Bab 12

Satria mengepalkan kedua tangannya ingin rasanya Satria menghampiri Dinda dan Abi, tangannya sudah gatal ingin menghajar wajah pria itu. 

Namun, dia urungkan  Satria masih bisa mengendalikan dirinya dengan baik. Pria itu pun akhirnya berlalu melanjutkan pekerjaan kembali melakukan pemeriksaan rutin kepada pasiennya, meninggalkan Dinda dan Abi yang sedang berdebat. 

“Din, semoga kamu tidak goyah, aku harap kita tetap akan melanjutkan pernikahan ini,” gumam Satria.

Satria mencoba berpikir positif, bahwa Dinda tidak akan pernah mengingkari janjinya, mereka pasti akan menikah walaupun Abi terus berusaha mendekati Dinda. 

 ***

Kondisi Rayanza sudah semakin membaik, hari ini Rayanza pun sudah diperbolehkan pulang ke rumah. 

“Hore … akhirnya Lay sudah boleh pulang, Lay kangen pengen main sama Adik!” serunya dengan wajah gembira. 

Dinda dan Satria tersenyum melihat tingkah Rayanza yang sangat menggemaskan. Kedua orang dewasa itu pun langsung mengajak Rayanza pulang. 

Sesampainya di rumah, Dinda dikejutkan dengan kehadiran Abi, wanita itu merasa tidak enak hati kepada Satria. Mungkin saja Satria tidak nyaman karena Abi sering mengunjungi rumahnya untuk menemui Raina. 

“Ayah …!” panggil Rayanza dan langsung menghambur ke pelukan Abi. 

Dinda melirik wajah Satria sekilas, ingin melihat respon pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Wanita itu bernapas lega melihat respon Satria yang biasa saja. 

“Ir …  titip anak-anak, aku mau pergi sebentar sama Satria ke depan.” 

Irma yang merasakan kecanggungan itu mengangguk paham. 

“Iya, Kak. Anak-anak biar aku yang jaga,” jawabnya. 

Abi beranjak dari duduknya dan mendekat ke arah Satria dan Dinda. “Jangan khawatir anak-anak biar aku yang jaga, Din.” Tanpa ditanya Abi langsung mengatakannya pada Dinda. 

“Sudah ada Irma, kau bisa pulang kapan saja,” jawab Dinda dengan nada sedikit ketus. 

Dinda dan Satria pun langsung keluar masuk ke dalam mobil Satria. Wanita itu merasa ada perubahan dalam sikap Satria karena pria itu akhir-akhir ini banyak diam.

“Ada apa, Sat? Sepertinya kamu sedang ada masalah?” tanya Dinda setelah mereka duduk di meja resto. 

Satria menghela napas sebelum menjawabnya. “Din, bisakah kita mempercepat melaksanakan pernikahan? jujur saja hatiku merasa tidak tenang melihat Abi yang terus datang ke rumah tanpa sepengetahuan kamu?” 

Dinda terdiam, ternyata benar dugaan perubahan sikap Satria ada hubungannya dengan Abi. Wanita itu pun mencoba berpikir sejenak. 

“Baiklah … aku rasa kita tidak perlu menunda lagi, bagaimana kalau minggu besok? kondisi Rayanza juga sudah pulih … sebenarnya, aku merasa tidak enak mungkin jika tidak ada musibah yang menimpa Rayanza, kita pasti  sudah menjadi suami istri dan Abi tidak akan terus mengunjungiku,” jawabnya. 

Senyum Satria mengembang  menampilkan deretan gigi putihnya. Pria itu merasa senang mendengar jawaban dari Dinda, dia pun langsung mengecup punggung tangan Dinda dengan penuh rasa cinta. “Terima kasih, Din. Bagaimana jika kita mengadakan pesta?” tanya Satria antusias. 

Dinda menggeleng. “Sederhana saja, aku tidak mau berlebihan. Yang penting kita sah menjadi suami istri,” tolak Dinda. 

“Baiklah, kalau begitu,” jawab Satria. 

Setelah menyelesaikan makanannya, Satria pun langsung mengantarkan Dinda pulang. Sesampainya di rumah Dinda, pria itu merasa kesal karena Abi masih berada di dalam rumah Dinda. Satria pun berinisiatif mengajak Abi untuk berbincang. 

“Boleh kita bicara sebentar?” tanya Satria pada Abi. 

Tanpa menjawab, Abi langsung bangkit dan berjalan mendahului Satria keluar dari rumah. “Apa yang mau kau bicarakan?” tanya Abi tanpa berbasa-basi. 

“Jauhi  … Dinda, dia calon istri saya!” jawab Satria dengan penuh penekanan. 

Abi mendengus. “Tapi saya adalah Ayah dari kedua anaknya Dinda. Jadi, kau tidak berhak melarang saya untuk menemuinya,” balas pria itu dengan menarik sudut bibirnya. 

“Saya tidak pernah melarang Anda untuk menemui Rayanza dan Raina, tapi … tolong jaga sikap dan batasan, karena Anda sudah tidak memiliki hubungan spesial dengan Dinda … kalian hanya terikat antara ibu dan ayah dari mereka,itu saja!” Satria mencoba menyadarkan Abi. Namun, respon Abi terlihat tidak suka. Abi pun terlihat mengepalkan kedua tangannya. 

“Saya harap  Anda mengerti dengan kata-kata yang saya ucapkan!” tekan Satria dan pergi meninggalkan Abi. Wajah Abi memerah terlihat jelas dia sedang menahan amarah. 

***

Waktu terus berjalan pernikahan Dinda dan Satria akan dilaksanakan dua hari lagi, dan Abi semakin gencar mendekati kedua anaknya. Pria itu mencoba mempengaruhi Rayanza dan Raina, supaya mau melakukan rencana yang dia buat. 

“Anak-anak … kalian dengar kan apa yang Ayah bilang?” tanya Abi pada Rayanda dan Raina. 

“Ta-tapi … bukankah kita akan memiliki dua Ayah?” tanya Raina menatap Abi dengan penuh tanda tanya. 

Abi menggelengkan kepalanya. “Cukup Ayah Abi saja, kalian berdua tidak boleh memiliki ayah lain, karena Ayah Abi akan melakukan apapun demi kebahagiaan kalian berdua!” jawabnya dengan tegas. 

“Tapi, paman Satria pasti akan sedih … aku tidak mau, Ayah Abi tidak boleh melakukan itu … nanti Ibuku akan sedih dan menangis lagi!” sahut Rayanza dengan tegas menolak permintaan Abi. 

***

Hari pernikahan pun tiba, Satria sangat tampan mengenakan setelan jas putih dipadukan dengan dasi hitam. Sedangkan Dinda wanita itu mengenakan gaun yang sangat cantik menjuntai di bagian bawahnya. 

Mereka berdua sedang berdiri di depan altar mereka sudah siap melakukan pemberkatan. Wajah cantik itu tersenyum menatap pria di sebelahnya. 

Baru saja akan mengucapkan janji suci. 

“Saya berjanji, akan mencintai Dinda sampai–” 

“Berhenti …!” teriakan keras dari luar memotong perkataan Satria. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!