Bab 11

Baru saja perasaannya merasa lega, Kini Dinda dan Abi dihadapkan dengan kondisi Rayanza yang tiba-tiba saja menurun. 

Dinda tidak bisa menahan air matanya, wanita itu terus menangis melihat putranya yang sedang ditangani oleh dokter. 

Abi pun sama dengan Dinda, perasaan pria itu dipenuhi kecemasan. Abi mencoba merengkuh bahu Dinda bermaksud untuk menenangkan wanita itu. Namun, tidak jauh di tempat Dinda dan Abi berdiri, sepasang mata menatap tajam, rahangnya mengeras kedua tangannya pun terlihat mengepal menahan amarah yang siap meledak. 

“Syukurlah … kondisinya sudah kembali normal, saya harap jangan terlalu banyak melakukan interaksi, biarkan Putra Anda beristirahat hingga kondisinya pulih.” 

Dinda pun menganggukan kepala, rasanya dia begitu bodoh tidak mencegah Abi berbicara, mungkin Rayanza sangat syok ternyata ayah kandungnya adalah seseorang yang dia sebut dengan panggilan paman baik. 

Abi menundukkan kepala.

“Maaf … seharusnya tadi aku tidak memberitahunya!” sesalnya. 

Satria langsung mendekat ke arah Abi sambil merangkul Dinda. Dinda yang baru menyadari jika tubuhnya sedang dirangkul oleh Abi, wanita itu pun langsung menjauh dan mendekat ke arah Satria yang sudah berdiri tidak jauh darinya. 

“Apa yang terjadi dengan Rayanza, Din?” tanya Satria pada Dinda. 

Dinda menghela napas dalam. “Tadi dia sempat sadar, tidak lama kemudian kondisinya menurun drastis,” jawabnya. 

Satria mengelus punggung Dinda. “Kamu harus kuat, Rayanza pasti akan sehat kembali … ini aku sudah mengambilkan pakaian untukmu, Irma yang menyiapkannya.” Satria langsung menyodorkan paper bag kepada Dinda. 

Dinda pun langsung menerimanya.” Terima kasih, Sat. Maaf ngerepotin terus,” ungkapnya merasa tidak enak hati. 

“Kamu itu calon Istriku, Din … tidak perlu merasa sungkan!” Satria pun Menekankan kata calon istri tepat disebelah Abi. 

Abi sempat terkejut mendengar obrolan antara Dinda dan Satria. Namun, pria itu pun langsung bersikap normal kembali. 

Ponsel Abi berdering pria itu langsung melihat layar ponselnya, wajah Abi terlihat menahan amarah setelah membaca isi pesan tersebut.

“Dinda … karena Rayanza sudah baik-baik saja, aku akan pamit untuk mengurus sesuatu,” cetus pria itu memotong obrolan Dinda dan Satria. 

Dinda pun mengangguk. “Terima kasih sudah menolong Rayanza.” 

“Kamu harus ingat, Din …Rayanza adalah anakku juga, jadi tidak perlu berterima kasih!” jawab Abi. Pria itu pun langsung melangkah pergi. 

***

“Antar aku ke bandara sekarang,  aku akan menemui Mommy!” perintahnya pada sang sopir.

Perjalanan Abi dari Jawa Tengah menuju Jakarta hanya memakan waktu tiga jam, niat awal ingin menemui orang tuanya, Abi urungkan, pria itu memilih langsung pergi ke rumahnya untuk menemui sang istri. 

Abi membuka pintu dengan sangat kencang, Wilona yang baru saja hendak terlelap tidur pun terkejut saking kerasnya suara pintu dibanting. 

“Kurang ajar … berani sekali pembantu itu membanting pintu!”

 Wilona langsung keluar dari kamarnya. Namun, tatapannya berbinar setelah melihat Abi yang berjalan ke arahnya. 

“Abi … Kau pulang? aku tahu kau tidak akan menceraikan aku,” tutur wanita itu dengan senyum mengembang. 

Abi tetap diam pria itu pun berlalu melewati Wilona dan masuk ke dalam ruang kerjanya. Tidak berselang lama, Abi keluar dan menyerahkan sebuah amplop besar kepada Wilona. 

“Tanda tangan ini … mulai hari ini kau bukan lagi istriku!” perintah Abi penuh dengan penekanan. 

Kedua netra Wilona membulat mendengarnya. “Abi  … kau bercanda? tidak, aku tidak mau bercerai denganmu aku sangat mencintaimu, Abi!” 

“Kau … hanya punya dua pilihan Wilona, jika kau tidak mau menandatangani surat cerai ini, maka kau harus mendekam di dalam penjara!” Tatapan Abi terlihat tajam seperti pedang yang siap menghunus lawannya. 

Wilona melangkah mundur seketika keberaniannya ciut melihat Abi yang sedang murka. 

“A-abi … apa salahku padamu, selama ini aku mencoba menjadi istri yang baik. Kenapa kau kejam sekali padaku, Bi!” 

Punggung Wilona terasa dingin, wanita itu tidak bisa mundur lagi karena sudah terhalang oleh dinding. Abi semakin mendekat dan menekan rahang Wilona dengan kuat.

“Kau … adalah ular yang sangat licik, Wilona … aku sudah mengetahui kejahatanmu, lihatlah!” Abi memperlihatkan bukti rekaman antara Wilona dan seorang pria. Wilona Sangat ketakutan mendapati Abi yang sudah mengetahui rahasianya.

“Abi … itu bukan aku … kau salah paham, aku mohon lepaskan tanganmu … sa-sakit, Bi!” pintanya dengan suara bergetar air matanya pun terus keluar membanjiri pipi mulusnya. 

“Tanda tangan surat cerai ini, jika kau tetap tidak mau menandatanganinya. Aku tidak segan menyeretmu ke kantor polisi!” ancam Abi pada wanita yang sudah bergetar ketakutan itu.

“Ba-baik … aku akan menandatanganinya sekarang juga!”  Wilona pun akhirnya menyerah, wanita itu langsung meraih  amplop itu dan menandatangani surat perceraian. 

“Ingat, Wilona … jika sampai kau berani menyakiti Dinda dan kedua anakku lagi, akan kupastikan kau membusuk di dalam jeruji besi!” 

Abi pun sekali lagi mengancam Wilona dan mendapat anggukan cepat dari wanita itu. 

Setelah mendapatkan tanda tangan Wilona, Abi pun langsung pergi meninggalkan Wilona yang bersimpuh menangis sejadi-jadinya. Wilona merasa hancur karena apa yang selama ini dia pertahankan kini sudah berakhir. 

***

Satu minggu berlalu, seharusnya hari ini Dinda dan Satria melangsungkan pernikahan. Namun, karena Rayanza masih dirawat di rumah sakit. Dinda meminta rencana pernikahan mereka diundur satu bulan lagi. Satria pun langsung menyetujui permintaan Dinda. 

Saat ini Dinda dan Satria sedang berada di ruang perawatan Rayanza, semakin hari  kondisi anak laki-laki Dinda itu semakin membaik. 

“Ray … Paman mau lanjut kerja lagi ya, Kamu sama Ibu, Paman tinggal nggak apa-apa kan?” tanya Satria sambil melirik Rayanza dan Dinda secara bergantian. 

Ibu dan anak itu pun mengangguk. “Baik … Paham, terima kasih sudah menemani, Lay, bermain!” jawabnya dengan tersenyum manis. 

Setelah Satria pergi, tidak lama pintu pun terbuka. Menampilkan sosok pria tinggi berwajah tampan membawa banyak hadiah untuk Rayanza. 

“Paman baik …!” seru Rayanza.

 “Eh … Lay, lupa … Paman baik adalah Ayah, Lay, jadi Lay harus memanggilnya Ayah, hai Ayah … hari ini Ayah datang menjengukku lagi?” tanya anak kecil itu dengan wajah sumringah. 

Dinda menatap Abi sekilas, wanita itu pun langsung memalingkan wajahnya.

Abi mendekat dan mencium kening Rayanza. “Iya, Ayah kemari ingin memberikan hadiah pada Ray!” jawabnya. 

“Ayah … kenapa tidak membawa hadiah untuk Adik?” tanya Rayanza setelah melihat semua hadiah adalah mainan anak laki-laki. 

Abi tersenyum. Dia tidak menyangka Rayanza begitu perhatian pada saudara kembarnya. “Ayah sudah memberikannya pada Raina sebelum kemari,” jawab pria itu sambil mengelus rambut Rayanza. 

“Abi … kita perlu bicara.” Dinda yang sedari tadi diam wanita itu pun keluar mengajak Abi berbicara. 

Abi bangkit dan langsung mengikutinya. “Kamu mau bicara apa, Din?” tanya Abi. 

“Tolong jangan pernah menemui Aku dan anak-anak!” pintanya menatap serius pada Abi. 

Sontak Abi mengangkat alisnya. “Kenapa Din, bukankah kita sudah berdamai? Aku harap kamu bisa memaafkan aku dan kita bisa memulai hubungan kita!” jawabnya. 

Dinda menggeleng. “Walaupun aku sudah memaafkanmu. Tapi, aku tidak mau kembali lagi padamu Bi, karena aku akan menikah dengan Satria!” jawab Dinda dengan tegas. 

“Tidak! kamu tidak boleh menikah dengan siapapun kecuali aku!” seru Abi.

Terpopuler

Comments

Novi Yantisuherman

Novi Yantisuherman

kenapa ga dari jaman purba aja kaya gitu ( Abi ),
sia sia 4 tahun terbuang waktunya Wkwkwkwk

2024-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!