kalau aku akan membunuhmu jika aku bertemu denganmu lagi. Kamu pikir aku semudah itu akan percaya dengan semua ucapanmu? Kalau memang benar kamu adalah korban yang mereka jebak, kenapa kamu masih tetap mengejar-ngejar cinta Lisa?" tanyaku balik.
"Lantas apa bedanya aku dengan kamu? Kamu bisa pergi dan menghindar dari takdir burukmu tapi kamu malah kembali lagi ke sekolah ini dan bahkan berteman dengan Lisa. Yang kita lakukan itu sama, yakni menyembunyikan apa yang sebenarnya kita lakukan agar tidak terlihat mencurigakan. Itu yang aku lakukan sekarang, sama juga dengan yang kamu lakukan. Aku tetap berada di sisi Lisa dan mengejar-ngejar cintanya agar dia percaya dan akhirnya berpikir kalau aku terlalu bodoh dan bisa untuk dibohongi lagi. Semua itu kulakukan agar aku tidak terjebak dalam perangkap mereka lagi. Aku tak bodoh. Kamu pikir aku tidak dendam dengan apa yang mereka berdua lakukan?" Ada kilat penuh kebencian yang kulihat dalam sorot mata Egi.
Apa yang dikatakan Egi sangat benar. Aku mau tidak percaya karena semua yang dikatakan Egi terlalu benar untuk aku bantah. Musuh kami sama dan apa yang kami lakukan juga sama yakni tetap mendekati orang-orang yang kami musuhi agar bisa membalas semuanya dan agar tidak dicurigai.
Aku jadi penasaran apa yang Egi miliki. Ia terlihat sangat percaya diri seakan memiliki senjata yang akan menghancurkan Leon dan Lisa. "Baiklah, aku akan mencoba percaya padamu. Namun satu yang pasti, aku yang sekarang bukan aku yang dulu. Aku bisa saja dengan mudah melenyapkanmu jika aku mau. Aku bukan lagi Cecil yang lemah dan miskin. Jika kamu mengkhianatiku, aku pastikan kalau aku akan menghancurkanmu lebih dulu!" ancamku.
"Aku tak akan mengkhianati orang yang pernah kujahati dulu. Bisa melihatmu masih hidup dan baik-baik saja sudah membuat rasa bersalah dalam diriku sedikit berkurang," ucap Egi sambil menundukkan kepalanya.
****
Rasa penasaran terus saja menderaku. Aku tak sepenuhnya percaya dengan Egi. Bagaimanapun, ia adalah orang yang memperkosaku di masa depan. Aku tahu dimana tempat aku bisa menemukan jawabannya.
Aku pun pergi ke Triple S Caffee dan menemui Pak Sandi. Aku disambut hangat dan diajak mengobrol di tempat yang agak sepi agar tak ada yang mengganggu kami. Tanpa basa-basi, aku langsung menanyakan tentang tanda lahir yang ada di lenganku. Sebelumnya aku tak menyadari keberadaan tanda lahir tersebut. Aku pikir hanya luka seperti terbentur sesuatu.
"Black bilang, itu memang tanda untuk orang yang sudah meninggal di masa depan. Hanya orang yang sudah meninggal juga yang bisa melihatnya. Aku tak bisa melihatnya, temanmu itu mungkin sudah meninggal di masa depan karena itu ia memiliki tanda yang sama," jawab Pak Sandi setelah bertanya pada seseorang yang ada di kursi sebelahku.
Aku tak tahu siapa dia, aku tak bisa melihatnya namun jawaban yang diberikan oleh Pak Sandi agak tidak masuk akal. Bukankah Egi masih hidup dan akhirnya mendekam di penjara? Kenapa ia memiliki tanda lahir yang sama juga?
"Jadi maksud Bapak, laki-laki itu juga memiliki nasib yang sama sepertiku? Dia juga sudah mati? Kenapa ia terlihat tidak tahu kalau dirinya sudah mati?" tanyaku makin penasaran. "Aku heran, kenapa dia juga ikut reinkarnasi sih? Dia itu orang jahat, dia yang sudah memperkosaku. Aku benci dia. Walau dia mengatakan kalau dirinya dijebak, tetap saja dia orang jahat!"
Pak Sandi tersenyum kecil mendengar perkataanku. "Siapa kamu berhak menentukan siapa yang boleh kembali dan siapa yang tidak? Kalau kamu bisa melihatnya, Black sedang tertawa di sampingmu. Asal kamu tahu ya, bukan hanya orang yang baik saja yang bisa kembali ke masa lalu. Kamu pikir, memangnya aku ini orang yang baik? Aku kembali ke masa lalu karena banyak kesalahan yang kubuat di masa depan. Aku kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahanku. Mungkin juga, laki-laki itu diberi kesempatan untuk kembali lagi ke masa lalu karena banyak dosa yang sudah ia perbuat. Jangan cepat menyimpulkan sesuatu sebelum kamu tahu yang sebenarnya."
Ucapan Pak Sandi membuatku terus kepikiran. Apakah Egi memang di beri kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya di masa lalu?
****
"Cecil, gimana keadaan kamu? Apa yang ia lakukan sama kamu? Dia mencelakai kamu?" Keesokan harinya Lisa bertanya padaku. Lisa datang bersama Lucy yang terlihat tak peduli dengan keadaanku.
Aku menatap Lucy dengan tatapan sebal. Kenapa dia hanya mengajak Lisa dan tidak mengajakku pergi sekalian? Mobilnya tentu masih ada space untuk aku duduk di dalamnya tapi ternyata ia lebih memilih untuk meninggalkanku dibanding mengajakku ikut serta. Dasar egois!
"Aku tak apa-apa. Setelah kamu pergi, Egi melepaskanku pergi. Aku bukan target yang diincar oleh Egi, kamu yang dicarinya jadi aku selamat meski tak ada yang menolongku." Aku melirik Lucy dengan tatapan sebal.
Lisa yang tahu aku kesal dengan Lucy berusaha mendamaikan kami berdua. "Syukurlah kalau kamu tak apa-apa. Maaf ya, kemarin aku sudah mengomeli Lucy karena dia tidak mengajakmu pergi dan hanya aku saja. Lucy bilang, dia tak sengaja. Dia khawatir Egi akan mengejar kami karena itu dia langsung tancap gas tanpa mengajakmu." Lisa berusaha membela Lucy namun aku yang sudah terlanjur sebal tentu tak akan mudah dibujuk.
"It's oke." Aku tak banyak bicara dan memilih untuk diam.
Saat jam istirahat, aku mengeluarkan lem yang kubawa lalu mengoleskannya di atas kursi tempat duduk Lucy. Kita lihat saja, hari ini aku pasti akan membalas perbuatannya. Tak lupa aku membuang lem yang kupakai agar tidak menjadi barang bukti yang akan menyusahkanku nantinya.
Lisa dan Lucy kembali ke kelas tanpa menaruh curiga sama sekali. Aku berjalan di belakang mereka dan bersikap pura-pura tidak tahu saat ia duduk di atas kursi. Tak lama Lucy baru menyadari kalau kursinya sudah ditempeli lem olehku. Saat ia hendak berdiri terdengar suara robek di rok yang ia kenakan. "Aw! Apa ini? Lem? Kenapa bisa ada lem di kursiku?" Lucy lalu marah-marah dan dia menatap ke arahku dengan tatapan sinis. "Pasti kamu 'kan yang menaruh lem di atas kursiku?"
"Aku? Bukan. Untuk apa aku melakukan hal itu?" balasku. "Kenapa sih kamu langsung menuduhku? Bukankah tadi aku juga pergi bersama kalian?"
Lisa menatapku dengan tatapan curiga. "Benar bukan kamu yang menaruhnya, Sil?"
"Bukankah kalian tadi lihat kalau aku pergi ke kantin sama kalian. Kenapa aku yang dicurigai sih? Selalu begitu!" Aku memanyunkan bibirku dan menatap Lisa dengan tatapan kecewa karena tak mempercayaiku.
"Kamu bohong! Tadi kamu sempat izin untuk ke toilet sebentar." Lucy kembali mencecarku.
"Aku benar ke toilet kok. Kalau kamu tidak percaya, tanya saja pada Anita. Dia juga melihatku di toilet." Aku menatap ke arah Anita dan meminta pertolongannya. Kali ini aku benar-benar ceroboh dan melakukan aksi balas dendam tanpa perencanaan yang matang sebelumnya. Aku berdoa dalam hati semoga Anita mau membantuku.
Untunglah Anita adalah teman yang setia kawan. Ia mengangguk dan mengatakan kalau ia melihatku di toilet. "I-iya, tadi Cecil di toilet bersamaku."
"See? Aku tidak bohong bukan?"
"Lalu siapa yang mengerjaiku? Jangan-jangan kamu ya, Anita?" Lucy kini menuduh Anita yang melakukan semua ini. Aku tak bisa tinggal diam, aku juga harus membela Anita karena dia sudah membantuku tadi. Aku tak mau Anita kena imbas atas apa yang kulakukan.
"Ish ... kamu gimana sih. Bukankah tadi Anita sudah bilang kalau aku dan Anita habis dari toilet? Mana mungkin sih Anita yang melakukannya?" belaku.
"Aku tidak melakukannya. Aku juga tidak berada di kelas karena tadi aku sedang mengerjakan hukuman yang diberikan oleh Bu Guru. Aku bertemu dengan Cecil di toilet saat membersihkan tanganku sehabis mencabut rumput dan Cecil sakit perut sampai wajahnya agak pucat. Aku berani bersumpah kalau bukan aku yang melakukannya," kata Anita yang lagi-lagi membelaku.
"Aku yakin kalian kerja sama. Lisa, kita jauhi saja Cecil, aku yakin dia tidak tulus berteman denganmu!" Lucy meminta dukungan Lisa.
"Sudahlah. Jangan diperpanjang lagi. Cecil tak mungkin menjahatimu. Cepat ganti rok-mu yang robek itu!" Betapa kecewanya Lucy saat Lisa tak membelanya. Rasanya aku ingin bersorak melihat wajah kecewa Lucy.
"Kamu mau pakai jaketku?" Aku tersenyum dan bersikap sok baik padahal aku tertawa melihat Lucy yang kena batunya.
"Tak usah! Tak sudi aku pakai jaketmu!"
"Lucy, jangan gitu ah," tegur Lisa.
"Dia itu jahat, Sa. Lihat saja, kamu nanti akan menyesal lebih percaya dia dibanding aku!"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
jngn gegabah lho cecil
2024-11-05
0
📵Uʅαɳ RҽɱႦυʅαɳ📵
ish sebel sama ci Lucy ingin ku jorokin ke Solokan yang bau 🤮🤣
2024-02-21
0
BirVie💖🇵🇸
super sekali Lucy ini yaaa hehe bener2 bodyguard nya Lisa
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
2024-02-13
2