Bab 4
Empat bulan berlalu Dinda menjalani kehamilannya dengan terus mencari uang untuk biaya persalinan dalam beberapa bulan ke depan. Wanita itu membuka usaha roti bersama Irma dan menitipkannya di setiap toko, termasuk kantin rumah sakit tempat temannya bekerja. Ya, Satria adalah teman masa kecil Dinda, dan sekarang pria itu telah menjadi dokter kandungan. Berkat bantuan Satria pun Dinda bisa menjual rotinya di kantin rumah sakit tersebut.
Karena mengandung anak kembar perut wanita itu terlihat lebih besar dari wanita hamil pada umumnya. Tidak jarang para tetangga dengan terang-terangan menggunjing Dinda. Namun, wanita itu tidak terlalu memikirkan omongan orang. Dinda lebih mengutamakan kesehatan kandungannya.
“Kak, bukankah kita akan mengantarkan pesanan yang ada di kafe yang baru buka itu?” tanya Irma pada Dinda yang sedang sibuk memasukkan roti ke dalam paper bag.
“Iya, nanti biar aku saja yang mengantar, Kamu yang selesaikan sisanya ya?”
Irma mengangguk. “Siap, Kak!” jawabnya.
Dinda pun langsung bersiap dengan menaiki ojek online, sesampainya di kafe dan menyerahkan pesanan. Wanita itu melihat pengunjung sedang membicarakan pernikahan megah yang sedang disiarkan di berbagai stasiun televisi. Dinda yang penasaran dia pun melihat layar ponselnya dan mencari berita yang sedang trending hari ini.
Jantungnya berdenyut nyeri melihatnya. Wanita itu pun langsung mengelus perut buncitnya.
“Ibu berjanji kalian akan hidup bahagia walaupun tidak memiliki ayah, Ibu tidak akan pernah memberitahu pria itu tentang kalian,” gumamnya dengan netra berkaca-kaca.
***
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, saat ini Dinda sedang di dalam ruang persalinan dibantu oleh Satria.
Irma yang menunggu di luar, gadis itu merasa cemas karena sudah beberapa jam Dinda masih belum juga keluar.
“Semoga persalinannya berjalan lancar … jika melahirkan itu sangat sakit, Tuhan, pindahkan saja rasa sakit itu pada Tuan Abi. Buatlah dia sakit seperti Kak Dinda!” gumam Irma.
Suara tangisan bayi pun terdengar dari luar, tidak berselang lama Dinda dipindahkan ke ruang perawatan. Irma begitu antusias melihat kedua anak kembar Dinda. Bayi mungil itu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
“Wow … mereka berdua sangat lucu, hey kalian, akhirnya kita bertemu … pengen cubit deh!” cerocos gadis itu.
“Jangan berisik, Ir … mereka sedang tidur,” tutur Dinda pada Irma.
Irma pun langsung menutup mulutnya. “Tapi, Kak. Bagaimana rasanya melahirkan, sakit nggak?” tanyanya penasaran.
“Rasanya nikmat, Ir.” Dinda menjawabnya dengan santai.
“Pasti sangat sakit … oh iya, Kak. Kedua ponakanku ini namanya siapa?” Lagi dan lagi Irma melontarkan pertanyaan kepada Dinda.
Dinda diam sejenak mencoba berpikir. “Rayanza dan Raina … karena Rayanza lebih dulu lahir 10 menit dari Raina … maka dia akan menjadi kakak laki-laki untuk melindungi Raina adik perempuannya,” jawabnya.
“Wah … nama yang sangat cantik, sangat cocok untuk mereka berdua,” sahut Irma.
***
Tiga tahun berlalu, kedua bayi kembar Dinda tumbuh menjadi anak yang sehat dan pintar. Hari ini mereka berniat untuk berjalan-jalan di sebuah Mall yang ada di kota. Dinda dan kedua anaknya pun sangat senang menikmati akhir pekan dengan bermain dan berbelanja.
“Ibu … aku mau pipis!”
Dengan kaki yang berjinjit menahan buang air kecil Raina pun terus merengek pada Dinda.
“Sebentar ya, Nak. Kita cari toilet dulu,” jawab Dinda. Wanita itu memegang tangan Raina dan Rayanza mencari-cari toilet yang ada di gedung pusat berbelanja tersebut.
“Kak Ray, tunggu di sini ya, Ibu dan adik masuk toilet dulu. Janji nggak boleh kemana-mana, oke!” perintah Dinda pada Rayanza.
“Iya, Ibu … Lay, akan menunggu di sini!” Anak itu menjawab dengan suara khas anak kecil yang masih belum bisa menyebut namanya secara jelas.
Rayanza berdiri tepat di depan toilet. Namun, fokusnya teralihkan ketika melihat seorang anak kecil membawa balon besar. Rayanza pun langsung mengikuti anak yang membawa balon itu hingga keluar dari gedung Mall tersebut.
Anak itu celingukan ketika dirinya sudah ada di pinggir jalan.
“Aduh .. Lay lupa, Ibu dan adik masih di dalam!” serunya sambil berjalan menyeberangi jalan raya hendak memasuki gedung kembali.
“Tin … tin …!” Suara klakson mobil dibarengi dengan suara decitan rem bersahutan.
Rayanza dikejutkan dengan suara yang memekikan telinganya. Anak itu pun langsung menangis histeris ketakutan.
***
Di dalam gedung pusat perbelanjaan Dinda sangat panik mencari-cari anak laki-lakinya.
“Pak, tolong cari anak saya, dia masih sangat kecil …!” Dengan deraian air mata Dinda dan beberapa petugas keamanan berkeliling menyusuri setiap sudut gedung tersebut.
Sedangkan di luar gedung, Rayanza sedang digendong oleh seorang pria tampan yang berusaha menenangkan anak itu.
“Nak … kenapa kau berjalan sendirian, di mana orang tuamu?” tanya pria itu sambil mengelus punggung Rayanza.
Bukannya menjawab Rayanza semakin histeris. “Ibu … Ibu … Lay ingin Ibu …!” ucap nya di sela-sela tangisan anak itu.
“Sungguh lalai, orang tua macam apa yang meninggalkan anaknya di pinggir jalan!” geram pria itu.
“Mungkin orang tuanya juga sedang mencari anak ini, Tuan … bagaimana kalau kita bawa ke kantor polisi saja?” usul sopir pribadinya.
“Nggak mau, Lay mau ketemu Ibu, lay nggak mau ke kantor polisi!” Rayanza semakin histeris.
“Anak laki-laki harus kuat, tidak boleh cengeng, sekarang ceritakan pada Paman, Ibu kamu ada dimana? biar paman yang antar kamu bertemu Ibu!”
Rayanza akhirnya diam dan mengangguk.
“Ibu, bersama adik ada di dalam sana!” jawab Rayanza dengan menunjuk gedung Mall yang ada di seberang jalan.
“Baiklah … Paman akan mengantarmu bertemu Ibu.”
Sesampainya di kantor keamanan gedung tersebut. Rayanza langsung berseru memanggil Ibunya.
“Ibu … paman itu Ibuku!” Dengan antusias Rayanza terus menunjuk-nunjuk ke arah Dinda.
Sontak sosok pria itu melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Rayanza. Kedua bola mata pria itu membulat menatap seorang wanita yang selama ini dia rindukan saat ini berjarak begitu dekat dengannya.
“Dinda …!” gumamnya.
Pria itu bergeming, hingga kesadaran kembali setelah Rayanza menggoyangkan tangannya.
“Paman … ayo kita bertemu Ibu,” ajaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Agung R
haduh untung rayanza ga kenapa napa,si dinda ini teledor banget
2023-12-25
2