Egi
Selama ini aku selalu iri dengan teman-temanku yang memiliki kedua orang tua yang lengkap dan selalu memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang. Aku punya Mama dan Papa, namun Papa jarang datang. Papa jarang sekali pulang ke rumah, dalam setahun hanya beberapa kali saja Papa menemuiku dan Mama.
Aku terbiasa hidup berdua dengan Mama, bagiku Papa sudah lama tiada. Aku hanya menganggap Papa sebagai sosok orang asing yang terkadang datang, merayu Mama, menghabiskan hari bersama Mama di dalam kamar lalu pergi dan meninggalkan uang.
Papa begitu dingin padaku. Sama sekali aku tak pernah dibelikannya mainan atau mendapatkan kasih sayang yang biasanya didapatkan seorang anak dari ayahnya. Aku sedih, aku marah, aku sangat membenci Papa namun Mamaku yang baik hati selalu membesarkan hatiku. Mama menghiburku dan mengatakan kalau Papa sibuk bekerja mencari uang untuk menghidupi kami berdua.
Aku tak percaya dengan ucapan Mama. Semua teman-temanku juga Papa-nya sibuk bekerja namun Papa mereka masih bisa menghabiskan waktunya bersama keluarga, Papaku tidak demikian. Papa seolah lupa kalau aku ini adalah anaknya. Yang Papa inginkan adalah Mama, bukan aku.
Aku tak peduli kalau aku hanya punya Mama saja yang aku sayangi, kami bisa hidup bahagia berdua. Namun saat Mamaku tiba-tiba sakit keras dan meninggal, rasanya duniaku seakan runtuh. Aku kehilangan satu-satunya orang yang aku sayangi di dunia ini. Mama adalah tempat aku bergantung dan berlindung telah pergi meninggalkanku seorang diri.
Papa lalu membawaku pergi ke sebuah rumah besar dan mewah. Papa memperkenalkanku sebagai anaknya. Timbul keributan dan air mata penghuni rumah menyambut kedatanganku. Aku melihat seisi rumah itu semuanya membenciku. Wanita cantik yang kutahu kalau ia adalah ibu tiriku dan anak laki-laki yang seumuran denganku, keduanya menatapku dengan tatapan jijik dan hina.
Aku seperti dipindahkan dari kehidupan yang normal dan tenang ke kehidupan yang penuh dengan penderitaan. Aku tak dianggap di rumah tersebut dan bahkan mereka tak peduli padaku. Aku seorang diri, kesepian namun aku harus tetap bertahan di rumah mewah itu sampai aku cukup kuat untuk bisa pindah dan tinggal seorang diri. Aku harus segera lulus sekolah dan kuliah agar aku bisa mandiri dan tak lagi bergantung dengan keluarga yang sama sekali tidak menginginkan kehadiranku itu.
Aku teringat dengan seorang gadis cantik yang dulu satu tempat les denganku. Gadis itu adalah Lisa. Kami sangat akrab dan aku jatuh cinta padanya meskipun sifatnya jutek, aku tetap menyukai Lisa. Ia adalah cinta pertamaku dan juga pacar pertamaku. Sayangnya, semenjak aku pindah ke rumah baruku dan kami tak sengaja bertemu di sana, sikap Lisa langsung berubah.
Lisa akhirnya tahu kalau aku adalah anak haram di keluargaku. Ia mulai menjauhiku dan yang kutahu berikutnya adalah ia menjalin hubungan dengan Leon, saudara tiriku. Aku marah, aku tak terima wanita yang kucintai pergi begitu saja. Aku pun terus mendekati Lisa namun ia terus menolakku.
Ternyata hubungan Lisa dengan Leon direstui oleh kedua keluarga. Mereka dianggap sepasang kekasih yang memiliki masa depan cerah tidak sepertiku yang tak jelas asal usulnya dan hanya anak haram saja.
Bak orang yang buta akan cinta, aku terus mengejar cinta Lisa dan rela melakukan apa saja agar ia bahagia. Aku terus berharap Lisa akan kembali lagi dan memilihku, bukan Leon.
Suatu hari, saat aku sedang ingin menemui Lisa, secara tak sengaja aku melihat Leon menjemput Lisa. Aku ikuti mereka yang pergi ke sebuah klub malam. Lisa terlihat bersenang-senang dengan Leon sementara aku hanya menatapnya dengan tatapan sedih. Entah bagaimana caranya mereka bisa mendapat izin untuk masuk ke club. Mungkin uang mengalahkan segalanya, termasuk peraturan.
Aku menunggu Lisa dan Leon di atas sepeda motor milikku. Mereka keluar dari club sekitar 3 jam kemudian dalam keadaan mabuk. Leon tetap mengemudikan mobilnya dengan Lisa yang duduk di sampingnya.
Aku mengikuti mereka karena ingin memastikan kalau wanita yang kucintai aman. Firasatku tak enak, benar saja, di tengah perjalanan Leon yang mabuk tak bisa mengendalikan setir dan ia pun menabrak seorang anak kecil.
Aku berhenti dan melihat dari jauh apa yang mereka lakukan. Rupanya yang mereka tabrak adalah anak jalanan. Dengan panik, Leon dan Lisa mengangkat tubuh anak kecil itu dan membawanya pergi. Suasana memang sangat sepi malam itu, aku terus mengikuti mereka dengan mengambil jarak agak jauh agar mereka tidak curiga.
Aku pikir mereka akan membawa ke rumah sakit namun ternyata tidak. Aku curiga kalau mereka ternyata sudah membunuh anak itu. Mereka lalu berhenti di sebuah toko alat-alat sebelum akhirnya menjalankan lagi mobil dan berhenti di sebuah bukit sepi. Leon menggendong anak itu lalu pergi ke belakang bukit sedang Lisa mengikuti sambil membawa sesuatu di tangannya.
Aku melihat Lisa dan Leon bertengkar hebat sebelum akhirnya memutuskan untuk menguburkan jenazah anak itu. Lisa nampak menangis ketakutan dan Leon berusaha menenangkan Lisa dan mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja jika mereka tutup mulut.
Aku tak bodoh. Aku mengabadikan semua yang kulihat dengan kamera dan mengirimkan ke tempat yang aman, yang hanya aku seorang ketahui. Awalnya aku hanya ingin diam saja namun rasa bersalah mulai menderaku, bagaimanapun mereka sudah membunuh seorang anak kecil meski hanya seorang anak jalanan. Lambat laun, mau aku sembunyikan pun kebenaran ini akan terungkap. Aku pun menghampiri Lisa dan mengatakan kalau aku tahu apa yang mereka lakukan malam itu.
Lisa terlihat terkejut dengan apa yang kukatakan. Dia memohon padaku agar aku tidak memberitahukannya kepada siapapun. Aku yang semula ingin membujuk Lisa untuk tobat dan menyerahkan diri malah lemah dan tak tega melihatnya menangis. Akhirnya aku setuju untuk tutup mulut.
Andai saja waktu itu aku tetap memaksa Lisa untuk menyerahkan diri, mungkin hidupku tak akan berakhir tragis. Mungkin Lisa dan Leon akan dipenjara untuk membayar semua kesalahannya. Mungkin aku tidak akan tertipu dan jatuh ke dalam kesalahan terbesar dalam hidupku.
****
01 Mei 20xx
Hari itu kupikir aku mendapat durian runtuh. Lisa tiba-tiba menghubungiku dan mengatakan kalau ia ingin bertemu denganku sepulang sekolah. Aku senang karena sudah beberapa waktu Lisa sangat sulit dihubungi dan terkesan menghindar dariku. Tanpa pikir panjang aku pun pergi ke alamat yang Lisa kirimkan, yakni ke gudang sebuah pabrik milik Papanya.
Aku pergi ke bagian belakang pabrik. Aku masuk ke dalam sebuah ruangan besar yang mirip seperti gudang penyimpanan barang. Aku memanggil namanya dan tak lama Lisa keluar dari dalam ruangan lalu menyambut kedatanganku dengan senyum lebar di wajahnya. "Hai, Gi! Akhirnya kamu datang juga!"
Aku membalas senyum Lisa. Aku senang sekali melihatnya, Lisa kembali ceria dan baik padaku. Apakah ini awal hubungan kami? Apakah pada akhirnya Lisa lebih memilihku dibanding Leon?
"Maaf ya, aku telat. Ada apa kamu memintaku datang ke sini?" Tanpa menaruh curiga aku berjalan mendekat ke arah Lisa.
"Aku punya tempat rahasia yang ingin kuberitahu padamu. Papaku tak pernah tahu tempat ini. Ayo, aku punya makanan dan minuman buat kamu. Kita makan bareng ya!" Lisa menarik tanganku dan mengajakku ke sebuah ruangan kosong yang ada di belakang rak. Di dalam ruangan tersebut ada sebuah meja yang di atasnya terdapat pizza dan minuman.
Tanpa menaruh curiga aku duduk di kursi dekat meja tersebut dan menikmati pizza yang Lisa berikan. Kami mengobrol seperti dulu, sebelum Lisa tahu kalau aku adalah anak haram di keluargaku. Lisa menuangkan minuman untukku. Awalnya aku menolak namun Lisa bilang kalau kami sudah cukup dewasa untuk minum minuman beralkohol.
Aku yang bodoh ini akhirnya setuju dan mau mencicipi minuman haram tersebut. Kami kembali mengobrol dan Lisa terus-menerus menuangkan minuman untukku sementara dirinya hanya minum air putih. Aku tak menaruh curiga karena berpikir Lisa masih trauma atas kejadian malam itu dan tak mau minum alkohol lagi. Entah mengapa aku mengantuk dan tertidur.
Saat aku terbangun sudah tidak ada pizza di atas mejaku dan Lisa. Dengan langkah sepoyongan aku berjalan keluar dari ruangan tersebut. Aku merasa ada yang aneh dengan minuman yang kuminum. Kenapa bukan hanya memabukkan tapi membuatku ingin melakukan hal yang selama ini hanya aku lihat lewat mimpi dan film biru? Apa yang aku minum? Kenapa tubuhku rasanya panas? Baru berjalan beberapa langkah aku berjalan, aku putuskan untuk duduk sejenak karena tak kuasa menahan rasa dalam diriku yang seakan ingin meledak. Tubuhku terasa panas dan ada sesuatu yang ingin kulampiaskan.
Aku lalu mendengar suara langkah kaki dan tak lama seorang perempuan dengan rambut dan pakaian seragam yang sama dengan yang Lisa kenakan datang. Aku tak sadar karena aku sudah dibawa pengaruh minuman terkutuk itu. Aku pikir dia adalah Lisa, namun ternyata dia orang lain.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
aslinya Lisa dan Leon jahat
2024-11-05
0
Alivaaaa
ternyata seperti itu..... kasihan Egi
2024-07-24
1
Aysana Shanim
Sudah kuduga begini kejadiannya. Cuma nggak nyangka aja Lisa mau nyingkirin egi karena mau menghilangkan saksi mata atas kejahatannya dan Leon. Kirain karena capek di kejar kejar terus.
Kasian banget sama Cecil dan egi jadi korban dua orang jahat ini
2024-06-16
1