Makan Malam Bisnis

Cecil

Leon semula menolakku. Bukan Cecil namanya jika tidak menggunakan segala cara untuk menggoda Leon. Sampai akhirnya Leon menganggukkan kepalanya, membuatku ingin bersorak kegirangan saat berhasil membuatnya selingkuh dari Lisa. Yes!

Aku dan Leon menghabiskan waktu di cafe selama dua jam. Kami sepakat akan sering bertemu di cafe ini jika ingin melepas rindu.

Aku pulang dengan hati riang. Kekasih Lisa sudah aku dekati. Kini saatnya keluarga Lisa yang aku rebut perhatiannya. Papa adalah tiketku mendekati keluarga Lisa. Aku mengetuk pintu ruang kerja Papaku dan masuk setelah Papa memberiku ijin.

"Kenapa, Sayang? Kamu butuh uang jajan lebih?" tanya Papa sambil tersenyum lebar.

"Tidak, Pa. Ada yang mau aku bicarakan sama Papa." Aku duduk di kursi depan meja kerja Papa. Setelah berhasil mencegah Papa berinvestasi di Mall Opra, Papa menganggapku bak Dewi Fortuna. Aku mencegah Papaku bangkrut dan malah membuat kekayaan Papa naik berlipat ganda karena menuruti bisnis yang kusarankan.

"Mau bicara apa? Bisnis lagi? Kamu bermimpi ke masa depan lagi? Bisnis apa yang akan sukses di masa depan?" Papa terlihat semangat jika membahas mimpiku. Mana aku tahu di masa depan bisnis apa yang sukses. Aku saja sudah meninggal beberapa bulan lagi.

"Bukan, Pa. Aku belum bermimpi tentang masa depan lagi. Papa tahu PT Anggada tidak?" tanyaku.

"PT Anggada? Tahu dong. Bukankah Bapak Anggada Yudha pemilik PT Anggada juga adalah pemilik yayasan tempat kamu bersekolah saat ini? Kenapa? Apa yang membuatmu tertarik dengan perusahaan tersebut?" Papa selalu bersemangat jika aku membicarakan bisnis. Papa tahu aku akan mendatangkan keberuntungan untuknya.

"Bisakah Papa menanamkan modal di PT Anggada? Aku dengar mereka sedang mengerjakan sebuah proyek bisnis yang bernilai besar. Menurutku, Papa akan untung besar jika bekerja sama dengan PT Anggada," usulku.

"Benarkah? Coba Papa lihat dahulu." Papa lalu membuka laptop miliknya dan terlihat serius. "Bisnis mereka lumayan banyak. Menurutmu, mana yang paling berkembang?" Papa menunjukkan layar laptopnya agar aku bisa memilih.

Aku mencoba mengingat kejadian di masa depan. Seingatku, aku pernah mendengar Papa membicarakan bisnis PT Anggada dengan Mama. "Kalau saja aku punya uang, pasti aku akan investasi di bisnis konstruksi milik PT Anggada. Aku pasti sudah kaya raya karena bisnis tersebut akhirnya menang tender untuk membangun proyek besar."

Ya, bisnis konstruksi!

"Bagaimana kalau bisnis konstruksi?" usulku. "Papa bisa untung besar kalau mereka mendapat tender besar."

"Benarkah? Baiklah. Papa akan menuruti saran yang putri cantik Papa berikan. Terima kasih banyak ya, Sayang. Kamu sudah menyelamatkan hidup Papa. Kalau tak ada kamu, entah bagaimana dengan hidup kita. Papa bisa saja bangkrut kalau saat itu tetap ingin melanjutkan kerja sama dengan Mall Opra. Kamu tunggu berita selanjutnya dari Papa ya! Papa akan segera membuat kesepakatan bisnis dengan mereka."

****

Hidup Anita semakin hari semakin menderita. Aku seperti melihat diriku di masa lalu. Ada saja yang dilakukan Lisa dan Lucy untuk mengerjainya. Aku sampai muak dengan kelakukan mereka namun sayangnya aku harus menahan diriku.

Aku hanya bisa membantu Anita diam-diam. Memberikannya handuk kering jika mereka mengguyur Anita dengan air. Memberikan fotocopy buku catatanku agar Anita tidak ketinggalan pelajaran dan memberikan cemilan jika Anita tak sempat makan siang karena dikerjai.

Aku kasihan namun aku harus berhati-hati mulai sekarang. Benar yang dikatakan oleh Sandy. Kalau aku salah melangkah, aku bisa saja tak mengubah takdirku. Aku akan tetap mati di masa depan.

"Cil, serius Papa kamu mau investasi di perusahaan Papaku?" tanya Lisa dengan wajah berseri bahagia.

"Kamu ... tahu darimana?" tanyaku balik.

"Dari Papaku. Ternyata kamu anak dari seorang investor terkenal ya, Cil. Wah, aku tak menyangka. Kenapa kamu tak pernah menyebut nama Papamu sih? Kalau tahu aku punya teman anak investor terkenal, kamu pasti sudah kuanggap bak saudara sendiri." Lisa begitu bangga saat mengatakannya.

"Investor terkenal? Siapa? Papanya Cecil?" tanya Lucy dengan wajah tak suka yang tidak susah payah ia sembunyikan. "Bukankah Papanya Cecil hanya bisnis obat?"

"Ish, kamu tidak tahu saja. Papanya Cecil itu pengusaha sukses. Bisnis Papanya Cecil melejit sejak negara kita terserang virus dan harus lock down. Kekayaan keluarga Cecil naik berkali lipat karena semua bisnisnya maju pesat," jawab Lisa dengan penuh semangat.

"Masa sih? Kenapa kamu terlihat biasa saja, Cil? Kamu bahkan jarang berbelanja barang mewah saat bersama kita?" tanya Lucy lagi. Ia tak suka melihat Lisa begitu membanggakanku.

"Please deh, Lucy, itu tidak penting. Bisa saja Cecil memang orang yang sederhana dan tidak suka foya-foya." Lisa yang menjawab pertanyaan Lucy. Lisa lalu bertanya lagi padaku, "Aku dengar, nanti malam kamu akan ke rumahku ya bersama Papamu? Aku senang loh, katanya Papa kamu mau investasi di perusahaan Papaku. Kita bisa tambah deket."

"Iya. Aku juga senang bisa makin dekat denganmu. Nanti aku tanya Papa dulu ya."

Selangkah demi selangkah aku memperkuat posisiku untuk melawan Lisa. Ia bukan lawan yang mudah. Ia harus diserang dengan teknik yang sangat hati-hati dan halus. Keinginan Papa untuk investasi di PT Anggada disambut baik oleh keluarga Lisa. Saat kami berkunjung untuk makan malam, keluarga Lisa menyambut kedatangan kami dengan amat ramah.

Baru kali ini aku menginjakkan kaki di rumah Lisa. Rumahnya besar, halamannya luas dengan banyak mobil yang terparkir di garasinya. Pantas saja Lisa begitu manja dan suka berbuat seenaknya. Lisa adalah anak satu-satunya dari Bapak Anggada Yudha, Lisa akan mewarisi seluruh kekayaan milik Bapak Anggada Yudha nantinya.

Beda sekali perlakuan keluarga Anggada Yudha terhadap Papaku saat kami susah dan kini kaya raya. Dulu, Papa sering dimaki-maki oleh Bapak Anggada Yudha. Papa bilang, ia kadang harus bekerja lebih lama dari waktu orang bekerja yang normal. Terkadang, Papa harus merelakan waktu istirahatnya dan harus stand by jika Bapak Anggada Yudha memanggilnya.

Meski sering meminta Papa bekerja lembur namun Bapak Anggada Yudha menganggap Papa adalah salah satu orang kepercayaannya. Mungkin itu adalah alasan kenapa Bapak Anggada Yudha mendengarkan saran Papa untuk memotong uang jajan Lisa yang menyebabkan aku pada akhirnya terkena bullying dari Lisa.

Kesepakatan bisnis pun terjalin antara Papa dengan Bapak Anggada Yudha. Makan malam kali ini sukses membuat hubunganku dan Lisa semakin dekat. Hubungan keluarga kami pun juga semakin dekat. Lisa semakin menghargaiku, sekarang ia bahkan mengatakan kalau aku adalah sahabatnya. Wow, aku bahkan sudah menyamakan posisi Lucy saat ini.

Saat sedang berbincang di ruang keluarga, Lisa tiba-tiba pamit setelah asisten rumah tangga mereka membisikkan sesuatu di telinganya. Aku yang penasaran pun menyusul Lisa. Tak mungkin ia meninggalkan acara penting jika tidak ada urusan yang lebih penting lagi.

Lisa berjalan ke luar rumah dan menemui seseorang di depan pagar rumahnya. Aku tak melihatnya karena terlalu jauh. Yang pasti dia seorang laki-laki. Aku berjalan mendekat dan terkejut melihat siapa yang Lisa temui.

Tak mungkin. Bagaimana Lisa bisa mengenalnya? Siapa dia?

****

Terpopuler

Comments

ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ

ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ

yg ditemui Lisa siapa tuhhh !!!!

2024-11-05

0

BirVie💖🇵🇸

BirVie💖🇵🇸

Cecil smoga rencana mu berhasil yaaa n bisa nolongin Anita dari sepak terjangnya Lisa yg jahat
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️

2024-02-13

1

📵Uʅαɳ RҽɱႦυʅαɳ📵

📵Uʅαɳ RҽɱႦυʅαɳ📵

nah loh siapa tuh yg di temui Lisa 🤔

2024-02-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!