Orang-orang dengan cepat mengerumuni mobil yang sudah menabrak seseorang.
Dinda yang sedang mengobrol dengan Satria, pandangan wanita itu teralihkan dengan kerumunan orang.
“Ada apa itu Sat? Kenapa mereka berkerumun?” tanya Dinda penasaran.
Satria mengikuti pandangan Dinda yang melihat ke arah samping kirinya.
“Sepertinya kecelakaan,” jawabnya.
Ponsel Dinda berdering wanita itu baru menyadari ada banyak sekali panggilan masuk dari Irma.
“Irma … kenapa dia nelpon aku berkali-kali?” gumamnya.
Dinda pun langsung mengangkat panggilan teleponnya. “Halo … ada apa Ir, apa … Rayanza diculik?” seru Dinda.
Wanita itu sampai menjatuhkan ponselnya setelah mendengar anak laki-lakinya dibawa pergi oleh sosok pria tidak dikenal.
“Ada apa Din, kenapa dengan Rayanza?” tanya Satria dengan wajah paniknya.
“Tolong aku, Sat … Rayanza diculik, seseorang telah membawanya pergi …antar aku ke kantor polisi sekarang juga!” Dengan berderai air mata Dinda wanita itu sangat takut kehilangan anaknya.
“Kamu tenang dulu, Din … aku yakin Rayanza baik-baik saja, Rayanza pasti ditemukan!” Satria berusaha menenangkan Dinda.
“Tapi hatiku merasa telah terjadi sesuatu padanya, aku sangat takut …!” seru Dinda.
Satria pun langsung menjalankan mobilnya, karena saat ini jalanan sedang macet akibat kecelakan. Pria itu pun harus bersabar dan melewati mobil yang sedang dikerumuni banyak orang. Dinda melihat ke arah samping, wanita itu melihat sepasang sandal yang sangat familiar, wanita itu pun menajamkan tatapannya. Seketika kedua bola mata Dinda membulat melihat celana dan baju anak yang sedang terbaring di aspal hitam tersebut.
“Hentikan mobilnya …!” perintah Dinda. Satria pun langsung menghentikan mobilnya.
Dinda membuka pintu mobilnya dengan cepat berlari ke arah kerumunan, seketika wanita itu menjerit histeris saat melihat wajah sosok anak yang sedang terbaring tak sadarkan diri.
“Rayanza …!” pekiknya memanggil nama anak laki-lakinya itu.
“Rayanza … bangun sayang ini Ibu, tolong … tolong antar saya ke rumah sakit sekarang juga!”
Tubuh Dinda bergetar hebat dengan air mata yang mengucur deras membasahi pipinya, terdengar jelas isak tangis memilukan yang membuat siapa saja yang mendengar tangisan Dinda merasa iba menatapnya.
Satria sempat bergeming, pria itu sangat terkejut melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Untung saja dia berhasil mengendalikan diri dan langsung memeriksa keadaan Rayanza. Satria memeriksa denyut nadi anak itu dan ternyata sangat lemah.
“Ayo cepat bawa masuk ke dalam mobil, Rayanza harus cepat mendapat pertolongan!” Satria dan Dinda pun langsung pergi ke rumah sakit terdekat.
Dalam perjalanan, Rayansa sempat mengalami henti jantung. Namun, Satria dengan cepat memberi pertolongan pertama. Untung saja ada seorang pria yang mau mengendarai mobil Satria.
Sesampainya di rumah sakit, Rayanza langsung dibawa ke ruangan gawat darurat. Dokter pun langsung mengambil alih Rayanza dari tangan Satria setelah pria itu mengatakan kondisi Rayanza.
Dinda tidak berhenti menangis, wanita itu menyalakan dirinya karena lalai menjaga anak laki-lakinya itu.
Satria pun berusaha menguatkan Dinda. Pakain Dinda dan Satria pun penuh dengan noda merah yang berasal dari tubuh Rayanza yang terluka.
Dokter yang sedang memeriksa Rayanza berjalan mendekat ke arah Dinda.
“Nyonya … Anak anda kehilangan banyak darah, kita harus secepatnya melakukan transfusi darah. Namun, golongan darah putra Anda sangat langka, dan di bank darah pun saat ini sedang kosong!” tutur dokter menjelaskannya pada Dinda.
Tubuh Dinda seketika lemas seperti tak bertulang. Wanita itu tahu jika golongan darah anak-anaknya tidak sama dengan Dinda, anak kembar nya itu memiliki golongan darah yang sama seperti ayah kandung mereka yaitu Abi.
“Memangnya apa golongan darahnya, Dok?” tanya Satria.
Dokter pun langsung menjawab. “AB versus negatif!”
Dinda menatap Satria.
“Hanya Abi yang bisa menolong Rayanza,” cicitnya.
Satria terdiam, jika pria itu mempunyai golongan darah yang sama, mungkin saat ini Dinda tidak akan putus asa.
“Jika tidak mendapat donor darah sampai malam hari, saya tidak yakin anak Anda bisa terus bertahan!” Dokter pun mengingatkan pada Dinda dan Satria.
Setelah dokter pergi, tatapan Dinda terlihat kosong. Satria pun langsung menepuk pundak Dinda. “Hubungi Abi sekarang juga, Din. Ini demi keselamatan Rayanza!” ujarnya.
***
Saat ini Abi sedang berada di bandara Adisucipto dengan wajah gusar penuh kecemasan pria itu akan menuju ke rumah sakit tempat Rayanza dirawat.
Berkali-kali Abi pun terlihat sibuk menghubungi seseorang dalam panggilan telepon
“Kau sudah mendapatkannya? Pastikan jangan sampai kabur!” Setelah mengatakannya Abi langsung memutuskan panggilan teleponnya.
Beberapa hari sibuk bekerja di kantor pusat, Abi sampai tidak sempat mengunjungi kedua anaknya. Namun, hari ini dia rela meninggalkan pekerjaan itu demi anaknya yang sedang berjuang di rumah sakit.
Panggilan ponselnya berdering. Nomor tidak dikenal mencoba menghubungi Abi.
Abi: Halo ….
Dinda: Abi … ini aku!
Abi: Dinda, akhirnya kamu menghubungiku!
Dinda: Aku ingin meminta bantuanmu, datanglah ke rumah sakit yang ada di kotaku, Rayanza sedang membutuhkan donor darah!
Abi: Aku akan datang dalam 30 menit!
Karena Abi sudah tahu dari orang suruhannya sebelum Dinda menghubungi, tujuannya memang pergi ke rumah sakit.
Tidak membutuhkan waktu lama Abi pun tiba di rumah sakit. Pria itu langsung bergegas masuk menemui Dinda dan Satria.
“Dinda … dimana anak kita?” tanya Abi dengan wajah khawatir.
Seketika dada Satria terasa panas mendengar pertanyaan Abi.
“Ayo … ikuti aku!” jawab Dinda dan langsung berjalan mendahului Abi.
Melihat Rayanza yang sedang terbaring lemah tak berdaya, hati Abi terasa sangat sakit. Rasa bersalah begitu besar menggelayuti nya. Pria itu pun langsung berbaring di sebelah ranjang putranya untuk melakukan transfusi darah.
Malam semakin larut, saat ini Abi baru saja selesai mendonorkan darahnya. Tubuhnya seperti tidak bertenaga karena terasa lemas. Dinda yang merasa iba, wanita itu pun langsung memberikan satu botol minuman kepada Abi. Satria memalingkan wajahnya melihat adegan itu. Entah kenapa jantungnya berdenyut nyeri melihat interaksi Dinda dan Abi.
“Din, karena kondisi Rayanza sudah stabil, sebaiknya kalian berdua pulang dulu untuk berganti baju,” usul Abi yang melihat pakaian Satria dan Dinda yang penuh noda.
“Tidak perlu, aku akan tetap di sini sampai Ray bangun!” jawab wanita itu.
“Benar yang dikatakan Abi. Setelah itu kita baru kembali lagi ke sini,” sahut Satria.
Namun, Dinda tetap tidak mau pulang, akhirnya Satria mengalah pria itu pun berinisiatif untuk pulang dan mengambilkan pakaian Dinda, meskipun dia tidak rela jika Abi berdua dengan Dinda. Akan tetapi, dia harus meredam rasa cemburu dan berusaha memakluminya.
Tidak berselang lama, Rayanza pun akhirnya terbangun, anak itu mulai membuka matanya. Dinda dan Abi pun langsung menghampiri anak mereka.
“Bagaimana kondisi anak saya, Dok?” tanya Dinda pada Dokter.
“Syukurlah masa kritisnya sudah terlewati. Saat ini kondisinya sudah stabil!” jawab dokter.
Dinda menghela napas lega mendengar penjelasan dokter.
“Ibu …,” panggil Rayanza dengan suara yang terdengar lemah.
Dinda dan Abi langsung mendekat. “Iya Sayang, Ray, maafin Ibu ya, Nak!” cicit wanita itu dengan mata yang berkaca-kaca.
“Jangan minta maaf, Ibu tidak salah!” jawab anak kecil itu. “Paman baik?” tanyanya lagi dengan mengangkat satu alisnya.
Abi mengangguk. “Ray … Paman baik ini adalah Ayah Ray, maafin Ayah karena terlambat datang,” tutur pria itu dengan dipenuhi rasa bersalah.
Dinda pun tidak bisa melarang Abi, karena pria itu memang ayah kandung Rayanza dan Raina, apalagi setelah melihat pengorbanan Abi mengambil 4 kantong darah dari tubuhnya untuk menyelamatkan Rayanza. Rasanya dia tidak tega menyembunyikan identitas Abi pada kedua anaknya.
“I-ibu … apakah Paman baik adalah ayah kandungku?” tanya Rayanza dengan penuh keingintahuan.
Dinda mengangguk. “ Iya, Sayang. Paman Abi adalah Ayah kandung Ray dan Adik!” jawabnya.
Raut wajah Rayanza terlihat tegang, anak itu pun langsung mengalami sesak napas. Tiba-tiba suara nyaring pun berbunyi.
Layar monitor alat pendeteksi detak jantung pun berubah menjadi lurus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Agung R
akhirnya terungkap rahasia selama 4 tahun
2023-12-25
0