Kedua netra Dinda berkaca-kaca melihat dokumen yang dipegangnya.
“Bi, benarkah keputusanmu ini sudah tepat?” tanya Dinda pada Abi.
Abi mengangguk. “Besok kita akan melangsungkan pernikahan! aku sudah menyiapkan semuanya!” jelasnya.
Seketika genangan air mata menyeruak dan berhamburan membasahi pipi Dinda. Dia tidak menyangka walaupun badai selalu menghalanginya untuk bersama dengan pria yang dia cintai. Pada akhirnya Dinda dan Abi dipertemukan dan bisa bersama kembali. Dinda menyadari satu hal, kekuatan cinta sejati itu tidak akan pudar walaupun terpisah oleh jarak dan tidak akan terganti walaupun termakan oleh waktu. Kini dia bisa memeluk Abi dengan kekuatan yang baru, Dinda tidak akan pernah lari lagi, dia akan menghadapi ujian yang sedang menantinya di masa mendatang.
“Hei … sudah banyak kamu mengeluarkan air mata, sungguh aku merasa bersalah melihatmu terus menangis!” Pria itu terus mengecup seluruh bagian wajah Dinda dengan penuh cinta. Rasanya dia sangat bahagia karena telah berhasil membuat Dinda kembali padanya lagi.
“Aku … sangat bahagia, Bi!” ungkapnya. “Ini tangisan kebahagiaan, impian yang sempat aku kubur dalam. Kini sudah tercapai,” jelas wanita itu.
Sepasang anak manusia yang sedang saling mengagumi itu pun saling menyalurkan rasa rindu yang selama ini mereka pendam.
***
Waktu terus bergulir, pagi ini Dinda sudah didandani begitu cantik oleh MUA terkenal yang sengaja Abi sewa.
Abi juga sudah menjemput kedua anak Dinda dan saat ini Rayanza dan Raina sudah berada di hotel dengan mengenakan pakaian yang warnanya senada seperti Dinda dan Abi.
“Wow, Ibu sangat cantik sekali ….!” puji Rayanza yang terpukau melihat ibunya. Irma dan Raina pun mengangguk membenarkan ucapan Rayanza.
“Terima kasih, anak-anak Ibu memang sangat pandai memuji, ya?” sahut Dinda dengan senyum mengembang.
“Mereka benar, Sayang … kamu seperti bidadari yang turun ke bumi!” puji Abi yang baru saja masuk ke dalam kamar Dinda.
Wajah Dinda bersemu mendengarnya. “Sudahlah … aku jadi malu,” jawabnya.
“Kalau sudah siap, ayo kita langsung turun ke bawah … acara akan segera dimulai,” ajak Abi sambil mengulurkan tangannya ke arah Dinda.
Dinda mengangguk dan menerima uluran tangan Abi. Abi dan Dinda merasa bahagia. Kedua anak kembar mereka pun terlihat ceria dan sangat bahagia.
Janji suci pun mereka ucapkan acara berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Akhirnya Dinda dan Abi sudah sah menjadi suami istri.
Irma menitikan air mata menyaksikannya. Dia sangat tahu Dinda menjalani hidup dengan sangat berat. Hamil tanpa ada suami, membesarkan anak kembar hanya seorang diri. Sungguh Irma sangat bahagia akhirnya Dinda menemukan kebahagiaannya.
“Ayah … aku ingin tidur bersama Ayah dan Ibu,” celetuk Raina pada Dinda dan Abi.
“Tidak boleh, kata Tante Irma kalau kita ingin adik … kita harus tidur dengan Tante,” sahut Rayanza.
Kedua mata Dinda membulat. “Kalian berdua akan tidur bersama Ibu dan Ayah,” jawab Dinda. “Irma … jangan berbicara yang aneh-aneh pada mereka!” protes Dinda sambil menatap Irma. Gadis itu menanggapinya dengan tersenyum jahil.
“Ya jelas dong, Kak. Kalau mereka berdua tidur dengan Kakak dan Tuan Abi, nanti mereka bakal lama mempunyai adik bayi,” cerocosnya. “Kalau gitu aku pamit, ya … rasanya seperti nyamuk kalau tetap ada di ruangan ini.”
“Irma ….!” panggil Dinda adik angkatnya itu senang sekali meledeknya.
“Bye … Kak, buatin aku keponakan kembar lagi ya?” candanya sambil berjalan cepat keluar dari kamar hotel Dinda.
Dinda hanya bisa menggelengkan kepala melihatnya.
“Siapa yang mau tidur dipeluk, Ayah?” tanya Abi pada kedua anaknya.
“Aku … aku …!” jawab Rayanza dan Raina dan bergegas mendekat ke arah Abi. Pria itu langsung mengangkat tubuh mungil anak-anaknya dengan kedua tanganya. Rayanza di tangan sebelah kiri dan Raina di tangan sebelah kanan. Anak dan ayah itu pun bermain dengan suara tawa bahagia memenuhi seluruh ruangan itu.
Setelah berganti pakaian. Dinda pun langsung bergabung bersama suami dan anak-anaknya.
“Sayang … besok kita akan terbang ke Jakarta, kamu sudah siap?” tanya Abi pada Dinda. Setelah Rayanza dan Raina tertidur karena kelelahan bermain. Akhirnya Dinda dan Abi mempunyai waktu berdua dan bermesraan.
Dinda mengangguk dengan cepat.
“Rayanza dan Raina mereka juga ikut kan?”
Abi mengecup puncak kepala istrinya. “Tentu saja mereka ikut … Mommy harus tahu bahwa cucu-cucunya sangat menggemaskan dan pintar,” jawab Abi.
***
Suara peringatan jika pesawat akan lepas landas membuat kedua anak Dinda bersemangat. Ya, saat ini mereka berada di dalam pesawat menuju Jakarta. Perasaan Dinda menjadi tidak karuan karena akan kembali ke tempat kelahirannya. Entahlah seperti apa rumahnya saat ini karena sudah hampir lima tahun dia tinggalkan.
“Ibu, apakah kita akan ke rumah nenek?” tanya Raina pada Dinda.
Dinda mengangguk. “Iya, Sayang … kita akan ke rumah nenek,” jawabnya.
Namun, gelagatnya tidak bisa bisa dibohongi Abi yang melihat kecemasan dari wajah Dinda langsung menggenggam tangan istrinya itu dengan erat. Abi pun sempat terkejut merasakan tangan Dinda yang dingin dan sudah dibasahi keringat.
“Sayang … kamu harus percaya padaku, tidak akan terjadi apapun … aku pastikan. Itu!” jelas Abi sambil meyakinkan Dinda.
Dinda tersenyum dan mengangguk. “Aku percaya sama kamu, Bi …,” jawabnya.
Waktu terus berjalan tidak terasa Dinda dan Abi sudah berada di dalam mobil menuju rumah keluarga besar Sanjaya. Dinda yang sudah tenang, tiba-tiba menjadi gugup kembali setelah mobil berhenti, jantungnya berdetak sangat cepat melihat bangunan besar dan mewah yang ada di hadapannya.
“Kita sudah sampai, Anak-anak … sebentar lagi kita akan bertemu nenek kalian!” Abi langsung membuka pintu mobil dan membantu istri dan kedua anaknya keluar.
Abi menekan bel pintu, tidak berselang lama pintu kediaman utama keluarga sanjaya pun terbuka lebar.
Sepasang mata membulat dengan sempurna, terkejut melihat kedatangan Abi merangkul Dinda dan sebelah tangannya memegang tangan mungil Raina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments