Leon Yang Berbeda

Cecil

Leon datang sekitar setengah jam kemudian. Ia menjemput kami dan terlihat begitu mengkhawatirkan keadaan Lisa. "Kamu tidak apa-apa? Ada yang luka tidak?" Leon memeriksa seluruh tubuh Lisa seakan Lisa adalah sebuah benda antik yang tak boleh lecet sama sekali.

"Aku tidak apa-apa, Sayang. Untung saja ada Cecil yang menolong kami. Cecil begitu berani loh melawan para pemuda itu. Kalau tidak ada Cecil, entah bagaimana nasibku kelak," jawab Lisa dengan manja.

Leon mengalah nafas lega. Ia lalu menatap ke arahku dan mengucapkan terima kasih. "Terima kasih banyak ya, Cil. Kalau bukan karena jasa kamu, entah bagaimana nasib Lisa. Terima kasih ya sudah menjaga kekasihku yang amat kucintai ini."

What?

Apa aku tidak salah dengar?

Apa aku tidak salah lihat?

Leon terlihat benar-benar mengkhawatirkan keadaan Lisa. Bukan akting dan tidak terlihat pura-pura. Leon benar-benar mencintai Lisa. Kenapa ada yang aneh ya? Apakah ada yang berubah lagi? Bukan hanya Anita yang menggantikan posisiku dulu tapi kini Leon memang benar mencintai Lisa.

Lantas bagaimana dengan cintaku pada Leon? Kenapa Leon lebih mencintai Lisa dibandingkan denganku? Tidak bisa, aku akan merebut Leon dari Lisa. Leon adalah sahabatku dan laki-laki yang selama ini aku cintai dalam diam. Aku tak akan membiarkan Leon diambil oleh Lisa.

Aku memasang senyum terbaikku untuk Leon. "Sama-sama. Lisa terlalu melebihkan. Aku hanya melakukan apa yang bisa aku lakukan demi menolong teman-temanku. Bukankah kita memang harus saling tolong-menolong?"

Leon balas tersenyum padaku. "Beruntung sekali ya Lisa memiliki teman seperti kamu. Baik dan setia kawan. Sudah sore, ayo kita pulang. Kalian berdua juga. Aku akan mengantar kalian semua sampai rumah ya!" ajak Leon. Aku dan Lucy jelas tak menolaknya.

Leon menunjukkan sikap manisnya pada Lisa. Ia membukakan pintu mobil lalu memakaikan Lisa seat belt. Sikapnya benar-benar seperti orang yang sedang dimabuk cinta. Kenapa semua yang terjadi saat ini amat berbeda sekali dengan apa yang Leon katakan dulu padaku?

Aku jadi teringat saat Leon sedang menemaniku di taman. Leon pernah cerita padaku kalau selama ini ia terpaksa menjadi pacar Lisa. Leon tak bisa menolak Lisa karena orang tua mereka yang saling kenal. Leon mengatakan kalau Lisa adalah anak yang manja, menyebalkan dan selalu bertindak seperti seorang putri. Semua keinginan Lisa harus dipenuhi, itu yang membuat Leon merasa begitu terkekang saat berada di sisinya.

Kenapa semua cerita Leon dulu padaku terlihat sangat berbeda dengan apa yang kulihat hari ini? Di dalam mobil, Lisa beberapa kali mengusap lengan dan bersandar di bahu Leon dengan manja dan penuh kasih. Aku jadi bingung. Apakah sebenarnya Leon mencintai Lisa? Kalau memang benar demikian, berarti selama ini aku telah dibohongi Leon?

Leon mengantar Lisa sampai depan rumah. Ia membukakan pintu mobil untuk Lisa dan mengecup keningnya sebelum masuk kembali ke dalam mobil. Cih, menyebalkan sekali. Muak aku melihatnya.

"Kenapa ngeliatin terus, Cil? Kamu iri?" sindir Lucy dengan suara pelan. Rupanya sejak tadi Lucy terus memperhatikan gerak-gerikku. Sial. Aku ketahuan. Aku harus menjelaskannya agar tidak curiga.

"Oh, enggak kok. Iri? Tak ada dalam kamusku. Aku malah kagum dengan mereka. Mesra banget. Mereka berdua cocok jadi sepasang kekasih," jawabku sambil tersenyum.

"Kirain aku, kamu iri. Enggak usah iri melihat mereka. Leon itu cuma cinta sama Lisa, tak pernah ada yang bisa menggantikan posisi Lisa di dalam hatinya Leon. Mereka juga sudah dijodohkan oleh keluarganya. Kamu enggak usah berharap kalau Leon akan melihat ke arahmu. Sadar diri aja. Lisa jauh segalanya dibanding kamu." Lucy tetap saja berbicara pedas padaku.

Aku harus membalasnya kalau tidak ia akan terus menyepelekanku. "Aku sudah bilang bukan kalau aku tidak iri? Aku juga tidak ingin menggantikan posisi Lisa. Aku hanya kagum melihat betapa mereka saling mencintai. Memangnya kamu tidak mau? Satu lagi, aku tidak pernah menganggap diriku lebih hebat daripada Lisa, jadi ... buang semua pikiran buruk kamu tentangku. Aku hanya ingin berteman dan tidak ingin mencari musuh!"

Obrolan kami terhenti ketika Leon masuk ke dalam mobil. Sesuai janji, Leon akan mengantar Lucy lalu mengantarku karena rumahku yang paling jauh. Setelah Lucy turun, aku pindah ke bangku depan agar bisa mengobrol akrab dengan Leon, nyatanya Leon lebih banyak terdiam selama perjalanan, terpaksa aku yang harus inisiatif. Aku bertanya beberapa pertanyaan sampai akhirnya kami mengobrol dengan lancar.

"Kenapa kamu pindah ke sekolah kami? Di tahun terakhir pula. Tidak sayang dengan teman-temanmu di sekolah lama?" tanya Leon.

"Ya ... sayang sih. Aku ingin sekolah di tempat yang lebih baik karena itu aku meminta Papaku untuk memindahkanku, tak apa meski sudah di tahun terakhir."

"Lisa beberapa kali cerita tentang kamu. Katanya kamu itu teman yang baik. Kamu orangnya asyik dan hari ini bahkan Lisa memujimu, mengatakan kamu adalah penyelamatnya. Aku titip Lisa ya. Tolong jaga dia dengan hati-hati. Dia separuh jiwaku," kata Leon sambil tersenyum.

Hatiku terasa sakit mendengarnya. Cara Leon memperlakukan Lisa benar-benar berbeda dengan apa yang ia ceritakan padaku dulu. Leon jelas-jelas menitipkan Lisa padaku. Ia mempercayakan Lisa padaku. Ia amat mencintai Lisa. Aku harus memastikan semuanya sendiri.

"Maaf aku penasaran, Leon, boleh aku bertanya?"

"Boleh kok. Mau nanya apa?" tanya balik Leon.

"Bukankah kamu adalah pacarnya Lisa, kenapa tadi saat ditelepon Lisa bilang kamu sedang bersama Anita?" tanyaku pura-pura tak tahu.

"Itu ... rahasia."

Aku semakin curiga. Aku harus mencari tahu. Sepertinya aku harus menggoda Leon. Aku akan merebut Leon dari sisi Lisa. Aku akan membuat semua yang Lisa miliki pergi dari sisinya. Aku akan membuat Lisa kehilangan semuanya seperti dulu ia membuatku kehilangan mahkotaku dan juga nyawaku.

"Ih kok kamu main rahasiaan sih sama aku?" Aku memukul pelan lengan Leon sambil berkata dengan nada manja. "Leon, kamu orangnya misterius ya? Kok aku makin penasaran sih sama kamu. Ayo dong kasih tau."

"Ya ... aku memang orangnya agak misterius. Kamu penasaran banget? Nanti ya, aku akan kasih tahu tentang aku." Leon mulai masuk ke dalam jebakanku aku harus lebih menarik perhatian Leon.

"Aduh, kok mataku gatal ya. Leon, apakah di mataku ada bulu matanya?" Aku mengucek mataku agar Leon percaya.

"Sebentar, aku tepikan mobil dulu ya." Setelah menepikan mobil, Leon pun melihat ke dalam mataku. Jarak kami begitu dekat. Aku bahkan bisa melihat wajah tampan Leon. "Tidak ada bulu mata. Memang agak sedikit merah sih mata kamu. Mau aku tiup?"

Aku terdiam dan terus menatap Leon dengan lekat. Leon tersadar dan juga menatapku balik. "Kenapa?" tanya Leon.

"Leon ... kamu ganteng banget. Pantas saja Lisa amat mencintaimu." Aku mengusap pipi Leon dengan lembut. "Beruntung sekali Lisa mendapatkanmu." Jari telunjukku pun menyentuh bibir Leon secara perlahan. Mata kami saling menatap.

"Kenapa kamu bicara seperti itu? Bukankah kalian berteman?" tanya Leon.

"Ya ... kami memang berteman. Itu yang membuatku sedih."

"Sedih? Sedih kenapa?"

"Aku sedih karena hanya bisa menatap ketampananmu dari jauh tanpa aku bisa sentuh seperti saat ini." Aku kembali mengusap wajah Leon dengan lembut. "Leon, bolehkah aku cium kamu?"

****

Terpopuler

Comments

ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ

ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ

mngkn kah Leon akan tergoda dan masuk ke dalam jebakan Cecil.

2024-11-05

0

BirVie💖🇵🇸

BirVie💖🇵🇸

wkwkwkwkwkkk hayoooo Cecil....
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️

2024-02-13

1

BirVie💖🇵🇸

BirVie💖🇵🇸

Cecil 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

2024-02-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!