Netra wanita paruh baya itu membulat dengan sempurna ketika mendengar suara nyaring yang mengejutkannya. Ratna semakin terkejut ketika melihat menantunya berdiri dengan berlinang air mata. Ratna menyimpulkan bahwa Wilona pasti sudah mendengarkan perdebatannya dengan Abi. Sedangkan Abi, Pria itu tidak menghiraukan Wilona yang sedang menangis.
“Apakah aku tidak salah dengar? benarkah Abi akan menceraikan aku?” tanya Wilona menatap Ratna.
Ratna gelagapan wanita paruh baya itu langsung menghampiri menantunya. “Kamu salah dengar, Wil … Abi tidak mungkin menceraikan istri sempurna sepertimu!” jawabnya.
“Bohong … aku tidak tuli, aku mendengarnya Mom! coba katakan apa salahku? kenapa kau tega menceraikan aku … jawab Abi …!” Dengan amarah yang menggebu, Wilona tidak bisa mengendalikan diri lagi.
Abi menghela napas dalam sebelum menjawab pertanyaan Wilona. “Kesalahanmu adalah menjadi istriku … maaf Wil, aku tidak ingin membuka aibmu di depan Mommy, jadi … terimalah perceraian ini!” jawabnya.
“Tidak boleh, Mommy tidak akan mengijinkan kamu untuk berpisah dengan Wilona, Mommy tidak peduli dengan masa lalu istrimu, yang jelas … dia adalah menantu yang pantas untuk untuk keluarga ini …!” Ratna dengan tegas menolaknya, wanita paruh baya itu tidak ingin posisi menantunya digantikan dengan wanita miskin yang paling dia benci.
“Terserah … yang jelas, aku tidak meminta restu pada Mommy … dan kamu Wil, jangan pernah mempengaruhi Mommy lagi, karena sekuat apapun kamu berusaha, hatiku tidak akan pernah berpaling dari wanita yang aku cintai!” Setelah mengatakannya Abi pun berlalu meninggalkan ibu dan istrinya.
“Abi … Abi …!”
Dengan suara yang lantang Ratna memanggil nama anaknya. Namun, Abi tidak goyah. Pria itu tanpa berbalik langsung keluar dari kediaman utama keluarga sanjaya.
“Mommy, bagaimana ini … aku tidak mau menjadi janda!” serunya pada sang mertua.
Ratna langsung merengkuh tubuh Wilona ke dalam pelukannya. “Kamu tenang saja, Wil. Mommy tidak akan membiarkan Abi menceraikanmu!” jawabnya. “ Lebih baik, sekarang kita harus mencari cara agar wanita miskin itu pergi sejauh mungkin!” sambung wanita paruh baya itu.
Wilona dan Ratna terdiam, kedua wanita berbeda generasi itu sedang tenggelam dengan pikirannya masing-masing untuk merencanakan sesuatu.
Perasaan Wilona tidak tenang, terlihat jelas dari raut wajahnya yang gelisah. Di satu sisi dia tidak ingin kehilangan suaminya. Akan tetapi di sisi yang lain Wilona takut jika rahasianya diketahui oleh sang mertua.
“Mommy, apakah benar Abi memiliki anak dari wanita lain?” tanya Wilona pada Ratna.
“Kita tidak tahu pasti itu anak kandung Abi atau bukan. Wanita miskin itu mungkin telah menjebak Abi, bisa saja anak yang dilahirkannya adalah benih orang lain …!” jawab Ratna berusaha menampik kebenaran yang ada.
Wilona diam beberapa detik kemudian terlintas rencana yang membuatnya tersenyum. Wanita itu yakin jika rencananya berhasil dia tidak akan kehilangan apapun.
“Mommy … aku mempunyai rencana!” Wanita itu pun langsung membisikan sesuatu kepada Ratna dengan menampilkan senyum liciknya.
***
Satria dan Dinda sedang memberikan pengertian kepada Rayanza dan Raina. Kedua orang dewasa itu meminta restu dan meyakinkan kedua anak kembar Dinda untuk menerima Satria menjadi ayah mereka.
“Ibu, apakah Paman Satria akan menjadi ayahku dan Adik?” tanya Rayanza pada Dinda.
“Benar Sayang, satu bulan lagi Ibu dan Paman Satria akan menikah, Ray dan Adik akan memiliki seorang ayah!” jawab Dinda dengan senyum mengembang.
Raina terdiam mendengar jawaban Dinda. “Ibu, jika Paman Satria akan menjadi ayahku, lalu bagaimana dengan Ayah … kata Ibu, Ayah sedang bekerja di tempat jauh. Nanti kalau Ayah pulang, aku dan Kakak apakah kita akan memiliki dua ayah?” tanyanya dengan wajah polos terlihat kebingungan.
Sontak Dinda dan Satria terkejut mendengar pertanyaan yang tak terduga dari Raina. Dinda tidak mengira anaknya akan berpikir sampai sejauh itu, melihat dari usia yang masih sangat kecil Dinda merasa kedua anaknya memiliki kecerdasan yang berbeda, wanita itu pun berpikir sebelum menjawab pertanyaan sang anak.
“Sayang … jika Kakak dan Adik sudah besar, Ibu akan menceritakan semuanya pada kalian. Untuk sekarang dan seterusnya ayah kalian adalah Paman Satria. Bukankah kalian sangat menyayangi Paman Satria? mulai sekarang Raina tidak perlu sedih lagi karena ada Paman Satria,” jawabnya meyakinkan, tatapannya pun sesekali melirik Satria yang sedang duduk di sebelahnya.
Entahlah keputusannya benar atau salah yang jelas Dinda harus segera memiliki suami agar Abi tidak mengganggunya dengan alasan Rayanza dan Raina harus memiliki kasih sayang seorang ayah.
Kedua anak Dinda pun mengangguk paham, senyum dari kedua wajah anak kecil itu terus mengembang sesekali tawa terdengar di sela-sela pembicaraan mereka.
Irma ikut bahagia mendengarnya. Namun, hatinya merasa gusar. Melihat Rayanza dan Raina tersenyum bahagia akan memiliki seorang ayah, gadis itu langsung menyingkirkan resah di dalam hatinya.
Waktu terus berjalan, Dinda dan Satria berniat akan melangsungkan pernikahan mereka satu minggu lagi akan melangsungkan pernikahan. Saat ini Satria sedang mengajak Dinda ke butik yang ada di kota, sedangkan Rayanza dan Raina kedua anak kembar itu Dinda titipkan kepada Irma.
“Tante … ayo kita main di depan rumah!” panggil Rayanza anak laki-laki Dinda memang senang sekali bermain di luar ruangan. Berbanding terbalik dengan kembarannya Raina, adiknya itu sangat senang bermain di dalam rumah.
“Iya, Ray … tunggu sebentar, Tante lagi nemenin Adik!” Dengan suaranya cemprengnya Irma menyahut dari dalam rumah.
“Tante nggak boleh ninggalin aku!” Raina merajuk, tidak mau ditinggalkan.
“Baiklah … tapi, sebentar lagi Tante, nemenin Kakak yah? kasian Kakak main sendiri di luar,” jawabnya sambil mengelus puncak kepala Raina.
Di luar Rayanza menatap heran mobil hitam di seberang jalan, dia tidak mengenali mobil tersebut tetapi sosok di dalam mobil membuka kaca dan terus memperhatikan Rayanza. Namun, Rayanza yang sedang asyik bermain anak itu tidak menghiraukannya, seorang pria pun keluar dari dalam mobil itu dan berjalan mendekat ke arah Rayanza.
“Hai … Adik kecil …!” sapa sosok tersebut.
“Hai … Paman!” jawab Rayanza, anak itu pun langsung bangkit hendak menyudahi permainannya. Akan tetapi, tangan kekar sosok tersebut sudah terlebih dahulu mencekal lengan Rayanza.
“Mau kemana, Adik kecil? ayo bermain bersama paman.” Dengan cepat tubuh mungil itu berada dalam pangkuannya.
“Paman … lepaskan aku, Tante Irma … tolong …!” teriak Rayanza, anak kecil itu tahu jika sosok yang sedang menggendongnya itu bukan orang baik.
Irma yang mendengar suara Rayanza berteriak, wanita itu pun langsung bangkit dan berlari keluar.
“Lepaskan aku, Paman jahat …!” Rayanza terus memberontak anak itu berusaha melepaskan diri.
Irma terkejut melihat Rayanza sedang didekap sosok pria yang tidak dikenal wanita itu pun langsung berteriak. “Hei … lepaskan Anak itu!” teriaknya.
Sosok itu pun langsung berbalik. “Sial … aya cepat bawa Anak itu!” perintah seseorang di dalam mobil.
Mulut Rayanza pun langsung dibekap dan dibawa masuk ke dalam mobil.
“Hei … lepaskan Rayanza … jangan pergi … tolong …!” Irma berusaha mengejar mobil hitam yang melaju dengan cepat. Dengan deraian air mata wanita itu langsung menghubungi Dinda.
Di dalam mobil Rayanza terus berteriak meminta dilepaskan. Dua orang pria dewasa itu pun sangat geram mendengarnya.
“Bisa diam tidak? Jika kamu tidak berhenti berteriak, Paman akan mengikat tangan dan kakimu …!” ancam sosok tersebut.
Raut wajah anak laki-laki itu memucat mendengar ancaman dari seseorang yang sedang mengemudikan mobil.
“Sial … kenapa lampu merahnya lama sekali!” umpat sosok itu.
Rayanza melihat ke arah luar, anak itu mengenali mobil yang tidak jauh dari mobil yang dia tumpangi.
“Ibu … Paman … itu Ibuku bersama Paman Satria …!” Rayanza berteriak. Anak itu pun langsung membuka pintu yang ada di sampingnya, dengan cepat Rayanza keluar dari mobil tersebut.
Kedua sosok pria itu terkejut karena mereka lupa mengunci pintu mobil. “Sial … cepat kejar dia …!” perintah sang pengemudi.
Rayanza berlari ke arah mobil yang sedang berhenti di tepi jalan.
“Ibu …!” Rayanza memanggil Dinda yang berada di dalam mobil.
“Hei … Anak kecil, jangan lari, kemarilah!” seru sosok pria itu dengan langkah cepat, hampir mendapatkan Rayanza kembali.
Pandangan sosok pria itu membulat melihat mobil melaju dengan kencang mendekat ke arahnya.
Suara klakson mobil terdengar begitu nyaring memekikan gendang telinga.
“Tin … tin … brak …!” Suara mobil menabrak dengan sangat kencang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Nabila
dasar abi bodoh.
2024-02-17
1
Agung R
rencana wilona kah semua ini
2023-12-25
0