Tidak sempat melarikan diri, Satria pun langsung ditangkap oleh pihak berwajib, Abi pria itu pun turut menyaksikan dan sempat memberi satu hadiah tepat di wajah mulus Satria, sehingga wajah pria itu langsung berubah warna menjadi merah keunguan.
“Lepaskan saya brengsek …!” Satria memberontak dan menatap penuh kebencian kepada Abi.
“Cepat bawa dia pergi dari sini … jika dia tidak menghilang dari pandangan saya, saya pasti akan menghabisinya saat ini juga!” perintah Abi dan langsung mendapat anggukan dari polisi dan beberapa orang suruhan Abi.
“Abi … dasar kau laki-laki lemah, demi menangkapku saja kau harus mengerahkan banyak orang … sebegitu takutkah kau padaku, Abi?” Satria menyeringai pria itu mencoba memprovokasi Abi. Namun, usahanya sia-sia karena Satria langsung diseret oleh beberapa pria kekar berseragam.
Abi langsung mendekat ke arah ranjang. Melihat Dinda tak sadarkan diri, pria itu pun langsung mengangkat tubuh lemah Dinda dan membawanya keluar dari tempat itu.
“Din … maaf, seharusnya aku nggak biarin kamu menemui pria brengsek itu sendirian, maaf sekali lagi membuatmu dalam bahaya …!” sesal Abi sambil mengelus pipi mulus Dinda.
Abi pun langsung menghubungi dokter pribadi untuk memeriksa keadaan Dinda.
“Halo … Dok, tolong datang ke alamat yang saya kirim, saya perlu bantuan Dokter!” Setelah menghubungi dokter tidak berselang lama Abi pun sampai di tempat tinggalnya. Abi memutuskan membawa Dinda ke hotel tempat selama ini dia tinggali selama di luar kota.
Pasalnya pria itu tidak ingin membuat kedua anak mereka cemas melihat kondisi Dinda yang tidak sadarkan diri.
Seorang pelayan wanita langsung menggantikan pakaian Dinda. Abi yang sedang duduk di sofa, pria itu mengepalkan tangannya dengan erat. Rasanya dia ingin menghabisi Satria. Karena telah merencanakan kejahatan yang hampir saja membuat Abi kehilangan Dinda kembali.
“Sial … pria itu harus dihukum seumur hidup, nggak akan aku biarkan dia bebas!” geramnya.
Tidak berselang lama dokter tiba dan memeriksa keadaan Dinda. “Bagaimana keadaannya, Dok?” tanya Abi dengan menampilkan raut wajah cemas.
Dokter menatap Abi. “Kondisinya baik-baik saja, nanti setelah pengaruh obatnya menghilang, beliau akan sadar,” jawabnya menjelaskan pada Abi.
Abi mengangguk. “Terima kasih, Dok.”
Setelah dokter pergi, Abi menghela napas lega. Tubuhnya dia condongkan lebih mendekat ke arah Dinda. “Cepatlah membuka mata, Din … anak-anak sangat mencemaskanmu,” lirihnya dan mengecup puncak kepala Dinda.
Ponsel Abi berdering. Pria itu pun langsung menerimanya.
“Pastikan dia mendekam di dalam sana selamanya. Jika memberontak, jangan segan habisi saja!” ujarnya dan langsung memutus panggilan telepon tersebut.
“Kau salah sudah bermain-main dengan wanitaku … dan sekarang, terimalah hukuman itu,” gumam Abi sambil melihat layar ponselnya menampilkan wajah pria yang penuh dengan memar dan noda merah.
***
Tengah malam Rayanza dan Raina, kedua anak kembar Dinda itu terus meracau menyerukan nama ibunya. Irma diliputi kecemasan karena suhu tubuh kedua anak kecil itu sangat tinggi.
“Rayanza … Raina … sehat ya Sayang, ibu kalian pasti baik-baik saja,” cicit wanita itu sambil mengompres kedua anak kembar Dinda.
“Ta-tante … apa Ibu masih belum pulang?” tanya Raina pada Irma.
Irma menggeleng. “Ibu kalian masih kerja, Sayang … sabar ya, sebentar lagi ibu pasti pulang,” Irma terpaksa berbohong, padahal gadis itu saat ini masih belum mengetahui tentang keberadaan Dinda. Dari tadi menunggu kabar dari Abi. Namun, pria itu tidak kunjung memberi kabar.
“Apakah ibu sedang bersama ayah?” tanya Raina lagi.
Dengan ragu Irma mengangguk. “I-iya … ibu sedang bersama ayah kalian,” jawabnya.
Karena sudah lama menunggu tapi tidak kunjung mendapat kabar. Irma mencoba menghubungi ponsel Abi.
Irma: Halo, Tuan ….
Abi : Irma, Dinda sedang bersama saya, tolong beritahu Rayanza san Raina, mereka tidak perlu cemas sebentar lagi ibu mereka akan pulang.
Irma: Baik, Tuan … tapi, Rayanza dan Raina sedang demam mereka selalu memanggil-manggil nama Kak Dinda.
Abi langsung mengubahnya menjadi panggilan video.
Abi: Irma, Coba berikan handphone kamu pada mereka.
Rayanza: Ayah … apakah ibu sedang bersama Ayah?
Abi: Iya, ibu kalian sedang bersama Ayah, dia sedang istirahat karena kecapekan kerja, jadi … sekarang Rayanza dan Raina tidur yah?
Abi mengarahkan layar ponselnya ke arah ranjang tempat Dinda sedang berbaring. Rayanza dan Raina langsung melihatnya, seketika wajah anak kembar itu langsung ceria.
Raina: Baiklah Ayah, aku dan Kakak akan tidur sekarang, terima kasih sudah menjaga ibu. Kita berdua sayang Ayah …!
Setelah berbicara dengan Abi, Rayanza dan Raina pun langsung terlelap tidur, Irma merasa lega karena demam kedua anak itu berangsur-angsur turun.
***
Sambil berbaring tepat disebelah Dinda, tidak henti-hentinya Abi tersenyum. Pria itu sangat senang melihat wajah kedua anaknya yang menggemaskan. Mendengar Raina mengucapkan kata sayang saja sudah membuatnya senang bukan kepalang.
“Anak-anak, sebentar lagi kita akan berkumpul dan tinggal bersama,” gumam Abi dengan senyum yang masih mengembang menampilkan deretan gigi rapinya.
Pria itu merasakan pergerakan di sebelahnya. “Din, kamu sudah sadar Sayang?” tanya Abi, pria itu pun langsung bangkit membantu Dinda bersandar.
“A-abi … kenapa aku bisa bersamamu dan … ah …!” ringisnya sambil memegang kepala. “ Sa-satria … pria itu hampir saja–”
Abi langsung mendekap tubuh Dinda dengan erat. “Jangan khawatir Sayang, pria itu sudah berada di dalam jeruji besi, kamu nggak usah takut …!” ujarnya.
“Abi … maafkan aku … jika aku mengikuti saranmu dan kita berdua yang menemui Satria, mungkin semua ini tidak akan terjadi!” Dinda menyesali perbuatannya wanita itu tidak menyangka jika Satria akan melakukan hal itu.
Abi langsung mengecup bibir Dinda. “Sudahlah … kita lupakan saja kejadian buruk itu … kamu nggak perlu merasa bersalah, oke?”
Dinda mengangguk dan membalas pelukan Abi.
“Sayang aku ada kejutan untukmu.” Abi mengurai pelukannya dan membuka laci mengambil sebuah amplop coklat dan memberikannya kepada Dinda.
“Apa ini, Bi?” tanya Dinda penasaran.
“Bukalah … kamu akan senang melihatnya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments