Bab 14

Dinda bergeming, perasaannya mendadak tidak karuan setelah melihat seseorang berdiri di hadapannya. Sungguh wanita itu merasa akan terjadi badai besar setelah kedatangan tamu tak diundang yang saat ini sedang tersenyum bagaikan singa yang siap menerkam mangsanya. 

“Ba-bagaimana Anda tahu tempat tinggal saya?” tanya Dinda dengan suara terbata.

Sosok itu semakin menyeringai melihat ketakutan dari sorot mata Dinda. “Wanita murahan … kau pergi ke ujung dunia pun, aku akan tetap menemukanmu,” jawabnya. “Dimana kau sembunyikan anak-anak itu?” tanyanya pada Dinda. 

Dinda semakin waspada ketika sosok itu menanyakan keberadaan anak-anaknya. “Ada urusan apa Anda kemari?” Bukannya menjawab, Dinda langsung melontarkan pertanyaan kepada sosok tersebut. 

“Kau jangan pura-pura bodoh, Dinda … kedatangan saya kemari, tentu untuk mengambil kedua anak Abi!” jawabnya dengan tatapan yang nyalang ke arah Dinda. 

“Mereka adalah anak-anak saya! mereka tidak ada urusan dengan Anda dan Abi!” Sekuat tenaga Dinda mengumpulkan keberaniannya untuk melawan wanita paruh baya di hadapannya. Ya, dialah Ratna wanita itu kini sudah tiba di rumah Dinda dan berniat untuk mengambil kedua anak kembar milik Dinda. 

Ratna semakin menyeringai menampilkan senyum jahatnya, sungguh nyali  Dinda menciut melihat aura jahat yang dipancarkan Ratna, Dinda pun merasa was-was dan takut. “Saya akan memberikan uang yang sangat banyak, cukup untuk menghidupimu seumur hidup, kau tidak akan kekurangan bahkan untuk berkeliling dunia pun uang yang saya berikan tidak akan habis! tapi, dengan satu syarat berikan kedua anak kembar itu kepada saya, dan pergilah ke luar negeri, menjauhlah dari hidup Abi dan kedua anak-anaknya … jika sampai kau muncul lagi, saya tidak akan segan untuk menghilangkan kau dari muka bumi ini!” ancamnya.

Mendengar perkataan Ratna, jantung Dinda bergemuruh. “Saya tidak butuh uang Anda! Pergilah dari rumah ini … dan harus Anda ingat … tidak semuanya bisa dibayar dengan uang, Nyonya!” jawab Dinda. 

Suara tawa Ratna terdengar nyaring menusuk gendang telinga Dinda. “Omong kosong, kau sengaja membesarkan kedua anak itu hanya untuk memancing Abi kembali padamu, dan menguasai seluruh kekayaan sanjaya group. Saya tahu betul rencana wanita murahan seperti dirimu itu!” 

“Cukup …!” pekik Dinda. “Sudah cukup Anda merendahkan saya, selama ini saya sudah berusaha menjauh dari kehidupan Abi … tapi, kenapa Anda dan Abi selalu mengganggu hidup saya?” Sungguh Dinda sangat geram mendengar perkataan Ratna yang begitu menusuk hatinya. 

“Dinda … kau hanya mempunyai dua pilihan!” tutur wanita paruh baya itu sambil mendekati Dinda mengikis jarak diantara mereka berdua. Wanita itu membisikan sesuatu tepat di telinga Dinda. Keberanian Dinda mendadak hilang berganti ketakutan yang sedang melandanya setelah mendengar kata demi kata yang diucapkan Ratna tepat di telinganya. 

“Kau harus cepat memilih, Dinda …!” tekan wanita paruh baya itu dengan senyum jahatnya, dan berlalu meninggalkan Dinda yang sedang menangis dengan tubuh bergetar. 

Irma yang baru saja keluar dari kamar Rayanza dan Raina merasa iba melihat Dinda menangis. Bukannya tidak mau membantu ketika Ratna dan Dinda sedang berdebat. Irma wanita itu mencoba menahan kedua anak kembar Dinda supaya tidak keluar dari dalam kamar mereka, wanita itu pun berusaha mengajak kedua anak Dinda bermain untuk mengalihkan fokus Rayanza dan Raina yang terus meminta keluar ingin melihat ibunya yang sedang berbicara dengan Ratna. 

“Kak, apa Kakak baik-baik saja?” tanya Irma pada Dinda sambil mengelus punggung Dinda.

Dinda berbalik melihat Irma, wanita itu pun langsung memeluk Irma dengan deraian air mata. Gadis itu membalas pelukan Dinda, mencoba menenangkan kakak angkatnya itu. 

“Ir … bagaimana ini? orang tua Abi akan mengambil kedua anakku, Ir … aku tidak akan bisa hidup tanpa mereka berdua!” ungkap Dinda. 

Irma menarik napas dalam. Wanita itu juga bisa merasakan ketakutan Dinda saat ini. “Kak, apakah tuan Abi tidak bisa membantu kalian? bukankah dia akan bertanggung jawab …?” tanya Irma. 

Dinda menghapus jejak air matanya dengan kasar. Setelah menumpahkan tangisnya Dinda merasa lebih tenang. “Pria itu tidak akan bisa membantah orang tuanya, Ir … sekarang aku bisa berpikir dengan jernih, pantas saja Abi selalu berusaha mendekati Rayanza dan Raina … mungkin pria itu merencanakan sesuatu, Abi akan mengambil Rayanza dan Raina dariku, Ir … sekarang, ayo kita berkemas … kita harus pergi secepatnya dari tempat ini!” jelas Dinda membulatkan tekadnya. 

“Tapi, Kak … aku melihat dengan jelas jika pria itu masih sangat mencintai Kak Dinda!” jawab Irma. 

Dinda mendengus. “Jika dia benar-benar mencintaiku, mungkin dia tidak akan menikahi Wilona, tapi nyatanya … pria itu tetap menikahi wanita lain pilihan orang tuanya, begitu pun dengan Rayanza dan Raina … aku yakin dia akan mengambil kedua anakku demi menuruti perintah ibunya!” Dinda merasa dipermainkan saat ini, hampir saja hatinya luluh dan mulai percaya kepada Abi. Namun, setelah kedatangan Ratna, Dinda sadar wanita itu sedang dibohongi oleh Abi. 

Dinda pun langsung berjalan memasuki kamar anak kembarnya, wanita itu  langsung memeluk kedua anaknya dengan erat. Rayanza dan Raina merasa bingung. “Ibu … kenapa Ibu menangis?” tanya Rayanza pada Dinda. 

Dinda menyeka air matanya. “Sayang … kalian berdua cepat berkemas … kita akan pergi dari tempat ini!” perintah Dinda pada kedua anaknya. 

 

“Apakah kita akan pindah ke rumah Ayah Abi?” tanya Raina penasaran. 

Dinda terdiam. “Sekarang, dengar Ibu baik-baik … kalian tidak perlu banyak tanya, nanti Ibu akan menceritakan semuanya pada Raina dan Kakak, mengerti?” Dinda pun berkata dengan menatap intens kedua buah hatinya. 

Rayanza dan Raina pun mengangguk paham. 

Sedang memasukan semua pakaiannya ke dalam koper, Dinda dan Irma dikejutkan dengan suara ketukan pintu, kali ini Irma lah yang membuka pintu. 

“Dokter Satria ….” Irma menyebut nama pria itu dengan suara lantang dan berhasil membuat Dinda menghampirinya ke depan pintu. 

“Dinda … boleh aku masuk, aku ingin berbicara denganmu?” Tidak ingin membuang waktu Dinda pun langsung mempersilahkan Satria untuk masuk. 

“Aku tidak punya banyak waktu, Sat … kamu mau bicara apa?” tanya Dinda pada Satria. 

Satria menghela napas dalam. “Din, kenapa nomor handphone kamu nggak aktif? aku hanya ingin membicarakan tentang kelanjutan pernikahan kita?” Satria pun mulai mengutarakan apa yang sedang mengganjal di dalam hatinya. 

Dinda terdiam sebelum menjawabnya. “Sat … sebelumnya aku minta maaf, tapi sepertinya aku nggak bisa melanjutkan pernikahan kita … maaf sudah membuat malu kamu dan keluargamu …,” tutur wanita itu dengan tulus. 

“Din, aku mohon … jangan pernah membatalkan pernikahan kita, aku tidak peduli dengan kedua orang tuaku yang menentang pernikahan ini, yang menjalani bukan mereka tapi kita, Din!” sahut Satria. 

“Aku tidak bisa, Sat … aku akan pindah dari kota ini!” jawab Dinda. 

Satria terkejut pria itu mencoba mencari kebohongan dari netra indah Dinda. Namun, pria itu hanya menemukan kebenaran disetiap kata-kata yang terlontar dari mulut Dinda. 

“Din … aku akan ikut kemanapun kamu pergi!” jawab Satria dengan tegas. 

***

Di balik pintu sosok pria mengepalkan tangannya dengan erat mendengar percakapan Dinda dan Satria. Tanpa dipersilahkan, pria itu pun langsung masuk ke dalam rumah Dinda.

“Kamu tidak tidak boleh pergi lagi, Din!” 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!